Denis pulang lebih cepat dibandingkan dengan yang dijanjikan kepada Renata. Dia tidak ingin dijodohkan oleh mamanya. Sama sekali tidak ingin menikah dengan orang yang dipilihkan oleh mamanya. Terbilang konyol memang sampai sekarang ini dia masih menantikan wanita yang masih dia tunggu sampai sekarang. Yaitu pengantin kecil yang pernah dia janjikan untuk menikah tapi dia lupa bagaimana wanita itu sekarang. Dia hanya memiliki foto semasa kecil mereka berdua.
Di apartemen dia menyangga tubuhnya dengan tangannya yang ditempelkan ke tembok. Dia kesal, marah dengan mamanya yang terus memaksa dia menikah. Apalagi dengan seorang wanita yang tidak diketahui. “Kakak kok cepat banget pulangnya?”
Ia menoleh ketika disapa oleh Renata saat dia tiba di apartemen dan membanting bantal yang ada di atas sofa.
Melihat ekspresi pria itu yang sedang menyangga tubuhnya di tembok membuat Renata terkejut ketika Denis mengamuk barusan. Apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu sampai harus melakukan tindakan kejinya. “Kamu masuk aja Re!”
Kemarahannya yang belum mereda itu sedikit membuatnya sakit kepala dengan apa yang dia lakukan. Jujur saja jika dia sangat lelah dengan semua ini. Denis yang memang tidak ingin dijodohkan oleh mamanya dengan Lili yang baru saja ditemui itu. Jika dilihat dari penampilannya anita itu sepertinya tidak bisa diajak untuk hidup sederhana yang pastinya sangat gila dengan kemewahan.
Denis tidak bisa menerima wanita seperti itu untuk kehidupannya di masa depan. Bisa-bisanya mamanya mengatakan jika dia sakit dan ingin dikunjungi oleh Denis namun yang terjadi sebenarnya adalah makan malam bersama dengan keluarga dari keluarga yang katanya dari keluarga terpandang. Sedangkan Renata yang memang belum jelas diketahui asal usulnya sudah membuatnya kalang kabut beberapa hari terakhir.
Jika mengakui bahwa dirinya naksir, maka Denis akan menyangkal itu semua. Dia tidak mencintai apalagi jatuh hati kepada Renata. Dia hanya memungut wanita ini dan hidup dengan tenang. Sementara dia ingin menemukan pengantin kecilnya yang dulu begitu cantik. Sampai sekarang dia tidak menemukannya.
Renata sadar jika sekarang ini Denis tidak ingin diganggu karena sedang ada masalah. Ya mungkin saja pria itu sekarang ingin menyendiri terlebih dahulu, sedangkan Renata yang baru saja menjauh tujuh langkah dari pria itu. “Re!” panggil Denis begitu saja.
Wanita itu berhenti melangkahkan kaki jenjangnya dan mendekati Denis lagi. “Ada apa, kak?”
“Kalau aku bilang bahwa aku durhaka pada orang tua. Apakah itu salah?”
Renata menyernyitkan dahinya yang memiringkan kepalanya menatap Denis hingga terlihat sedang penasaran dengan maksud pria yang masih menempelkan tangannya ditembok itu. “Maksud kakak apa?”
Pria itu menoleh lalu duduk di sofa. “Aku tadi ke rumah Mama. Tapi begitu sampai sana Mama malah menjodohkan aku dengan seorang wanita yang aku sendiri tidak ingin jika dia itu masuk ke dalam kehidupanku. Sebenarnya aku tidak percaya komitmen,”
“Kakak nggak percaya pada pernikahan?”
“Mungkin lebih tepatnya begitu. Aku sama sekali tidak pernah percaya pada pernikahan, Re. karena Mama aku sendiri pernah menjadi korban dari perceraian yang akhirnya aku menjadi anak yang sangat menyedihkan. Entah kenapa sampai sekarang aku tidak ingin mengatakan itu lagi, aku benci komitmen, Re. Aku salah?”
Dia juga tadi sempat melihat ada papanya yang datang ketika mamanya mengatakan jika Denis akan menikah. Pasti mamanya mengundang pria yang paling dibenci oleh Denis itu yang sudah menyebabkan segalanya menjadi berantakan. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh Renata terhadap keluarganya sekarang.
Mereka berdua duduk di sofa sambil menceritakan kejadian yang sebenarnya. “Aku nggak paham yang kakak maksud sih. Karena sejatinya kakak itu memang sulit ditebak,”
“Aku dijodohin sama orang lain, Re. tapi aku nggak mau dan Mama tadi sempat bilang kalau aku itu anak durhaka. Sedangkan aku nggak mau dijodohkan karena dulu mereka menikah karena dijodohkan, aku dan adikku menjadi korban dari perceraian yang mereka lakukan itu,”
Renata tersenyum mendengar pengakuan Denis yang baru beberapa hari ini ditemuinya. “Kalau soal itu, mungkin kita memang berada dari latar belakang yang sama kak. Aku dari korban perceraian juga. Aku sendiri nggak mau kok kak rasakan pedihnya perpisahan orang tua. Kakak pasti tahu sendiri kalau aku butuh Ibuku bukan? Dan sampai sekarang aku nggak tahu di mana wanita itu yang ingin sekali aku sebut Ibu,” jawab Renata dengan parau.
Bisa dibilang hubungan mereka membaik sekarang ini. Keduanya juga sangat dekat, namun Denis tidak ingin jika Renata tetap di sini mengacaukan segalanya. Sayangnya gadis kecil ini tidak pernah berpikiran untuk melakukan hal buruk. “Aku lupa kalau kamu lagi cari ibu kamu,” jawab Denis dengan dingin.
Tangan gadis itu menggenggam sangat erat lalu dia mencoba menguatkan diri. “Re, maaf sebelumnya. Kamu beneran nggak punya pacar?”
Gadis itu mengangguk dengan pelan. “Aku nggak pernah berpikiran untuk punya pacar kak. Aku hanya ingin bertemu dengan Ibu lalu pergi dari dunia ini. Mereka semua sangat licik padaku. Aku ingin tinggal dengannya, sebelumnya aku ingin jika hidupku lebih baik bersama dengannya,”
“Kamu punya alamat tempat tinggalnya? Atau nenekmu?
Renata menggeleng. “Ayah bilang kalau dia sudah meninggal,”
“Kamu nggak tahu makamnya di mana?”
Renata menggeleng lagi untuk kedua kalinya. Ini adalah yang paling dibenci oleh Renata ketika dia merindukan ibunya, butiran kristal itu jatuh dari matanya tanpa dia sadari.
Sedangkan Denis merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi padanya. “Re, aku minta maaf,”
Gadis itu menyeka air matanya. “Nggak apa-apa kok kak,”
“Renata, kalau kamu mau tinggal di sini nggak apa-apa. Kapan pun kamu mau, kalau memang keluarga kamu nggak bisa nerima kamu, aku yang bakalan hidupi kamu. Tapi tetap di sini, mungkin aku memang berasa dari pria yang tidak percaya pada cinta,”
Renata menggigit bibir bawahnya. “Bukan hanya kakak, aku juga merasakan hal yang sama. Belum lagi ketika punya kakak tiri itu menjadi sangat menyedihkan bagiku. Dan aku sampai sekarng tidak ingin lagi mengenal mereka semua,”
Alasan Denis masih mempertahankan wanita ini adalah karena Renata bisa menghandle pekerjaannya ketika dia tidak bisa menyelesaikannya sendiri. memang sangat pintar meskipun dengan latar belakang masa lalu yang sama-sama keluarga hancur.
“Renata, kita dari dua orang dengan latar belakang yang sama-sama tidak setuju dengan cinta. Bagaimana kalau kita hanya menjadi rekan kerja tanpa melibatkan perasaan? Aku tidak ingin jika suatu waktu kamu atau aku yang tinggal satu atap ini malah terjebak di dalam hubungan yang disebut cinta. Aku sama sekali tidak percaya,”
Wanita itu setuju dengan ucapan Denis. “Aku setuju,”
“Renata, jangan libatkan perasaan! Kumohon padamu! Aku tidak ingin ada yang terluka. Aku juga tidak ingin terluka karena cinta!”
Bukan begitu sebenarnya yang terjadi. Ini semua karena Denis ingin menemukan pengantinnya saja. Tinggal satu atap begini takut jika terjadi sesuatu antara dirinya dan Renata. Jadi sebelum itu terjadi dia membangun benteng diantara mereka berdua.