Female Devil

1425 Words
Seorang suami adalah kehormatan tertinggi bagiku, tapi selalu saja ada pihak lain untuk menikmatinya dengan cara yang biadab. Sampai berkalang tanah, aku adalah musuh besarmu! ------------- Alisha Diandre -------------- Tangisan Dimas memecah keheningan di ruang kantor butik Alisha. Wanita cantik nan anggun itu menoleh pada bayi yang masih mendiami strollernya. Dimas menggerakkan kedua tangan dan kakinya serta seluruh wajah chubbynya berkerut dan memerah. "Hmm ... kamu mules ya perutnya, Sayang?" tanya Alisha seraya menghampiri Dimas dan memeriksanya. Seolah mempunyai magnet yang luar biasa, Dimas terdiam saat tangan Alisha menyentuhnya. "Ang ... nghao ... buu ...." Dimas berceloteh seolah mengajak bicara kepada wanita cantik itu. "Ganti dulu ya ... hem, baauu, ih perutnya masih gak enak, Nak? Dielus ya ...." Alisha juga ikut berceloteh mengimbangi Dimas. Kedua tangannya yang terampil dengan cepat membuka popok dan membersihkan kotoran yang sampai ke paha bulat di mana terdapat lipatan kulit menggemaskan. Ia membungkus pampers kotor dan dimasukkan kedalam kantung kertas untuk dibuang. Kini, Dimas telah kembali bersih dan wangi. Tok Tok Pintu di ketuk, "Masuk!" seru Alisha. Tamunya sudah datang sementara Alisha mengangkat Dimas dari stroller untuk mendinginkan punggungnya karena ia lama tertidur dengan posisi telentang. "Silakan duduk dulu," sahut Alisha sambil menyodorkan notebook miliknya. Ia memang menunggu kedatangan anak buahnya yang punya latar belakang ilmu informatika. "Copy semua attachment di email terakhir dan tolong periksa baik-baik apakah video itu palsu atau tidak, jelaskan sedetail mungkin. Ingat, ini adalah top secret. sampai ada yang tahu, berarti saya akan mencarimu," tegas Alisha kepada orang tersebut. "Baik, Bos, kira-kira butuh kapan?" tanya orang itu kepada Alisha. "Lebih cepat lebih baik, kerjakan sekarang, di sini!" perintah Alisha tegas. "Baik," jawabnya pendek. Lelaki itu segera mengeluarkan laptopnya dan memasang peralatan lain-lain yang ukurannya kecil-kecil. Alisha sengaja menyuruhnya mengerjakan di sana, dibawah pengawasannya. Untuk meminimalisir kecurangan yang bisa saja dilakukan oleh orang tersebut, mengingat Bramantyo sebagai pemeran utama pada rekaman itu adalah bos besarnya, meskipun orang tersebut adalah anak buah Alisha langsung yang tidak terkait dengan Bramantyo. Saat video tersebut sedang diutak-atik, mau tidak mau, Alisha mendengar suara-suara dengan jelas, meskipun terpotong-potong oleh suatu alat penayangannya. Tiga puluh menit kemudian, ia mendengar sesuatu yang membuatnya gerah. Rasa cemburu yang begitu besar, mengisi rongga-rongga hatinya. Mendengar suara kecupan dan suara rayuan seorang wanita. Wajahnya merah padam, saat itu ia tahu bahwa rekaman itu adalah asli, sebab jika Bramantyo bersekongkol untuk menipunya, maka bagian tersebut pastilah di hilangkan. Satu jam kemudian, lelaki itu menyudahi pekerjaannya. Keringat bermunculan di dahinya, ia melirik kepada Dimas dengan sorot mata prihatin. Bagaimana pun orang cerdas itu seketika memahami akar permasalahan yang sedang dihadapi oleh bos cantiknya itu. Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, lelaki muda tersebut membereskan perlatannya lalu mendongak ke arah Alisha, "Bos," panggilnya kepada Alisha yang sedang melamun begitu dalam dengan tatapan nanar. "Bos!" panggil lelaki itu lebih kencang dan sedikit mengangkat tubuhnya dari kursi. Alisha tergagap menyadari panggilan terakhir yang masuk kedalam rungunya. "Ah, iya? Bagaimana?" tanya Alisha yang sudah mendapatkan kesadaran penuh sekarang. "Sudah selesai semua, Bos. Video ini asli, diambil dari sebuah laptop bermerk ZZ dengan type AS tiga empat pada kamera muatan pabrik dengan resolusi ...." Alisha memotong pembicaraan, "Apa yang membuatmu yakin?" tanya Alisha tidak ingin mendengar jenis laptop dan lain-lain. "Originalitasnya, Bos. Tanpa editan dan lain-lain," jawab lelaki itu sambil menunudukkan wajahnya. "Yakin kamu tidak berbohong?" tanya Alisha dengan tatapan tajam, "kamu tahu resikonya." Lanjut wanita anggun tersebut. "Yakin, Bos. Tidak ditemukan rekayasa sedikitpun." sahut lelaki itu. "Baiklah, sekali lagi saya tekankan bahwa ini adalah top secret, tahu artinya apa? Tidak pecah di mulut kecuali pecah di perut. Tahu kan istilah itu?" tanya Alisha dengan penekanan berbau ancaman. "Saya sangat mengerti, Bos." Lelaki itu mengangguk dengan cepat. "Oke, tugas sudah selesai, kamu menghadap finance di kantormu dan katakan padanya bahwa kamu baru saja melaksanakan A satu. Terima kasih." Alisha menutup pembicaraan. Lelaki tersebut segera berdiri dan membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan kantor butik tersebut dengan perasaan lega, setelah merasa terhimpit oleh situasi yang tidak mengenakan dan menemukan sebuah fakta yang membuatnya merinding ngeri. Alisha berjalan perlahan menuju pintu sambil mendorong stroller di mana Dimas telah ia letakkan kembali, lalu memanggil salah satu pelayan butiknya. "Tolong jaga buah hati saya sebentar saja, tapi tidak keluar toko ya, tungguin saja, botol susunya ada dalam tas penghangat, terima kasih. Oh ya, saya tidak bisa diganggu," ujar Alisha seraya menyerahkan Dimas dan mengecupnya sebentar sebelum memasuki kembali ruang kantornya dan menguncinya rapat-rapat. Ia menghela napas panjang, ingin mempersiapkan diri untuk melihat secara jelas dan menelaah semua hal yang ada di dalam video tersebut. "Duduk dengan tenang, buat nyaman, tarik napas dalam-dalam, tenangkan hati dan pikiran ...," gumam Alisha kepada dirinya sendiri. Tayangan itu dimulai saat seorang wanita bernama Veronika, merebut telepon genggam dari tangan Bramantyo. Wajah Bramantyo memerah dan mengatupkan rahangnya erat-erat sampai urat pada lehernya bertonjolan saat melihat sebuah tayangan di laptop yang dibawa oleh seorang lelaki di ruangan itu. Alisha sadar, Bramantyo melihat tayangan tentang dirinya dan Andrea. Sorot mata ketakutan dari Bramantyo tergambar jelas. Jantungnya berdegup kencang saat mulut wanita itu mengatakan bahwa ia ingin melumat seluruh tubuh suaminya. Meraba-raba kulit leher dan memasukkan sebelah tangannya ke balik kemeja Bramantyo. Terdengar desahan dan gemeletuk gigi Alisha. Ia begitu resah. Selanjutnya, saat Bramantyo masih memejamkan matanya dengan kedua tangan mengepal ketat, Veronika tengah memakai sarung tangan lateks tipis yang transparan. Lalu ia membubuhkan sesuatu sesuatu pada ujung-ujung jemarinya. Veronika menghampiri Bramantyo dan menekankan jemarinya pada seluruh wajah Bramantyo seakan sedang melakukan pijat wajah seperti di salon-salon. Terutama bagian hidungnya hingga membuat Bramantyo yang sedang tegang seluruh otot-otot di tubuhnya, melemas. Kepalanya terkulai ke samping kiri. Alisha tersentak dengan pekikan kecil. Suaminya tidak sadarkan diri! "Ternyata formulanya berhasil dengan cepat, tapi sistem otaknya dijamin masih bekerja, kan? Dia masih bisa merespon rangsangan?" tanya Veronika penasaran. "Buat apa di rangsang, kita kan cuma mau ambil s*permnya saja kan?" tanya lelaki itu tidak mengerti. "Supaya mendapatkan jentik-jentik yang berkualitas kan harus di dorong oleh rangsangan kan? Lagipula, sayang banget seganteng dan segagah itu dianggurin, kamu tunggu aba-aba saja, ok? nah ini kita pindahkan ke kasur dulu," ujar Veronika seraya melepaskan kedua sarung tangannya lalu memasukannya ke dalam plastik dan menguncinya. Mereka membopong tubuh Bramantyo yang berpostur tinggi besar dengan susah payah ke atas ranjang di kamar hotel tersebut. Tampak kamera mendekat, rupanya lelaki itu memindahkan laptopnya dan terus merekam kegiatan mereka karena ini adalah praktek medisnya yang pertama, meskipun ilegal. "Siapkan peralatanmu, tapi sebelumnya aku ingin bermain-main dengan lelaki ganteng ini. By the way, berapa lama obatmu bertahan?" tanya Veronika. "Dengan bobot sebesar ini, sekitar dua jam, ayolah kita lakukan segera, karena proses inseminasinya memakan waktu juga," jawab sang lelaki dengan suara gugup. "Tambahin aja waktunya, baru juga ketemu barang bagus yang melegenda, masa harus udahan sih? bantuin copotin celananya dong ...," ujar Veronika. Keduanya mulai membuka ikat pinggang dan resleting celana Bramantyo sebelum menarik lolos dari kedua kakinya. Wajah Alisha merah padam, ia ingin berteriak memanggil suaminya, tapi kemudian ia sadar bahwa kejadian itu tepat dua belas bulan yang lalu, saat Andrea sedang dirawat di rumah sakit. Melihat bagian bawah miliknya te*lanjang, Alisha menitikkan air mata, ia tidak sanggup menerima pelecehan yang tengah dilakukan terhadap suaminya. Hatinya sakit dan pilu. Jemari Veronika mengelus batang itu, sesekali meremasnya dengan lembut lalu mulai mengurutnya naik turun, ajaib, lama kelamaan dia mengembang dan mengeras. Alisha terpekik seraya menutup mulutnya, genangan bening mengambang pada dua bola mata indahnya. "Ternyata bereaksi juga, ha ha. Kita biarkan seperti itu? Ah, lelaki ini seksi sekali sih," celoteh Veronika sambil meraih sebelah tangan Bramantyo dan meletakkannya pada gundukan d**a* sebelah kirinya. "Kamu apa-apaan?" tanya lelaki itu yang belakangan diketahui oleh Praja sebagai dokter pemilik laptop yang berhasil dicurinya. "Aku menginginkannya ...," sahut Veronika dengan suara serak, terdengar bernafsu di mana hasrat primitifnya telah bangkit. "Tidak, kita akan melakukan semacam operasi kecil dan itu butuh waktu. Ayo bantu menyiapkan peralatan sterilnya," ucap lelaki itu dengan nada tegas. Dokter itu mengeluarkan alat yang terendam dalam cairan, lalu menyiapkan semacam kateter berukuran tipis dan menatanya di atas nakas yang ia geser ke arah tengah kasur. Namun, tiba-tiba ia terperanjat melihat Veronika dengan tenangnya sedang menggagahi Bramantyo. Duduk menyatukan dirinya sambil maju mundur dengan gerakan erotis*. Membuat tubuh Bramantyo terguncang pelan mengikuti irama gerakan Veronika. Alisha kembali terpekik ngeri melihat tayangan itu. Darahnya mendidih hingga membuat kepalanya pening, tanpa sadar ia pun menjerit, "Kepa*rat tengik! Kurang ajar!" Tangisannya mulai mengeluarkan suara raungan. Ia menjambak rambutnya sendiri sampai acak-acakkan. Alisha terluka, harga dirinya seolah dicabik-cabik paksa. Ia memegang d**a*nya erat-erat, seakan rasa sakit itu bisa saja pergi. Sungguh pelecehan yang tidak akan pernah termaafkan olehnya di sepanjang hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD