bc

About Love

book_age18+
928
FOLLOW
5.3K
READ
love-triangle
fated
second chance
friends to lovers
drama
twisted
serious
friendship
secrets
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Anisa dan Andrean pernah memiliki kisah. Hubungan mereka bahkan dimulai sejak mengenakan seragam putih-biru di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jalinan itu diakhiri secara kejam oleh Andrean, tepat beberapa jam setelah informasi kelulusan SMA mereka dapatkan.

Di pinggir jalan Andrean memutuskan Anisa tanpa tahu jika wanita yang ia tinggalkan dengan dalih mengikuti pekerjaan orang tua, tengah berbadan dua, hasil dari pergaulan terlewat batas keduanya. Anisa yang tak rela diputuskan mencoba mengejar Andrean. Ia ingin memberitahukan bahwa dirinya membutuhkan laki-laki itu. Na’as bukan kembalinya Andrean yang Anisa dapat, melainkan duka lain akibat lemahnya janin dalam kandungannya.

Tahun berganti. Anisa lantas memutuskan pindah ke Semarang, tempat dimana Ayah dari janin yang pernah ia kandung berada. Awalnya ia ingin mengejar kembali cinta Andrean, tapi kenyataan justru menampar pipi Anisa telak. Membuka tabir jika ternyata orang tua laki-laki itu telah memilih seorang pendamping untuk putra mereka.

Lalu bagaimana nasib Anisa?

Temukan jawabannya pada “About Love.”

chap-preview
Free preview
Sakit itu Masih Terasa
Jika cinta itu membahagiakan.. Kenapa bagiku justru terasa menyakitkan?! Ditinggalkan oleh dirinya yang begitu aku cintai.. Ditinggalkan oleh sesuatu yang bahkan belum terlahir dan sempat aku kasihi.. Masih adakah kata ‘Bahagia,’ dalam cinta yang ada dalam hidupku?! Jika memang ada, tolong kembalikan kebahagiaan itu. Di sini.. Aku masih menunggu.. Wahai engkau sang pemberi kebahagiaan, Tuhanku.. Jemari tangan Anisa berhenti menggoreskan tinta pena. Wanita itu menutup buku diary yang selama ini selalu ia bawa kemana saja. Wajahnya menengadah, menatap langit sebelum mengalihkan pandangan untuk mencuri-curi sebuah tatapan. Angin yang berhembus. Daun-daun yang berayun pelan, serta gelapnya langit bahkan tahu sejauh mana hati dan jiwa Anisa berkelana. ‘Hanya dengan melihatnya saja aku merasa sangat bahagia, meski sakit itu juga terasa,’ batin Anisa miris. Ia lalu memalingkan wajah untuk menghalau air mata yang ingin tumpah dari kedua sudut matanya. Namanya Anisa— Seorang gadis yang terlahir dari trah Adiputra. Oleh teman-teman dekatnya, Anisa dipanggil dengan sebutan Nisa. Ia merupakan mahasiswi fakultas psikologi salah satu universitas swasta di Kota Semarang. Wajahnya ayu. Memiliki kulit putih dan tinggi semampai. Ia juga dibekali dengan kecerdasan otak yang mumpuni untuk menunjang wajah cantiknya. Selain itu, Anisa juga merupakan anak semata wayang seorang pengusaha ternama di Jakarta. Kakeknya merupakan mantan orang terkemuka di kabinet masa orde lama. Singkatnya, Anisa bukan wanita biasa meski kini dirinya harus menyembunyikan jati diri di kota perantauannya. Di sudut taman, tepatnya di dekat gedung fakultas psikologi— Anisa saat ini tengah memperhatikan sosok manusia yang ia cintai. Ia terus menatap laki-laki itu tanpa kedip meski seluruh hatinya berdenyut nyeri menahan sakit yang menyesakkan jiwanya. Anisa mengaduh, “masih sakit..” Kekehnya sembari memukuli dadanya sendiri. Sekuat hati menahan, nyatanya ia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Nyeri yang mengikatnya ternyata tak dapat ia hilangkan keberadaannya. Terlebih kala netranya menangkap kebahagiaan laki-laki itu. Ia adalah Andrean— alasan mengapa hati Anisa terasa sembilu dihajar oleh pukulan tak kasat mata. Andrean merupakan sahabat sekaligus mantan kekasih Anisa di Jakarta. Saat ini laki-laki itu sedang bergurau bersama Selina- tunangannya, wanita yang orang tuanya pilihkan. Mereka terlihat sangat romantis. Sesekali Andrean bahkan menyelipkan anak rambut selina— lalu mereka kembali tertawa kecil. “Perih..” isak Anisa lalu memalingkan wajah lagi. Air mata kali ini benar-benar turun membasahi pipi putihnya. Melihat kebahagiaan Andrean, nyeri datang bak sayatan pedang. Menghancurkan tembok yang telah ia bangun dengan cucuran darah segar di hidupnya. Tuhan.. Apakah aku juga bisa bahagia seperti Andrean di sana?! Laki-laki itu dapat membangun hubungan baru, sedangkan Anisa selalu terjebak ditempat yang sama, dengan posisi serupa. Dimana ia terus saja mencintai Andrean dalam hidupnya. ‘Nak.. Mama harus apa?’ tanya Anisa dalam hati. Ingatannya berputar, kembali pada masa lalu. Serangkaian kisah pedih itu berjalan menemani kemalangannya. "Maafin aku, Nis. Sumpah aku nggak tahu kalau Mama bakalan pindahin aku juga ke Semarang." Setetes cairan bening mulai mengalir di kedua pipi Anisa. Pandangan matanya mulai kosong mengetahui bahwa laki-laki dihadapannya terlalu enggan menatap dirinya. Apalagi yang harus Anisa perbuat, ketika laki-laki yang seharusnya ada disampingnya untuk memberi kekuatan bahkan memutuskan pergi. Meninggalkan dirinya untuk berjuang sendiri. "Kalau aku bilang tinggal disini, apa kamu juga akan tetep pergi Ndre?" Lirih Anisa serupa gumaman belaka. Suara angin bahkan terdengar lebih besar, dibanding miliknya yang bergetar karena menahan tangis. “Please Ndre.. Aku butuh kamu.. Kami butuh kamu Andrean.” Pinta Anisa. Kata kami mungkin tak terdengar oleh kuping Andrean. Kini yang terlihat dimata Anisa hanya punggung tegap Andrean yang semakin menjauh darinya. Laki-laki itu memasuki BMW hitamnya tanpa mau sedikitpun berbalik, melihat dirinya yang kini bersimpuh di atas trotoar. “Kami butuh kamu Andrean.. Aku dan anak kita butuh kamu..” Anisa mengusap perutnya yang masih rata, lalu menatap pilu kepergian Ayah dari janin yang saat ini ia kandung. Mata Anisa perlahan terbuka. Ia menggigit bibir bawahnya ketika teringat masa dimana Andrean pergi begitu saja tanpa membalikkan tubuh untuk melihat keadaannya. Laki-laki itu menghilang dengan sepucuk surat yang ia titipkan pada Zidan— sahabat mereka. Anisa bahkan masih ingat jelas setiap kalimat yang Andrean tuliskan dalam suratnya. Nis.. Sorry.. Gue harus pergi. Gue harap kita bisa terus sahabatan. Dulu sebelum kita memulai semua ini, kita adalah sahabat paling bahagia di seluruh dunia. Iya kan, Nis?! Jadi gue mohon, bagaimanapun akhir kisah cinta kita, suatu hari kalau kita dipertemukan lagi dalam keadaan berbeda lo harus inget Nis. Lo pernah menjadi Anisa yang paling gue cintai. Dan selamanya akan begitu.. I love you forever, Anisa Putri Wijaya.. Tanpa terasa air mata kembali menetes di pelupuk mata Anisa. Tangan kanan Anisa menepuk bagian d**a yang terasa sesak setelah mengingat kejadian di masa lalu. Selamanya?! Laki-laki itu bahkan telah menemukan sosok baru. Melupakan dirinya dan cinta mereka. Kemana perginya kata selamanya itu?! Anisa terbatuk dengan nafas tersengal. Demi melawan sakit di dadanya, Anisa bahkan sampai kehilangan udara yang mengisi paru-parunya. Ia kalah.. Ia telah kalah pada genangan masa lalu yang selalu menyeretnya untuk kembali merasakan lara. Zidan— Laki-laki yang sedari tadi memperhatikan Anisa dari atas kap mobilnya segera berlari cepat ketika melihat sahabatnya itu terisak semakin hebat. Ia menarik tubuh Anisa agar berdiri. Merengkuh diri wanita itu dalam pelukannya yang hangat. Memberikan dekapan pada tubuh mungil yang rapuh karena harus menyaksikan Andrean bermesraan dengan tunangannya. Zidan tahu. Sangat tahu.. Ia merupakan saksi betapa kejamnya takdir menghantam diri pemilik tubuh lemah dalam dekapannya saat ini. Ditinggalkan oleh sahabat sekaligus kekasih. Belum lagi harus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit karena kehilangan calon anaknya.. Dan sekarang Anisa harus melihat final dari kejamnya takdir Tuhan. Dimana pil pahit ternyata harus mereka telan setelah mengetahui Andrean telah dijodohkan dengan wanita lain. Kepindahan mereka sia-sia. Laki-laki yang sahabat Zidan cintai benar-benar telah pergi dan tak mungkin kembali untuk mencintai Anisa. “Dia bahagia, Dan.. Dia bahagia.. Nggak sama gue...” dekapan ditubuh Anisa semakin mengerat. Sebelah tangan Zidan bahkan merengkuh kepala Anisa. Ia terus menciumi rambut wanita itu. Meyakinkan diri bahwa di dunia ini, Anisa masih memiliki dirinya. “Lo kuat Nis. Demi anak lo. Lo harus kuat. Relain Andrean, Nis. Relain dia kayak lo relain anak lo selama ini. Nis.. Lo juga berhak bahagia..” lirih Zidan dengan nafas tercekat. Betapa banyak coba yang datang silih berganti pada manusia serapuh Anisa. Kapan tepatnya semua akan berakhir? Zidan rindu tawa lepas Anisa. Anisa menggelengkan kepala. "Sakit Dan, ketika oksigen yang lo butuhin,” Anisa tak kuasa lagi meneruskan kata-katanya. Dalam hati, ia lantas meminta maaf pada malaikat tak bersayap yang pernah Tuhan kirimkan walau sesaat. ‘Maaf.. Tolong maafkan Mama yang belum bisa melupakan Papa kamu Sayang. Sekarang Papa benar-benar meninggalkan kita. Dia sudah bahagia dengan Tante Selin. Nak.. Mama haus apa sekarang?’ “Masih ada gue Nis.. Masih ada gue..” mereka berpelukan erat, terhanyut dalam lara hingga tak menyadari jika di seberang taman ada sosok yang menatap mereka tajam. Orang tersebut mengatupkan rahang, serta mengepalkan kedua tangan. Ia sudah tidak lagi menatap gadis dihadapannya. Fokus utamanya berada pada sosok mungil yang berada pada pelukan Zidan. Ia seakan tengah dijatuhi vonis mati ketika melihat Zidan terus saja menciumi puncak kepala Anisa. Dan laki-laki itu adalah Andrean.. Sosok utama yang menjadi alasan mengapa tangis itu ada.. Ditempatnya, Andrean bahkan mengepalkan kedua telapak tangannya. Pria itu juga tak sadar jika dirinya sempat meluapkan kemarahannya dengan mendorong pelan tuhuh Selina agar menjauh darinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook