Pertanyaan itu memudarkan keceriaan yang sebelumnya menguasai wajah Faritzal. Senyum antusiasnya menghilang, dia turunkan sebelah kakinya dari atas kursi dan meluruskan tubuhnya menghadap pohon trembesi. “Aku tidak ingin mempercayai apapun tanpa sebuah bukti. Ralin harus memberiku bukti itu, karena dia yang menangkap mereka,” jawab Faritzal. Mereka hening sebentar. Keduanya saling diam dan menamatkan pemandangan batang trembesi yang mengulir rumit itu. Entah kenapa tiba-tiba liak-liuk batangnya jadi indah dan menentramkan hati dua pria itu. Seandainya ada kicauan burung kenari dan suara gemericik air, pasti suasana taman petang ini semakin sempurna. Bola lampu kuning seukuran bola sepak menyala. Ada tiga di ujung-ujung taman. Langit sudah keunguan, bersembur biru tua yang menyambut malam