When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
. Matahari hampir mencapai garis horizon ketika hasil babak penyisihan diumumkan. Hari itu juga mereka yang lolos akan mengetahui siapa lawan di babak berikutnya esok hari. Naviza masih duduk bersama Talana di tepian lapangan segi enam itu. Lapangan tempat mereka menaklukan babak penyisihan hari ini. Sedikit menjauh dari keramaian sisa-sisa penonton dan peserta lain yang masih asik di sana. Lampu-lampu taman mulai menyala kala langit menggelap perlahan. Begitupun lampu-lampu koridor yang mengelilingi lapangan itu, satu per satu menyala dengan terang benderang. Sebuah batur yang dibuat alami dari beringin tua yang dipoles, menjadi tempat paling nyaman untuk melepas lelah mereka hari ini. Naviza menyandar dengan posisi yang hampir terbaring. Kakinya melurus ke tanah dan wajahnya menengad