Saat terbangun pemandangan pertama yang kulihat adalah ruang kamar mewah dengan wangi lavender yang langsung memenuhi rongga penciumanku. Sial. Dimana aku? Apa ini di kamar hotel?
Belum habis keterkejutanku dengan suasana baru yang kudapati di pagi ini, muncul hal lain yang lebih menakutkan. Suara erangan khas bangun tidur dari seorang laki-laki sukses membuat mataku terbelalak. Perlahan tapi pasti sebuah tangan yang tidak kuketahui siapa pemiliknya, melingkar di perutku. Gila. apa yang semalam sudah kulakukan?
Dengan susah payah kusingkirkan tangan laki-laki tersebut dan menghindar sejauh mungkin dari pemiliknya. Karna terlalu terkejut dan tidak hati-hati, aku malah berakhir terjatuh dari tempat tidur.
"Aghh."
Aku meringis sambil memegangi kepalaku yang lebih dulu jatuh ke lantai. Mendengar teriakanku, seseorang yang beberapa saat lalu tidur satu ranjang denganku sontak terbangun dan menatapku penuh tanda tanya. Kuperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Siapa dia? Bagaimana bisa kami berakhir tidur bersama?
Menyadari pertanyaan konyol yang melintas begitu saja dikepalaku, sontak aku langsung memeriksa tubuhku sendiri. Sial, sejak kapan aku hanya menggunakan pakaian dalam saja? Seketika tanganku langsung meraih selimut dan secepat kilat menutupi tubuh setengah telanjangku.
Laki-laki itu hanya diam dan melongos seolah dia sama sekali tidak tertarik terhadap apa yang baru saja kulakukan. Aku segera berdiri dan berjalan mondar mandir dengan tetap memeluk selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku. Tidak ada rasa nyeri dibawah sana, artinya aku masih perawan. Kami tidak melakukan apa-apa.
Secepat kilat kuraih pakaianku dan berlari ke kamar mandi. Segera kubersihkan diriku sembari memeriksa adakah tanda kissmark atau hal-hal lainnya yang menunjukan kalau kami semalam tidak hanya sekedar tidur. Aku bisa menarik nafas lega saat tidak kutemui tanda apapun di tubuhku. Artinya kami benar-benar hanya tertidur.
Aku berjalan takut-takut saat keluar dari kamar mandi. Siapa sangka laki-laki itu ternyata sudah ada di depan kamar mandi sambil bertelanjang d**a. Apa dia sudah gila? Karna begitu terkejut aku langsung mendorongnya menjauh. Saat aku mendorongnya dengan kuat dia malah menarik tanganku. Akibatnya kami malah terjatuh dengan posisi aku berada di atasnya.
"Aaww apa kau mau membunuhku? Kepalaku ini lebih berharga dari pada tubuhmu nona."
Wangi maskulin bercampur aroma keringat yang keluar dari tubuh laki-laki itu membuatku betah berada di atas tubuhnya. Gila, aku benar-benar sudah gila. Aku bergegas menyingkir dari tubuh laki-laki itu dan membantunya untuk berdiri.
"Aku minta maaf. Itu ... Karna tidak ada sesuatu yang terjadi diantara kita berdua, aku tidak akan menuntut penjelasan atau berteriak-teriak meminta pertanggung-jawaban darimu. Aku tau semalam aku sedikit mabuk, jadi kuanggap apa yang saat ini terjadi adalah bentuk pertolongan darimu. Terima kasih."
Laki-laki itu menatapku lekat dengan wajah sangarnya. Dia sepertinya marah, apa semalam aku melakukan hal yang tidak-tidak padanya?
"Baguslah jika kau sadar. Sebagai bentuk rasa terima kasihmu maka kau harus membayar kamar ini."
"Aa apa? Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu. Kamar ini pasti mahal."
"Itu masalahmu nona. Lagi pula kau harusnya benar-benar merasa bersalah dan berterima kasih dengan sungguh-sungguh. Sebagai pria sejati aku tidak menyentuh wanita yang sedang mabuk, jadi kau benar-benar beruntung dalam hal itu."
"Aku benar-benar tidak sekaya itu, kenapa bukan kau saja yang membayarnya? Bukankah kau yang memilih untuk menginap di hotel ini?"
"Sayangnya aku chek in atas namamu Raya."
"Sial kau sudah tau namaku. Kau sengaja mengobrak-abrik isi dompetku ternyata. Kau siapa? Bagaimana kita bisa berakhir disini?"
"Sorry aku tidak ingin mengenalmu tidak juga ingin dikenali olehmu. Anggap saja kau sedang beruntung hingga bisa diselamatkan oleh orang baik sepertiku. Ingat lain kali jika aku melihatmu mabuk seperti itu lagi, maka kau akan kubiarkan dimangsa oleh laki-laki lapar diluar sana. Berterima kasihlah karna semalam adalah hari ulang tahun ibukku, jika tidak aku tidak akan menolong gadis bodoh dan urakan seperti dirimu."
"Apa kau bilang?"
"Pergilah dan jangan lupa bayar kamar hotelnya."
Laki-laki itu berlalu begitu saja dari hadapanku dan langsung mengunci dirinya di kamar mandi. Sial sial. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana aku bisa mabuk? Lalu kemana kedua sahabat baikku itu? Apa mereka membiarkanku begitu saja?
To be continue...