Bab 2. Berpisah

1255 Words
Happy Reading Derrick mengucapkan kata talak dengan nada bergetar, dia tidak menyangka jika menceraikan istrinya bisa semenegangkan ini. Padahal sebelumnya Derrick begitu percaya diri setelah bicara dengan Calista ketika makan malam tadi. Derrick mengatakan pada Calista akan menceraikan Ellen malam ini juga dan senyum Derrick berkembang ketika melihat wajah bahagia Calista. Namun, saat ini ketika dia melihat wajah Ellen yang akhirnya mengeluarkan air mata membuat sudut hati Derrick terasa tidak enak. Rasa yang begitu sesak membuat Derrick benar-benar tidak bisa berkutik ketika senyum tipis keluar dari bibir Ellen. "Baik, Mas. Terima kasih karena selama tiga tahun ini sudah menjadi suamiku. Malam ini, tepat anniversary pernikahan kita yang ketiga, kamu menjatuhkan talak padaku dan mulai detik ini juga aku resmi menjanda. Terima kasih untuk waktu tiga tahun ini, maaf jika selama menjadi istrimu aku terlalu cerewet dan banyak bikin masalah. Aku juga selalu berusaha memggodamu agar hatimu luluh, tapi sekali lagi aku salah dan kesalahan terbesar ku adalah membiarkan rasa cinta ini tumbuh subuh di hati, seharusnya sejak awal aku sudah memangkas rasa tersebut agar tidak tumbuh mengingat jika sejak awal nikah kamu sudah memberitahu ku jika kamu sudah memiliki kekasih yang kamu cintai dan aku dengan lancangnya berusaha untuk mengubah perasaan mu itu," ujar Ellen mengungkapkan semua isi hatinya. Biarkan saja Derrick tahu. Toh, sekarang dia sudah bukan istri Derrick lagi, jadi tidak masalah kalau Derrick tahu bagaimana perasaannya. Semuanya tidak akan mengubah apapun bagi Ellen. Derrick memang lelaki yang keterlaluan, pria itu menepati janji pada sang kekasih yang sejak awal Ellen tahu. Akan tetapi, kenapa Derrick tidak bisa memberikan kesempatan untuknya merebut hati sang suami. Ah, sudah cukup Ellen. Jangan bersedih lagi, kini sudah saatnya kamu kembali lagi ke keluargamu. Sudah tiga tahun kamu pergi meninggalkan rumah. "Maafkan aku, Ellen. Hubungan pernikahan ini terlalu rumit dan terjadi bukan karena keinginan kita. Jadi, sebaiknya memang jalan ini yang terbaik. Kamu bisa mencari kebahagiaan mu di luar sana. Kamu pasti akan mendapatkan lelaki terbaik yang mencintaimu dengan tulus. Kamu cantik, baik, dan sangat lembut. Banyak lelaki yang akan jatuh cinta padamu, tapi sayangnya itu bukan aku karena hatiku sudah menjadi milik Calista," ujar Derrick menatap dalam wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu. Ellen merasakan matanya semakin panas, perih sekali seperti hatinya yang seolah disayat-sayat pisau tajam. Luka tetapi tidak berdarah dan hal itu tentu saja lebih sakit dibandingkan dengan fisiknya yang mungkin terlihat baik-baik saja. Derrick benar-benar membuat seorang Ellen Halim hancur berkeping-keping. Dia tidak menyangka jika pria itu benar-benar akan melepaskannya hanya karena wanita masa lalunya itu. Selama tiga tahun pernikahan Ellen sudah berusaha menjadi istri yang baik agar Derrick bisa membuka hatinya, tetapi ternyata harapan Ellen terlalu tinggi sehingga dia memutuskan untuk menyerah dan menerima perceraian itu dengan ikhlas. "Iya Mas, aku tahu. Kalau begitu aku akan membereskan semua pakaian dan barang-barangku. Aku akan pergi malam ini juga." Ellen memutar tubuhnya dan akan berjalan menuju tangga, tetapi suara Derrick menghentakkan langkahnya. "Malam ini kamu tidak perlu pergi, sudah aku katakan kamu bisa pergi besok lagi. Jangan malam-malam begini, Ellen!" "Memangnya kenapa kalau malam-malam?" "Memangnya kamu mau pergi kemana? Malam-malam begini? Kamu nggak ada sodara ataupun teman, seharusnya kamu dinginkan pikiranmu itu agar tidak gegabah dan emosi. Aku nggak ngusir kamu buat pergi malam ini, masih ada besok pagi atau siang. Aku akan memberikan mu tempat tinggal, jadi kamu bisa tinggal di sini selama masa proses perceraian kita!" Ellen tersenyum miris, kenapa suaminya itu seolah masih peduli padanya. Kenapa kesannya Derrick begitu khawatir jika dirinya tidak punya tempat tinggal. Bukankah seharusnya Derrick membiarkan dirinya pergi. Buat apa Ellen masih bertahan di sini kalau Derrick ingin berpisah bahkan sudah keluar kata talak. "Aku akan menghubungi temanku, dia akan menjemput ku malam ini, jadi kamu nggak usah khawatir. Sementara waktu aku akan tinggal di rumah temanku itu." Setelah mengatakan hal tersebut, Ellen langsung berjalan cepat menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Kamarnya dan Derrick lebih tepatnya karena mereka memang tidak pisah kamar seperti di drama-drama Korea. Sejak awal menikah, Derrick tidak pernah meminta Ellen tidur di ranjang terpisah. Maka dari itu, Ellen sangat berharap jika pernikahan mereka akan berlangsung terus hingga maut memisahkan. Ternyata pemikirannya tetap tidak benar, Derrick memang menganggapnya istri tetapi bukan wanita yang dicintai. Ellen masuk ke dalam kamar dan mengunci. Tubuhnya meluruh ke lantai sambil bersandar di pintu. Ellen menutup mulutnya agar bisa meredam isak tangis yang menyayat hati. Sungguh, hatinya berasa dicabik-cabik sampai sakitnya benar-benar terasa. Malam ini seorang Ellen Hamil hancur, jika keluarganya tahu pasti dia akan dicemooh. Dulu, wanita itu bukan wanita cengeng yang suka bermain dengan hati. Ellen wanita tangguh dan kuat. Dia seorang pemberani dan wanita yang pekerja keras. Namun, setelah menikah, Ellen hanya bisa menjadi istri yang berbakti kepada sang suami dan memiliki harapan banyak dalam pernikahan itu. "Hiks, aku nggak boleh larut dalam kesedihan seperti ini. Aku harus bangkit!" Ellen berusaha berdiri dan segera membuka lemari pakaiannya. Dia mengambil beberapa pakaian yang menurutnya bisa dia gunakan. Setelah itu Ellen hanya mengambil beberapa alat make up dan langsung memasukkan ke dalam tas. Dia tidak banyak membawa barang-barangnya karena Ellen malas membawa. Kemudian setelah semuanya beres, wanita itu menghubungi nomor seseorang. "Ken, jemput aku di rumah Derrick sekarang juga." "Kenapa? Apakah kamu sudah merasa bosan di sana?" "Ck, jangan banyak tanya. Pokoknya kamu ke sini sekarang, jangan pakai lama!" Ellen mematikan panggilan tersebut dan langsung membawa tas punggung yang berisi pakaian dan make up itu keluar kamar. Ellen berjalan turun menyusuri satu persatu anak tangga dan sampai di lantai bawah. Dia melihat Derrick yang tidak bergerak dari tempatnya berdiri tadi. Melihat Ellen yang hanya membawa tas punggung saja membuat dari Derrick mengkerut. Pria itu merogoh sesuatu dari saku celananya dan memberikan pada Ellen. "Bawa ini, di dalamnya ada jumlah uang yang cukup untuk membiayai hidupmu selama setahun." Ellen melihat black card yang disisi oleh Derrick dan langsung menolaknya. "Tidak perlu, aku tidak membutuhkan itu." "Ellen, jangan keras kepala. Aku tahu kamu tidak punya siapa-siapa dan tidak punya pekerja, ini uang kompensasi perceraian kita. Nanti saat di pengadilan aku akan memberimu sejumlah properti dan juga uang lagi agar kehidupan mu lebih layak setelah bercerai dariku." Ellen menaikkan sebelah alisnya. Kemudian setelah beberapa saat dia menghela napas. "Aku tidak membutuhkan itu, Derrick. Jangan khawatir, aku masih bisa menghidupi diriku sendiri. Jadi, aku tidak membutuhkan semua itu dan jangan memberikan apapun di pengadilan nanti!" Ellen berjalan menuju pintu. Derrick terkejut ketika Ellen pergi tanpa mau menerima uang sepeser pun dari Derrick dan hal itu membuat sang pria merasa tersinggung. "Jangan kekanakan!" Derrick masih berusaha membuat Ellen mengambil kartu kreditnya. Ellen membuka pintu menghiraukan Derrick saat mendengar bunyi klakson mobil. Wanita itu tersenyum melihat mobil Mercedes-Maybach berwarna hitam sudah terparkir di halaman rumah. Seorang pria gagah dengan jas berwarna putih sangat kontras dengan warna mobil termewah di dunia itu keluar dari bagian kemudi dan membukakan pintu belakang untuk Ellen. "Mas, aku pergi dan semoga kamu bahagia dengan pilihan hatimu itu. Aku harap kamu segera mengurus perceraian kita dan aku tidak datang ke pengadilan agar semuanya berjalan dengan lancar." Setelah mengatakan itu Ellen berjalan cepat ke arah mobil dan tersenyum menatap sahabatnya itu. "Ken, ayo kita pergi!" "Baik, tuan putri." Ken tersenyum dan menutup pintu mobil bagian belakang setelah Ellen masuk. Tanpa berpamitan kenapa Derrick, Ken langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan nya. Derrick masih tercengang, sebenarnya siapa mantan istrinya itu. Kenapa dia memiliki teman yang bukan orang biasa? Derrick tentu tidak buta dengan melihat mobil yang menjemput Ellen adalah mobil mewah yang hanya ada beberapa unit di dunia ini dan siapa pria tadi? Kenapa wajahnya terasa tidak asing? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD