Jason Thorn tak bisa berpikir lurus saat memasangkan cincin di jari manis Lady Grace Marie-Gabriela Reitberg. Ia tidak bisa mundur atau maju, langkahnya berhenti di depan Grace. Tepuk tangan dari seluruh tamu yang tak dikenalnya menyadarkan Jason jika ia mungkin sudah membuat masalah jadi jauh lebih besar. Jika orang tuanya tahu apa yang dilakukannya saat ini, maka sang Ibu terutama akan menyembelihnya.
“Sekarang kalian sudah resmi bertunangan. Kita akan merayakannya dengan jamuan makan malam,” ujar Paduka Putri Margareth dengan senyuman tipis. Ia berbalik dan kepala Butler mengikutinya. Grace menoleh pada Jason yang masih diam lalu menarik tangannya. Jason mengeraskan dirinya, ia balik menarik Grace lalu berbisik padanya.
“Ini tidak sesuai dengan kontrak kita!” Jason berbisik dengan suara tertahan.
“Akan kujelaskan nanti, aku janji─”
“Siapa dirimu?” desak Jason makin mendelik.
“Lady Grace, silakan ke ruang makan.” Salah satu pelayan mengagetkan Grace dan Jason yang sedang berbicara dekat. Grace tersenyum mengangguk dan menarik lagi tangan Jason untuk jalan bersamanya. Jason mulai gerah meski ia tetap mengikuti arah langkah Grace.
Ruang makan tersebut mungkin cukup mewah untuk ukuran orang biasa. Yang membuatnya berbeda adalah Jason tidak pernah tahu jika Grace terikat dengan keluarga kerajaan mana pun. Apa dia seorang putri atau ratu atau bukan keduanya? Seluruh pertanyaan itu muncul bersamaan di kepalanya. Jason hanya bisa mendengus kesal seraya melepaskan kancing bawah jasnya tanda ia mulai gerah.
Jason duduk di sebelah Grace dan dikelilingi oleh orang-orang yang tak dikenalnya sama sekali. Di depan Jason duduk seorang wanita yang mengenakan tiara kecil di sanggulan rambutnya yang merah. Caranya memandang langsung tak disukai Jason. Pasalnya wanita itu menatapnya seperti seorang penjahat. Jason pun langsung membuang muka.
“Usai makan malam, baru kita bicara,” ujar Putri Margareth pada Grace dengan suara lebih kecil. Jason sempat melirik saat Grace mengangguk setuju.
Mulai dari makanan pembuka hingga hidangan utama semuanya disajikan dengan tatanan yang mewah. Untung saja Jason bukan berasal dari keluarga biasa. Meski bukan bangsawan tapi Jason Thorn adalah salah satu cucu mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang menjabat sampai dua kali pergantian Presiden. Maka, untuk urusan tata cara makan di meja mewah, Jason cukup paham.
“Gunakan sendoknya dari luar.” Grace tiba-tiba berbisik memberikan Jason petunjuk untuk menikmati sup yang baru dihidangkan oleh para pelayan. Kening Jason sempat mengernyit. Mungkin Grace mengira jika dirinya adalah pria polos yang tinggal di pinggir jalan sehingga tidak mengetahui tata cara makan yang benar. Jason tak menjawab dan melakukan yang diinginkan oleh Grace.
Dari tempat duduknya di seberang, Edward terus memperhatikan calon menantunya tersebut. Ia benar-benar tidak menyangka jika ada pria yang mau menikah dengan Grace. Padahal Russel Willemhart saja tak tahan dan akhirnya meninggalkan Grace meski mereka sedang masa persiapan pernikahan.
“Siapa pria itu?” bisik Olivia pada suaminya, Edward. Edward menarik napas gusar dan menggeleng.
“Apa orang-orangmu bekerja dengan benar? Bagaimana mereka bisa luput melaporkan padamu apa yang terjadi pada Grace?” imbuh Olivia lagi. Ia melirik pada Putri Margareth yang masih makan dengan tenang. Jangan sampai dia memergoki Olivia yang sedang berbisik selagi makan.
“Nanti saja kita bicara.” Edward pun memotong pembicaraan tersebut. Olivia terpaksa menahan diri tidak bicara lagi. Ia sudah kesal setengah mati tapi masih harus bersabar lagi. Untuk berapa lama lagi sekarang? Olivia sudah menunggu lebih dari 25 tahun untuk bisa menjadi menantu keluarga bangsawan Liechtenstein di kerajaan Luxembourg dan menguasai posisi Putri Charlotte, mendiang istri Edward.
Beberapa kali Grace melirik pada Jason yang makan seadanya dengan raut wajah sangat tidak bahagia. Rasa bersalah menyelimuti hati Grace tapi untuk saat ini yang bisa ia lakukan adalah hanya memanfaatkan Jason semata.
“Maafkan aku,” bisik Grace dalam hatinya.
Setelah makan malam, Jason langsung menarik Grace ke salah satu sudut. Grace yang paham lantas membawa Jason ke balkon samping sebagai tempat yang paling aman. Ia bahkan sampai menutup pintu agar tidak ada yang menguping.
“Apa ini? Ini bukan seperti yang kamu janjikan di kantormu. Aku hanya pura-pura menjadi calon Suamimu, bukan malah bertunangan denganmu!” pungkas Jason langsung bicara begitu Grace menutup pintu.
“Dengarkan aku dulu. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku harus membawa seorang pria yang sudah menghamiliku pada keluargaku. Aku janji pertunangan ini hanya untuk sementara─” Grace sedikit merentangkan tangannya memberikan tanda bagi Jason agar ia bisa menjelaskan.
“Apa? Tapi aku tidak menghamilimu!” tukas Jason sengit.
“Aku tahu.”
“Apa kamu hamil?” Jason masih mencerca dengan raut kesal.
“Tidak ... belum.” Jason langsung memicingkan matanya.
“Jadi ini alasanmu ingin hamil? Agar kamu bisa memamerkannya pada keluarga dan Nenekmu?” sahut Jason mengolok keras.
“Bukan. Aku tidak ingin memamerkan apa pun. Aku melakukan ini agar warisan Ibuku tidak jatuh ke tangan orang lain,” balas Grace sedikit emosi. Jason diam menatap Grace dengan matanya yang tajam.
“Aku butuh penjelasan secara rinci dan jangan ada yang ditutup-tutupi lagi. Siapa kamu sebenarnya? Apa kamu seorang putri kerajaan?” Jason mulai mencecar Grace dengan banyak pertanyaan sekaligus. Mata Jason yang tajam dan mengintimidasi tidak bisa membuat Grace berkelit kali ini. Sambil menarik napas panjang serta kedua bahu turun, Grace pun harus mengakui semuanya.
“Aku berasal dari keluarga bangsawan wangsa Liechtenstein dari kerajaan Luxembourg. Ibuku adalah putri pertama dari keturunan Paduka Putri Margareth, Nenekku yang kamu lihat tadi. Ayahku bernama Count Edward Reitberg dan istrinya bernama Olivia Windham. Mereka punya anak bernama Carl-Johan. Dia yang akan menjadi penguasa warisan dari ibuku selanjutnya jika aku tidak menikah dan hamil,” ujar Grace menceritakan dasar semua masalah.
Jason terperangah dengan kedua alis naik bersamaan. Ia nyaris tak berkedip selama Grace bicara panjang lebar dengan sikap pasrah.
“Hanya kamu satu-satunya harapanku untuk mempertahankan warisan Ibuku,” sambung Grace dengan sikap sedikit memohon. Jason lalu menopang kedua tangannya di pinggang dengan gestur tubuh yang mulai gusar. Banyak hal yang membuatnya syok dalam satu waktu. Padahal jam belum menunjukkan pukul delapan malam, tapi Jason seperti terombang-ambing mabuk di klub malam.
“Lalu kamu pikir kamu bisa memanfaatkanku untuk mendapatkan warisan itu?” tukas Jason menyindir.
“Aku tidak punya cara lain. Jika tidak, warisan Ibuku akan jatuh ke tangan Carl-Johan!” sahut Grace ikut mengernyit serius menjelaskan pada Jason.
“Tapi─” Tiba-tiba seorang pelayan datang dan membuka pintu balkon. Grace dan Jason serempak menghentikan perdebatan mereka yang belum selesai.
“Maaf, Lady Grace. Anda dipanggil oleh Paduka Putri Margareth sekarang.” Jason semakin kesal dan membuang pandangannya ke arah lain sedangkan Grace langsung mengangguk.
“Aku akan segera ke sana,” jawab Grace dan diberi anggukan sopan oleh pelayan tersebut. Setelah pelayan itu pergi barulah Jason kembali protes pada Grace.
“Aku tidak mau ikut campur urusan pribadimu, Dokter Reitberg. Ini sudah di luar dari perjanjian kita. Aku minta batalkan kontrak itu segera!”. Grace menarik napas panjang dan tidak mengangguk melainkan melangkahkan satu langkah mendekat pada Jason yang sedikit terkesiap. Mata Jason langsung jatuh pada bibir Grace yang cantik dan ranum. Entah kenapa Jason jadi menelan ludahnya sendiri.
“Jika kamu membatalkan kontraknya, aku akan tetap melakukan inseminasi dengan donor spermamu besok. Dan aku jamin aku pasti akan hamil.” Mata Jason spontan membesar.