Restless

1237 Words
Bertarunglah denganku, jangan sentuh keluargaku atau Iblis yang bersemayam dalam diriku akan memusnahkan kalian. --------- Bima Sakti Laksono ----------- Kabar yang diterima oleh Bima tepat saat mendarat adalah kabar tentang Andrea Laksono. Kabar itu diterimanya dari pengawal pribadi Andrea. Melalui email yang masuk kepada Dodo. "Tuan Bima, semoga informasi ini tepat waktu. Nyonya Andrea di tahan di kediaman Veronika di kota Montaya, saya telah diusir tanpa diperbolehkan pulang. Bandara telah ditutup untuk saya. Saya gunakan waktu untuk menyelidiki hubungan Veronika dengan Tuan Pangeran Dato, ternyata Pangeran Dato adalah sepupu dekat Veronika, namun menjelang pernikahan tuan dan nyonya, pangeran diberikan status palsu mengenai keluarganya. Sesekali tuan pangeran keluar dengan penjagaan yang ketat. Saya mencoba mendekati salah seorang pelayan di kediaman itu dan mendapatkan informasi valid. Saya sertakan poto-poto nyonya yang diambil olehnya. Tuan Bima, Kondisi nyonya sangat mengkhawatirkan. Beliau benar-benar dibuat stress. Dikurung dalam ruangan pengap dan hanya mendapatkan makan satu kali dengan air minum yang telah dicampur obat penenang. Tuan, saya menunggu perintah untuk bergerak. Hanya saja saya sangat kekurangan fasilitas. semua alat yang saya bawa, disita. Saya belum bicarakan hal ini kepada bos besar. Terima kasih. Regards, Indra." "Hitung kekayaan yang tersisa dari mereka. Sekarang!" teriak Bima kepada Dodo. Bima sangat kuat jika itu menyangkut orang lain, tapi dalam sekejap akan limbung dan mudah tersulut emosi kalau menyangkut keluarga yang sangat disayanginya. "Hitung juga saham-saham mereka!" Kembali Bima berteriak. "Hubungi ketua Under Ground Montaya!" perintahnya lagi. "Hubungi Pangeran Dato!" teriaknya beruntun. Dodo sangat kebingungan dengan perintah yang beruntun dari bosnya, mana dulu yang harus dilakukannya, karena tidak mungkin mengerjakan semua dalam satu waktu. Dodo bergerak cepat, sambil meretas kanal induk yang menyimpan data tentang harta kekayaan keluarga Veronika, ia juga mengirim email berisi kode-kode darurat ke bursa saham. Semuanya harus menunggu. Saat tunggu itupun digunakannya untuk menelepon pangeran dato sekaligus pada saat yang sama menelepon ketua Under Ground Montaya. Tidak ada satupun dari nomor telepon itu aktif. Dodo merasa kesal. Ia melacak posisi aktifitas terakhir dari kedua nomor itu, menunggu beberapa menit rasanya bagai menunggu satu tahun karena gugup melihat Bima yang terus uring-uringan di depannya. Baru kali ini Dodo menyaksikan seorang Bima bertingkah tidak masuk akal dan kekanak-kanakkan hingga tidak mampu berpikir jernih. Biasanya Bima akan menghadapi apapun dengan tenang dan dingin. "Bos, kekayaannya hanya tersisa satu juta dolar dalam bentuk cash. Kekayaan lain non liquid senilai hampir satu juta dolar," lapor Dodo setelah kanal yang diretasnya berhasil dibocorkan. "Ambil semua, jangan ada yang tersisa!" teriak Bima benar-benar penuh tenaga. Dodo memejamkan matanya, bukan perkara mudah merampok kekayaan orang lain meskipun bisa dilakukan dengan kesulitan yang tinggi. Ia harus mengumpulkan data-data dulu dan menyiapkan pembelian-pembelian fiktif. Hampir saja Bima lupa tujuannya datang ke Uzbekistan adalah mengadakan pertemuan dengan beberapa negara terkait pemasaran produk dari perusahaannya. Bima beserta sekretarisnya dan beberapa pengawal meninggalkan hanggar jet pribadi dan berangkat menuju lokasi pertemuan, di mana ia telah disewakan tempat untuk singgah dan istrirahat. Laporan-laporan dari Dodo terus masuk, yang mencengangkan adalah laporan mengenai tempat terakhir ditemukannya signal dari telepon Pangeran Dato yaitu, sebuah club malam yang termahal di Montaya. Dia menghabiskan waktunya di club itu hampir semalaman, hanya ditemani oleh salah seorang temannya. Kedua tangan Bima mengepal, ia sangat paham dengan club malam di sana, bisnis utamanya adalah tempat pelacuran terselubung, bukan sekedar club malam biasa. Ia tidak mampu menerima kenyataan kalau suami dari kakaknya itu bermain wanita dibelakang istrinya sementara Andrea disekap entah di mana oleh Veronika. Pikiran Bima kacau balau, hatinya gelisah meskipun sekuat tenaga ia menyembunyikan keresahannya. Saat itu ia tidak bisa berpikir jernih, bayangan penderitaan Andrea membuatnya kalap dalam emosi yang membuncah. Iring-iringan mobil yang membawa rombongan Bima Sakti sampai di sebuah Vila yang akan dipakai Bima untuk beristirahat setelah perjalanan panjang sebelumnya. Beberapa pelayan Vila menyambut mereka dengan menaburkan dan mengalungkan bunga pada setiap orang yang memasuki Vila bagian depan, mereka menyambut dengan keramahan khusus untuk salah satu tamu penting yang namanya tengah melejit di dunia bisnis. Bima menerima keramahan itu dengan tatapan kosong, rahang yang mengeras, kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya, berjalan seperti robot mengikuti seseorang yang mengarahkannya memasuki sebuah kamar tidur utama. Di dalam kamar yang luas dan mewah, Bima berjalan mondar-mandir sesekali ia memeriksa telepon genggam dan tabletnya, gelisah menunggu kabar demi kabar dari Dodo dan orang-orang di lapangan. Semua hal ini terjadi karena ia baru saja mengakuisisi perusahaan raksasa milik keluarga Veronika setelah sebelumnya ia buat hancur hingga perusahaan itu merugi jutaan dolar. Namun, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Pangeran Dato adalah saudara sepupu Veronika, tentu saja hal itu sudah mereka rencanakan dengan matang. Keluarga besarnya, trah Laksono telah ditipu mentah-mentah oleh Veronika! Pintu kamar Bima diketuk dari luar, "Masuk!" seru Bima. Sekretarisnya, wanita berusia tiga puluh tahunan, seorang wanita cerdas berperawakan kurus dan selalu bergerak dengan lincah bernama Linda, melongokkan kepalanya sementara satu tangannya masih memegang pegangan pintu. Bima memberi isyarat dengan matanya agar Linda segera masuk. Linda menutup pintu di belakangnya, "Pak, Tarik napas dalam-dalam dan keluarkan perlahan-lahan ...." Linda memberikan instruksi yang anehnya benar-benar dilakukan oleh Bima tanpa protes sedikitpun. Seraya menunggu Bima, Linda mempersiapkan pakaian ganti dan semua kebutuhan Bima untuk pertemuan dengan koleganya. Kemudian ia meracik kopi dan menyuguhkannya di meja. "Bapak harus tenang, semua sedang bekerja, sekarang fokus pada pertemuan nanti, Pak," ujar Linda yang telah mendampingi Bima dari tiga tahun yang lalu. "Kamu yang mimpin rapat, selesaikan dalam sehari, kita akan langsung menuju Montaya," perintah Bima seraya melangkah ke kamar mandi. "Baik, Pak," ujar Linda seraya setengah membungkuk kepada Bima. Linda menghela napas pendek, menatap punggung Bima yang berlalu dari hadapannya. Ia sangat menyayangi bosnya yang royal dan tidak pernah sekalipun bersikap kasar kepadanya, justru Bima menghormati dirinya yang hanya sekedar seorang bawahan. Linda, yang sesekali dibawa oleh Bima ke dalam lingkup dunia hitam yang disebut under ground, demi kepentingan di masa depan mereka, mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk bagi bisnis Bima. Ia melangkah ke arah pintu dan keluar dari kamar Bima, untuk menyiapkan kebutuhan lainnya. Telepon genggamnya berdering, tangan kurus itu merogoh saku pada setelan celana hitamnya, lalu segera mengangkat telepon tersebut setelah melihat yang tertera di layar, dari salah seorang pengawal di lapangan. "Halo?" sapa Linda dengan mimik penasaran. Bukan tidak mungkin ada kejutan karena setiap kali, masuk berita atau informasi semuanya berisi hal-hal yang tak terduga. "Bu, Nona Phuong tidak memasuki pesawat, kami sedang mencarinya," Lapor pengawal yang mengantarkan Phuong dan membeli tiket pesawat untuk dipulangkan ke Vietnam, dengan bingung. Wajah Linda seketika mengeras. Kejutan yang sangat tidak menyenangkan. "Cari tikus itu sampai dapat dan tahan dia sampai saya datang," perintah Linda kepada penelepon itu dengan nada geram. Linda memutuskan sambungan sebelum pengawal itu menyelesaikan ucapannya. Ia sangat tidak menyukai seseorang melanggar perintah bosnya. Ia kembali menghela napas untuk menenangkan dirinya. Tugas yang diemban Linda sangat berat, rapat yang seharusnya diadakan dua hari harus ia ringkas menjadi satu hari dan harus menemukan alasan yang tepat untuk meninggalkan rapat itu. Sementara waktunya sangat mepet, muncul masalah Phuong yang membangkang perintah Bima. Linda curiga, Phuong Tahn Ha merencanakan sesuatu, ia harus waspada, belum lagi memikirkan caranya untuk menghilang beberapa waktu dari hadapan Bima tanpa ijin, untuk menemui Phuong setelah pengawal mendapatkannya, membuatnya cukup pusing. Untungnya, Linda membawa satu orang staf, yang bisa membantunya untuk urusan yang bersifat tekhnis, tapi untuk tugas langsung dari Bima, hanya dirinya yang bisa menghadap. Bima tidak pernah mau berurusan langsung dengan wajah-wajah asing terutama para staf Linda. Never.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD