Part 6 - Katanya Skandal

1300 Words
Arion Narendra terlihat menggandeng wanita memasuki hotel dengan terburu. Aktor tampan yang tengah naik daun itu diketahui memasuki salah satu hotel bintang 5 di wilayah Jakarta Selatan semalam. Yang mengejutkan, dia menggandeng seorang wanita yang wajahnya tak terlalu jelas. Padahal belum lama ini, Arion mengaku bahwa saat ini masih sendiri dan ingin fokus pada karirnya. Arion Narendra bermalam di hotel dengan sang kekasih. Arion Narendra menghabiskan malam dengan wanita di hotel bintang 5. Kabar mengejutkan datang dari aktor papan atas, Arion Narendra yang menggandeng sang ke kasih memasuki hotel elit ibu kota. "Huaaaa." Gadis itu berteriak frustasi. Membaca headline di beberapa portal berita tentang Naren yang memasuki hotel dengan menggandeng wanita. "Dek. Itu lu kan? Ngapain ke hotel sih? Semalem chat gue katanya Mama Naren sakit. Terus ngapa masuknya hotel? Lu gak aneh-aneh kan?" Kevin memasuki kamar adiknya dan memberondong pertanyaan. "Bang..." Laura menunduk. "Dek. Lu diapain?" Kevin bertanya lagi. Tidak tenang melihat adiknya. Laura menggeleng. Namun isak tangis mulai terdengar. "Dek gue serius ya. Apa perlu gue samperin tu orang?" Nada suara Kevin mulai meninggi. Takut sesuatu buruk menimpa Laura. Ditambah adiknya yang malah menangis ketika ditanya. "Engga. Semalem itu emang ke Ibu nya Naren. Orang tuanya emang lagi ada acara di hotel itu. Terus tiba-tiba Ibu nya pingsan. Karena panik, Ayahnya pesen kamar buat bawa Ibu nya dan panggil dokter buat periksa. Adek di sana juga cuma sebentar. Terus pergi lagi buat lanjutin dinner nya. Tapi gak tau kalo ada yang foto. Bang, adek takut." Laura menjelaskan secara singkat mengenai kejadian tadi malam. Memang benar, semalam Laura hanya beberapa menit menjenguk Ibu Naren. Sempat mengobrol juga dengan Ayah Naren. Setelah memastikan kondisi sang Ibu baik-baik saja, Naren membawa Laura kembali ke restoran miliknya. Melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Dan jam 9.30 Laura tiba di rumah di antar oleh Naren yang tidak tega membiarkan Laura pulang sendiri di malam hari. "Bang... nanti kalo pada tau itu adek terus adek di bully gimana?" Laura memasang wajah sedih. "Haduh. Ya gimana. Abang juga gak tau. Lu sih." Kevin mengacak rambutnya bingung. "Kok Abang nyalahin adek? Kan adek gak tau kalo bakalan kaya gini," rengek Laura. Kakinya menendang-nendang kesal. "Untuk sekarang kan identitas lu gak diketahui kan. Dan berdoa aja semoga beritanya cepet ilang. Lain kali hati-hati." Kevin mengusap kepala adiknya bermaksud menenangkan. "Papa, Mama sama Bang Dav tau gak?" Laura mengedikan bahu tanda tidak tahu apakah orang tua dan kakak sulungnya sudah mengetahui atau belum. Mungkin saja belum. Karena mereka tidak menanyakan secara langsung. Kevin meninggalkan kamar Laura setelahnya. Memberi waktu sang adik untuk sendiri. Pikiran Laura berkecamuk. Apabila identitasnya sudah diketahui, lalu apa yang akan terjadi? Apa fans Naren akan menyerang dan memaki? Apa teman-temannya akan menjauh dan ikut membenci? Laura tak mau itu terjadi. Laura tak mau hidup tentramnya di usik oleh tanggapan menyakitkan netizen. "Kenapa ada yang liat sih? Kan kesannya gue kaya perempuan gak bener. Padahal cuma jenguk Ibu nya Naren aja." Laura menarik rambutnya frustasi. Padahal semalam masih bisa tertawa dan bahagia. Namun saat bangun tidur langsung disuguhi berita yang membuat mood nya hancur seketika. Sisa rasa bahagia semalam juga sudah terhempas begitu saja. Di ganti rasa takut yang mendominasi. "Aduh, besok berangkat sekolah lagi. Kenapa tanggal merahnya cuma 2 hari aja? 1 minggu kan enak. Kalo temen-temen ada yang sadar itu gue gimana?" Besok hari Rabu, sekolah kembali masuk setelah kemarim dan hari ini libur karena tanggal merah. Laura mengguling-gulingkan badan di atas ranjang. Rasanya asap mulai menguar dari kepalanya. Saking panasnya digunakan untuk berfikir. Memikirkan upaya-upaya yang mungkin dilakukan untuk menghindari kemungkinan buruk. Diraihnya ponsel lagi. Dan mulai membuka akun gosip di i********:. Men scroll komentar-komentar yang hampir semuanya berisi makian. "Kena deh gue." Makin di gulir, komentar fans Naren garis keras makin menyakitkan untuk di baca. Walaupun secara langsung tidak tertuju padanya, namun tetap saja. Mereka mengumpati dan memaki wanita yang bersama Naren. Dan itu dirinya. Setelah hampir 1 jam memantengi layar ponsel, akhirnya Laura menyerah. d**a nya sudah terasa sesak. Padahal hanya membaca. Tak bisa di bayangkan jika mereka mengucap secara langsung di hadapan muka Laura. Drrttt Ponsel berbunyi. Tanda pesan baru masuk. Di bukanya dengan cepat. Dari : Niananana Ra, itu Lo kan? Gue inget banget sama baju yang Lo beli buat acara M&G nya Arion Mata Laura membola. Ya Tuhan, Niana menyadarinya. Laura bingung. Harus menjawab jujur atau mengelak. Rasanya ingin jujur dan berbagi dengan Niana. Mungkin gadis itu bisa memberi saran atau sekedar mengurangi beban yang bersarang. Namun, entah mengapa ada rasa ragu. Setelah menimbang, akhirnya Laura memutuskan untuk bercerita pada Niana. Niana kan teman 3 tahunnya. Pasti bisa menjaga rahasia. Ya, pasti bisa. Untuk : Niananana Ni, jangan cerita sama siapa2 ya. Itu beneran gue dong. Gue bingung nih. Takut jg nnti kalo pada tau itu gue. Trs gue di bully. Anjir gue takut banget. Tak menunggu lama, balasan dari Niana masuk. Dari : Niananana Serius? Heh Lo ngapain nge hotel brg Arion? Gak aneh-aneh kan? Laura melotot horor membaca balasan dari Niana yang masuk. Sembarangan saja pikiran Niana ini. Untuk : Niananana Heh sembarangan. Gue cuma jenguk Ibu nya aja yang lagi sakit -_- Dari : Niananana Gmn bisa sakit tp d hotel. Pinteran dikit dong mbak nya "Ya ampun. Gak percayaan banget ni bocah," gerutu Laura. Untuk : Niananana Semalem itu emang jenguk Ibu nya Naren. Orang tuanya lagi ada acara di hotel itu. Trs tiba-tiba Ibu nya pingsan. Krn panik, Ayahnya pesen kamar buat bawa Ibu nya dan panggil dokter buat periksa. Gue di sana juga cuma sebentar. Terus pergi lagi buat lanjutin dinner nya. Tapi gak tau kalo ada yang foto. Send Dari : Niananana Oh... yaudah semoga aja gak ketauan. Ketauan bisa abis lu sama fans2 nya "Huft. Percaya juga si Niana." Laura pilih mengabaikan pesan Niana. Malas melanjutkan bertukar pesan yang dirasa intinya sudah tersampaikan. Drrtt Ponsel kembali bergetar. "Apaan lagi sih si Niana." Dengan bersungut di ambilnya lagi ponsel yang sebelumnya diletakkan di atas nakas samping ranjang. Kening Laura mengernyit. Ternyata bukan dari Niana. Melainkan dari nomor asing. Siapa? Dari : 08522634xxxx Hai Laura. Gue Naren. Maaf ya, karena gue, lo jadi masuk berita dan akun gosip. Gue bakal tanggung jawab kok. Buat menjamin kalo identitas lo gak bakalan ke buka. Sekali lagi maaf. Udah buat hidup lo jadi gak nyaman. "Hah? Demi apa? Ini beneran Naren? Tau nomer gue dari mana coba? Apa ini penipuan?" Laura bimbang. Apa ini benar Naren idolanya atau orang lain yang iseng. Tapi sepertinya ini Naren. Untuk : 08522634xxxx Oh hai Kak Naren. Iya gak papa. Makasih ya Kak. Laura hanya membalas pesan seperlunya. Bingung juga harus membalas seperti apa. Itu juga membalas setelah beberapa menit di gunakan untuk mengetik dan menghapus pesannya. Begitu seterusnya sampai menyerah dan memilih mengirimkan saja. Jika tidak dalam keadaan seperti ini, mungkin Laura akan berteriak saking senangnya mendapat pesan dari yang 'kemungkinan' Naren itu. Dari : 08522634xxxx Sekali lagi, maaf ya Laura Laura memilih tak membalas pesan terakhir itu. Masa iya harus membalas. 'Iya Kak, gak papa' lagi? Lebih baik tak membalas saja. Dengan segera, Laura menyimpan nomer 'terduga' Naren itu ke kontak. Menamai dengan wajar. 'Kak Naren' tanpa embel-embel emotikon love atau peluk. Huft, beban Laura sedikit terangkat setelah Naren memastikan identitasnya tak akan terbongkar. Walau memang memasuki hotel untuk sekedar menjenguk yang artinya bertolak belakang dengan dugaan media, tetal saja Laura tak ingin diketahui. Lagi pula, misal menjelaskan kejadian sebenarnya pun, hanya kemungkinan kecil media dan fans Naren mempercayainya. Beritanya sudah begitu besar. Dengan bumbu-bumbu tambahan yang begitu tidak masuk akal. Setelah ini, nama besar Naren mungkin akan goyah dan di cap sebagai aktor yang buruk. Semoga saja dugaan Laura tak terjadi. Naren tak bersalah. Dan namanya harus tetap bersinar. Pria itu tidak harus menanggung sesuatu yang memang seharusnya tidak menimpanya. Ini hanya ulah iseng seseorang yang memotret diam-diam dan menyebarkannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD