Part 10 - mulai tidak nyaman

1027 Words
Laura menggigit kuku jarinya gusar. Kepalanya menengok kanan kiri memastikan tidak ada orang yang mengikuti. Kosong. Sepi. Tidak ada orang mencurigakan yang tertangkap penglihatan. Tapi rasanya seperti ada yang mengikuti atau sekedar mengawasi gerak-geriknya. Rasanya begitu tidak nyaman. Setiap geraknya di tempat umum seakan dilihat dan diabadikan. Entah itu fakta atau hanya perasaannya saja yang menjadi lebih sensitif. Yang jelas, Laura merasakan perubahan signifikan dalam hidupnya. Dengan berjalan agak cepat, akhirnya sampai juga di mobil yang untungnya terparkir tidak jauh dari posisi sebelumnya. Nafas Laura masih belum teratur. Ini begitu memaksa kerja jantungnya berkali lipat lebih cepat. Ah, harusnya tadi Laura mendengarkan larangan Kevin untuk tidak keluar sendiri. Dengan keras kepala malah menantang dan berakhir seperti ini. "Ya ampun deg-deg an banget Gue," gumam Laura masih dengan nafas agak tersenggal. Setelah merasa agak mendingan, Laura memacu mobilnya meninggalkan taman yang letaknya tak jauh dari rumah. Tujuan Laura ke taman padahal untuk sedikit menenangkan pikiran dan hatinya. Namun bukan berangsur baik malah makin menjadi tidak tenang. Meski sudah memakai pakaian tertutup juga masker, sepertinya masih ada beberapa orang yang mengenali. Salah satunya orang yang diyakini Laura tadi mengintainya dari jarak lumayan jauh. Mungkin salah satu admin lambe-lambean atau fans fanatik Naren yang haus akan gosip. Semoga saja tidak sampai nekat mengikuti mobilnya sampai rumah. Laura terburu keluar dari mobil dan berlari memasuki rumah. Menghindari orang sekitar agar tidak melihat kehadirannya. Komplek perumahan ini bisa dibilang elit. Tetangga kanan kiri dan depan rumah mana mungkin sempat bergosip tentang dirinya. Tapi jangan lupakan, ada asisten rumah tangga yang hobinya bergosip di tukang sayur keliling. Bisa habis Laura di makan gosip pagi ibu berdaster. "Huft sampe juga," desah Laura lega. Gadis itu mendudukkan diri di sofa ruang tamu. Melepas jaket dan masker yang membuat gerah. "Dari mana aja Lo?" tanya Kevin yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat Laura. "Ngagetin aja hidup Lo Bang Kepin," gerutu Laura. Detak jantung yang tadi sudah berangsur normal kembali menggila karena terkejut mendengar pertanyaan Kevin yang mendadak. "Dari mana?" tanya Kevin lagi tak mempedulikan protes Laura. "Dari taman. Kan tadi Gue udah bilang deh perasaan. Tua amat ingetan Lo," cibir Laura di akhir kalimatnya. "Padahal tanya baek-baek Gue. Eh malah diginiin." Kevin meninggalkan Laura sendiri. Ternyata Kevin tadi memang berencana untuk keluar rumah. Dan terhenti sebentar karena melihat keberadaan Laura. Bukan sengaja datang seperti yang ada di pikiran Laura. Laura memilih menuju kamar. Sepertinya rebahan tidak buruk untuk dilakukan sekarang. Rebahan kan emang enak dilakukan kapan saja. "Gak lagi-lagi deh Gue pergi sendiri," gumam Laura. Merebahkan diri di atas kasur kesayangan. Hidupnya sekarang terasa hampa karena tidak bebas berkeliaran dan sebisa mungkin membatasi aktifitas di media sosial. Paling sulit dijalani sebenarnya tidak sesering dulu membuka akun media sosialnya. Biasanya akan berjam-jam menghabiskan waktu untuk sekedar scroll i********: untuk melihat berita atau video lucu. Tapi sekarang jangankan melakukannya. Melihat ikon d******i warna ungu itu saja sudah membuat Laura bergidik ngeri. Untuk sekarang Laura memang tidak menghapus akun i********: pribadinya. Biarkan saja. "Aih, kenapa Gue gak sampe kepikiran buat akun IG lagi pake HP satunya sih? Kan Gue jadi punya kerjaan," gerutu Laura yang menyadari kebodohannya. Laura menghidupkan handphone lamanya yang masih terbilang dalam kondisi baik. Mulai membuat akun baru untuk sekedar berselancar di dunia maya mencari hiburan. "Nah, selesai." Laura mulai asik dengan kegiatannya. Matanya sesekali tak sengaja melihat gambar dengan info mengenai Arion Narendra dan dirinya. Laura memilih mengabaikan. Dari pada menambah rasa sakit kan. *** Malam hari di kediaman Deon dan Lilina. "Dek, gimana? Udah ketangkep pelakunya?" tanya Kevin saat usai menyantap makan malamnya. Laura menggeleng lesu. Sebelum pelaku penyebar berita palsu itu di tangkap, hidupnya tak akan terasa damai. Sebenarnya judul-judul dalam artikel yang beredar memang benar jika Laura dan Arion Narendra memasuki hotel bersama. Namun karena judul itu, masyarakat termakan opini yang sebenarnya tak terjadi. Dan Laura juga Arion merasa sangat dirugikan. Makanya, pihak Arion kekeh mencari pelakunya. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang merugikan banyak pihak. "Oh iya, tadi Kamu minta dijemput bodyguard itu kenapa Dek?" tanya Deon meminta penjelasan Laura secara rinci. Pasalnya saat tadi di telepon, Laura hanya menyampaikan alasannya secara singkat dan kurang jelas. "Hah? Lo kenapa Dek?" kaget Kevin. Wajah Lilina juga terlihat terkejut mendengar ucapan suaminya. Laura meringis. Memang tidak ada yang tahu menahu mengenai Laura yang di jemput bodyguard ayahnya untuk dapat sampai di rumah. Saat tiba, Kevin dan Lilina juga belum ada di rumah. Dan Laura tak merasa masalah ini begitu penting sampai harus menceritakan pada mereka. "Itu tadi di depan pager sekolah banyak wartawan Pa. Tapi gak tau juga sih sebenernya tujuan mereka itu Adek apa bukan. Tapi ya, buat jaga-jaga aja jadi Adek telpon Papa deh," ucap Laura tenang. Sebenarnya Laura begitu yakin bahwa tujuan mereka memang Laura. Tapi ia tidak mau menambah kekhawatiran keluarganya saja. "Kok udah sampe sekolah kamu sih Dek. Besok gak usah masuk dulu deh. Di rumah aja sampe nanti masalah selesai yah," ucap Lilina lembut. Lilina takut sesuatu yang buruk nantinya akan menimpa Laura saat gadis itu sendiri. "Engga ada penolakan," tegas Lilina saat melihat Laura akan memprotes. Laura hanya bisa mengangguk menuruti. Mungkin ini memang yang terbaik. Bisa saja para pemburu berita atau teman satu kelasnya makin nekat esok hari. Kan tidak ada yang tahu. *** Esoknya Laura hanya berbaring menghabiskan waktu. Tidak berani keluar rumah untuk sekarang ini. Apa lagi untuk hal-hal yang kurang penting dan sendiri. Terlalu berbahaya. Berbaring seharian penuh tentu saja sangat menyenangkan. Tapi entah sejak kapan, kegiatan menyenangkan itu berubah menjadi membosankan. Biasanya, Laura sengaja mengulur waktu untuk dapat berbaring lebih lama. Berguling di kasur dengan jari aktif di atas layar ponsel. Namun sepertinya sekarang kebiasaannya juga mulai berubah. Apa karena waktunya yang terasa lama? Sebelum berita ini naik, 1 hari rasanya seperti 1 jam. Terlalu cepat berlalu. Sedang sekarang sebaliknya. 1 jam terasa 1 hari penuh. Waktu berjalan lambat. "Bosen banget Gue," gumam Laura. Melepaskan ponsel yang sedari tadi di genggam dan menayap langit-langit kamar yang berhiaskan bintang-bintang. Laura menerawang. Banyak andai bertebaran di pikiran. Jika saja semua andai itu terpenuhi, pasti saat ini Laura tengah bersama Niana di kantin. Atau tengah pusing menjawab soal ulangan yang diadakan secara dadakan. Ah, Laura merindukan itu semua. Merindukan kehidupannya yang damai dan tentram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD