Denis melirik ke arah gadis yang sedang menonton televisi dan juga mengulum lolipop yang memaju mundurkan permennya sedari tadi. Pikiran Denis liar melihat tindakan Renata sekarang. Ditambah lagi mereka yang sudah tinggal bersama berbulan-bulan. Celana pendek dan kaos putih yang dikenakan Renata menciptakan lekuk tubuhnya yang indah.
P@ha mulus, putih dan juga sangat bersih sebab Denis selalu membelikan semua perawatan Renata selama berada di rumah.
Darahnya berdesir saat dia menghela napasnya melihat kelakuan Renata sekarang ini. ‘Tuhan, ujian apa ini?’ Denis menelan ludahnya berkali-kali sampai jakunnya bergerak naik turun dengan napasnya sedikit memburu. Sebenarnya dia menginginkan Renata.
semenjak tinggal bersama dengan gadis ini dia menjadi pria b***t dan sering mengajak para jalangnya bermain. Jujur saja jika Denis sebenarnya bukan pria seperti itu. Tapi kelakuan Renata yang menggodanya setiap kali mereka bersama. Apalagi dengan kepolosan Renata yang kadang tidak pernah mempermasalahkan penampilan saat dengan Denis. Sedangkan dia sudah kalang kabut menghadapi Renata yang seperti itu.
Di jarak beberapa sentimeter darinya, ia mengambil minuman yang ada di atas meja lalu meminumnya membasahi tenggorokannya.
Uhuk.
Denis menyemburkan minumannya melihat Renata yang menjilati permennya membayangkan miliknya diperlakukan seperti itu oleh Renata. “Kakak kenapa?”
Denis menarik beberapa lembar tisu saat Renata bertanya demikian. Bagaimana mungkin Renata dengan polosnya bertanya demikian yang sudah membuatnya menjadi seperti ini. gadis itu benar-benar tidak pernah peka dengan apa yang diinginkannya. sekarang dia malah kebingunan harus menjelaskan apa pada Renata disaat gadis itu bertanya.
“Renata, aku ke kamar dulu,” pamitnya.
Gadis itu mengangguk pelan lalu tidak menanggapi apa-apa lagi.
Denis sudah berada di dalam kamar mandi lalu di sinilah dia sekarang. Sedang membuka celananya saat melihat jun!0rnya berdiri tegak dan menginginkan Renata segera. Dia sangat menginginkannya, sangat ingin untuk sekarang ini. Tapi entah kenapa gadis ini sangat polos padanya dan tidak pernah peka.
“Aauuuhhh,”
Denis sudah beberapa kali ini tersiksa dengan dirinya sendiri saat Renata menggoda. Semenjak datang bulan Renata waktu itu. Denis sudah tidak pernah tidur lagi dengan beberpa wanita saat tergoda oleh Renata.
Sampai sp3rmanya benar-benar keluar dan sangat disayangkan jika dia bermain solo lagi seperti ini. “Renata sialan,” rutuknya sampai ia mencuci tangannya.
Denis mencuci wajahnya setelah mencuci tangan dengan bersih. Dia benar-benar berkeringat barusan sebab ulah Renata yang semakin hari semakin menegangkan baginya. Dia ingin melakukannya, Denis lelah bermain solo terus seperti ini.
Tidak lama kemudian dia keluar dari kamarnya dan ke ruang tengah lagi.
Dia tidak menemukan Renata.
Denis melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil air untuk dia sediakan sebelum tidur.
“Kak,” panggil Renata keluar dari kamarnya lalu mengikat rambutnya dengan karet gelang dengan mengenakan kaosnya yang dia lihat dadanya Renata terpampang dengan jelas.
Dadda
P@yudara
Put!ng
Kepala Denis rasanya sedang dipaksa untuk mencerna apa yang dia lihat saat payudaranya Renata terlihat dengan jelas oleh baju kaos yang sangat transparan itu. Andai wanita yang sering tersentuh pasti akan memunculkan put!ngnya dengan jelas.
Renata mendekati Denis dengan santai. “Kakak kenapa ambil air sendiri?”
Gadis ini semenjak tinggal dengan Denis semakin hari semakin menyebalkan saja. “Re, kamu tahu sendiri akibatnya, kan?”
Renata mengangkat sebelah alisnya. “”Ada apa? Kenapa kok jadi kedengarannya kesal gitu sih?”
Denis menggeleng dan membawa air minumnya, cobaannya tinggal bersama dengan Renata begitu berat. “Re, kamu p3rawan?”
Gadis itu menoleh. “Iyalah,”
“Gimana rasanya?”
Ck, mulut sia@lan.
Denis mengutuk dirinya sendiri yang mengatakan hal seperti tadi. Bisa-bisanya wanita itu dengan polosnya mengatakan jika dirinya p3rawan dan justru membuat Denis kalang kabut dengan semua tingkanya yang beberapa waktu ini sangat keterlaluan. “Kakak bilang apa tadi?”
“Nggak ada,” jawabnya dengan cepat.
Semenjak kejadian Renata jatuh ke sel@ngkangannya Denis, pria itu sering marah-marah dan meminta Renata menjaga sikap agar berhati-hati tidak melakukan apa pun lagi. “Kakak,” teriak Renata yang saat itu tidak terima jika dirinya diabaikan oleh Denis.
Renata membuka pintu kamar Denis dan langsung menyerang pria itu dengan pelukan. “Kakak kenapa sih?”
Pria itu terkejut dengan pelukannya Renata yang tiba-tiba. Bahkan p@yudara wanita itu menempel padanya. “Jangan buat aku menderita karena perbuatanmu, RE!” Denis menekankan itu semua lalu dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
“Apa sih?” Renata mulai marah.
Sedangkan Denis yang tidak tahan lagi langsung mendorong Renata ke tempat tidur. “Kita lanjutkan sekarang, kamu yang rugi,”
Denis sudah mengunci kedua tangannya Renata lalu tatapan mereka menyatu. “Kak,” lirih Renata lalu menatap ada sesuatu yang sedang ditahan oleh Denis.
“Aku menginginkanmu,” ucap Denis dengan perasaan yang sudah tidak tahan lagi ingin merasakan tubuhnya Renata.
Dia mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Renata sedikit. Renata terdiam, namun Denis melanjutkan aksinya lalu mencium wanita itu semakin dalam. Denis memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya Renata sampai Renata membalas ciuman itu juga. Tangannya bahkan dilingkarkan di lehernya Denis. “Re, kamu nggak ada perasaan apa pun terhadapku?”
Mata Renata tidak akan bisa berbohong bahwa sedingin apa pun sikapnya tapi masih ada kebaikan yang terselip pada Denis.
Rasa permen itu masih menempel pada bibirnya Renata. “Aku bertanggung jawab jika terjadi apa pun, tapi sekarang. Aku berani bersumpah aku nggak bisa tahan lagi sama kamu, Renata!” bisik Denis. Pria itu mencium bibir Renata lagi lalu menurun ke lehernya Renata.
Saat terdengar suara desahan yang tidak tertahankan, Denis meremas p@yudaranya Renata sampai terdengar lenguhan saat dia mencium leher sambil tangannya berada di p@yudara wanita itu. “Kak,” lirih Renata saat merasa ini sangat beda dengan yang pernah dia rasakan sebelumnya. Ya dia pernah bermimpi diperlakukan seperti ini oleh Denis. Tapi sekarang bukan mimpi, namun ini adalah kenyataan yang sebenarnya.
Merasa tangan pria itu menyusup ke dalam kaosnya. Renata hanya bisa pasrah dengan remasan yang ada di d@danya.
Denis membuka kaosnya Renata dan menampakkan dua buah d@da yang terlihat sangat indah yang dicium perlahan lalu pelan-pelan menurun ke put!ng payudaranya Renata yang dihisap langsung sampai mata Renata tidak bisa terbuka lagi karena menikmati sentuhannya Denis.
Denis mencecapi p@yudara Renata saat terasa sangat nikmat dan juga dia mendengar desahan Renata yang teramat merdu baginya. Suara yang terdengar hanyalah desahannya Renata saat dia menghisap p@yudara Renata hingga putingnya sedikit keluar.
Tangan kanannya yang tidak berhenti lalu mengelus daerah p@ha Renata. “Aaaaakh,” Denis melanjutkan menarik put!ng p@yudara Renata dengan mulutnya lalu memainkannya dengan lidahnya.
Renata menekan kepala Denis semakin dalam saat menghisap d@danya.
Namun pergerakan itu berhenti saat Renata sudah benar-benar menikmati hisapan Denis.
“Kak,” Renata menepuk pipi pria itu.
Sampai tiba-tiba dia mendengar dengkuran halus. “Yaaah kok tidur sih!” Renata mencoba menyingkirkan Denis dari atas tubuhnya. Renata benar-benar malu menikmati sentuhannya Denis barusan yang ternyata pria itu malah tertidur saat sedang menikmati tubuhnya.