10. Aku Akan Menghancurkanmu

1415 Words
"Oh, jadi kau memilih bergerak sendiri daripada menerima tawaranku?" Birru menyentuh dagunya sambil menatap laptopnya yang menunjukkan berita terpanas di internet. "Menarik. Aku pikir kau sama seperti wanita yang berusaha mendekatiku, tapi ternyata aku salah. Kau benar-benar berbeda dan pintar." Baru saja sampai rumah setelah lari pagi, ia mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa Prisma membuat berita besar di internet. Terlebih, berita itu langsung berada di pencarian teratas hanya dalam waktu satu malam. Tertulis bahwa Carl sudah menikah dengan seorang wanita selama dua tahun dan sampai cerai tidak diketahui orang lain. Tidak memberi hak atau kompensasi apa pun dan justru menikahi Eleanor tepat tiga hari setelah sertifikat cerai diterima. "Ternyata ini yang kau sebut sebagai rahasia besar Carl? Pantas saja pernikahannya tidak diketahui karena mereka memang sengaja menyembunyikannya." Birru bergumam sambil mengingat wajah kesal Prisma terakhir kali bertemu. "Baiklah. Aku akan melihat bagaimana kau membalaskan dendammu pada Carl." Merasa tubuhnya sudah sangat tidak nyaman, Birru menutup laptop dan bergegas membersihkan diri. Setelah itu, pergi ke ruang ganti memakai celana bahan berwarna abu muda, kemeja putih, dan jas warna senada. Tidak lupa dengan dasi hitam dengan motif garis-garis abu tua. Ia lekas menuju meja makan dan menikmati sarapan. "Ada apa lagi, Lucca?" "Harga saham Bright Company menurun drastis dan seseorang dengan nama akun Hades Powell membeli saham di sana sebanyak dua puluh persen." "Kau tidak salah sebut nama, kan?" tanya Birru memastikan. Ia ingat betul siapa pemilik nama itu. Nama yang baru sekali ia dengar dan itu ketika ia berada di lapangan tenis. Ya, Hades Powell yang dimaksud di sini adalah sahabat Prisma. Pria itu menjalankan tugasnya dengan sangat baik, sampai bisa memenuhi target dari rencana yang telah Prisma buat. "Tidak, Tuan. Memang tertera nama Hades Powell yang membeli saham itu." "Baiklah, aku mengerti." Panggilan berakhir dan Birru melanjutkan prosesi sarapannya. Ia mengelap sudut bibirnya dan bergegas bersiap untuk pergi ke kantor. Sepanjang perjalanan, ia sibuk memikirkan Prisma. Ternyata keputusan untuk menolak tawaran palsunya karena sudah memiliki rencana cadangan. Dikatakan tawaran palsu karena Birru berkata seperti itu hanya ingin membuat Prisma menyerah. Ia juga ingin tahu respon wanita itu seperti apa dan ternyata jauh di luar ekspektasinya. Jika wanita lain, mungkin akan langsung menerima tawarannya untuk tidur bersama. Bahkan tanpa diancam pun mereka akan menyerahkan tubuhnya dengan suka rela. "Aku tidak menyangka Prisma akan sepintar ini. Hanya saja, kenapa umpannya harus dirinya sendiri?" batin Birru memuji. Birru tahu bahwa gambar yang diburamkan itu Prisma. Ia tahu isi berita itu benar karena sebelumnya sudah mengoreknya. Namun, pertanyaan yang dilontarkan benar-benar konyol. Andai ia mau membantu, mungkin Prisma tidak akan mengorbankan dirinya sendiri. Tidak mau berpikir lebih, Birru memilih mengemudikan mobilnya dan pergi ke perusahaan. Ia merasa lebih tenang karena sepertinya Prisma akan benar-benar berhenti mengganggu. Namun, entah mengapa rasanya ada sedikit tidak rela. Sementara di sisi lain, Prisma sedang merayakan kemenangannya. Sibuk di dapur dan membuat beberapa makanan spesial. Ia sama sekali tidak tahu kalau di luar sana, Carl sedang mencurigainya. "Hmmm ... aroma apa ini?" tanya Hades sambil mengendus. Baru saja masuk ke dalam rumah, indera penciuman Hades dimanjakan dengan aroma makanan yang sangat lezat. Sontak, perutnya langsung bunyi keroncongan. "Tentu saja aroma makanan buatanku," balas Prisma bangga. "Ayo, kita ke meja makan sekarang," ajak Hades bersemangat. Pria itu melangkah lebih dulu meninggalkan Prisma. Rasanya sudah tidak sabar ingin menikmati makanan buatan sahabatnya setelah hampir tiga tahun berlalu. "Waaah ... kau sengaja membuat semua makanan ini untukku?" Bola mata Hades berbinar dengan mulut terbuka lebar, melihat semua makanan yang tersaji di meja. Ada steak, pasta, salad, kentang, dan minuman segar. Hampir saja air liurnya menetes jika tidak segera menutup mulut. "Tentu saja tidak. Aku membuat semua makanan ini untuk merayakan keberhasilan kita." "Apa bedanya, Prisma Shaula?" Hades menarik kursi sambil menatap sahabatnya malas. "Sudahlah, ayo kita makan." Prisma menarik kursi dan duduk. Kini, mereka berdua menikmati makan malam dengan suasana yang menggembirakan. Hades yang merasa bahagia karena akhirnya Prisma kembali seperti yang dulu, pintar dan bersemangat. Dan, Prisma yang merasa luar biasa karena rencana menusuk Carl dari belakang perlahan mulai berhasil. "Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?" tanya Hades. Pria itu cukup penasaran mengenai rencana Prisma selanjutnya. Ia melangkah menuju ruang tamu dan duduk di sofa, diikuti oleh Prisma yang kini duduk di seberang meja. "Entahlah," sahut Prisma menghela napas bingung. "Loh! Kok entahlah, sih? Aku pikir kau sudah menyusun rencana selanjutnya, ketika memintaku melakukan ini dan itu," tanya Hades terkejut. Tiba-tiba, rasa khawatir menyeruak di d**a. Jika rencana Prisma berhenti di situ, maka akan sulit untuk melakukan pembalasan. Ia yakin Carl sudah tahu dalang di balik berita yang tersebar dan sedang menyusun rencana pembalasan. "Rencana selanjutnya Birru Keldeo, tapi dia tidak mau membantuku. Jadi sekarang, aku tidak tahu langkah apa yang harus aku ambil selanjutnya," jelas Prisma murung. "Astaga, Prisma! Sumpah kalau aku tahu kau tidak memiliki rencana selanjutnya, sejak awal aku akan menolak permintaanmu untuk melakukan semua ini. Kau tahu? Situasimu saat ini dalam bahaya karena Carl tidak akan tinggal diam," ujar Hades menggebu. Terlihat sekali kalau saat ini Hades sedang khawatir. Menyugar rambutnya ke belakang dan mencengkeram rambutnya kasar. Salahnya tidak bertanya lebih dulu, tetapi meskipun bertanya ia tidak yakin Prisma akan menjelaskannya. "Lalu aku harus apa sekarang?" tanya Prisma bingung. Baru memulai, tetapi sudah menemukan jalan buntu. Rasanya seperti disambar petir di tengah hujan deras, benar-benar menyakitkan. "Hades, kenapa kau diam saja?" tanya Prisma dengan suara bergetar. Hades yang semula sedang berpikir langsung mengangkat pandangan dan melihat bola mata prisma berkaca-kaca. Ia lekas beranjak dan duduk di sampingnya. Memeluk Prisma sambil mengusap rambutnya pelan. Merasakan tubuh sang sahabat yang bergetar membuat dadanya terasa nyeri. Kenapa harus selalu Prisma yang diberi penderitaan dan tidak orang lain saja? "Tidak apa-apa, ada aku di sini. Kita bisa susun rencana selanjutnya bersama," ucap Hades menenangkan. "Terima kasih, Hades. Aku ... aku tidak akan bisa tenang sebelum membalaskan dendam Mama dan Papa padanya." Leher Prisma terasa tercekat dan wajahnya sudah bersimbah air mata. "Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Hades sambil menjauhkan tubuhnya. Sejal awal, ia sama sekali tidak tahu masalah apa saja yang menimpa Prisma. Yang ia tahu, sahabatnya itu ingin balas dendam karena tidak pernah diperlakukan dengan baik. Selain itu, karena pernikahan Carl dan Eleanor yang secara tiba-tiba. "Carl ... dia yang menyebabkan kematian Mama dan papa, juga hancurnya perusahaan," sahut Prisma menjelaskan. "Apa?!" Hades memundurkan tubuhnya terlalu terkejut. Ia tahu betul kalau Carl pria yang kejam dan licik. Namun, ia benar-benar tidak menyangka kalau kedua orang tua Prisma termasuk korban dari kekejaman pria itu. "Iya, Hades. Aku baru tahu beberapa hari yang lalu, ketika aku memintamu menjual sebagian saham di Keldeo Grup." Awalnya memang ia ingin menceritakan perihal itu pada Hades. Hanya saja, ia menunggu waktu yang tepat di saat-saat seperti ini. Bertatap muka dengan orangnya langsung tanpa melalui panggilan suara. "Kenapa baru bilang?" Kekecewaan muncul di wajah Hades, tetapi ia berusaha mengenyahkannya, "Astaga, Prismaku yang malang," imbuhnya sambil meraih tubuh Prisma dan menariknya ke dalam pelukan. "Maaf." Prisma menangis sesenggukan. "Tidak apa-apa." Hades mengusap punggung Prisma. "Aku tidak bisa berkata kalau semuanya akan baik-baik saja, tapi aku bisa menjanjikan satu hal untuk selalu ada di sisimu." Ucapan Hades terdengar biasa-biasa saja, tetapi Prisma merasa lega. Ia merasa bahagia karena ada Hades yang akan selalu ada di sisinya dalam keadaan apa pun. "Beraninya! Lihat saja nanti apa yang bisa aku lakukan padamu, Carl!" batin Hades mengepalkan tangan dengan gigi yang dieratkan. Di sisi lain, Carl sedang memarahi anak buahnya. Sejak semalam, mereka ditugaskan untuk mencari alamat IP penyebar berita, tetapi sampai sekarang tak kunjung menemukannya. "Dasar bodoh! Suruh mencari alamat IP saja tidak becus! Apa kalian mau mati?!" umpat Carl murka. Ia menatap tajam punggung tiga orang yang sedang fokus menatap layar komputer. Sudah menyewa lebih dari tiga orang sekedar untuk melacak lokasi, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Padahal, mereka sudah menghabiskan waktu lebih dari lima jam. "Kau juga, berhenti menghapus berita itu. Dasar tidak berguna!" Selain belum bisa melacak alamat IP, Carl juga dibuat geram oleh si penyebar berita. Setiap postingan yang dihapus akan membuat postingan lain bermunculan dan jumlahnya semakin banyak. Namun jika tidak dihapus, jumlahnya tidak akan bertambah. "Aku yakin ini perbuatan Prisma. Selain dia, siapa lagi yang bisa melakukannya?" batin Carl menebak. Selain keluarga besar Bright, tidak ada satu orang pun yang memiliki foto pernikahannya dengan Prisma. Pasalnya, pernikahannya hanya dihadiri oleh keluarganya saja. Tidak mungkin salah satu anggota keluarganya yang menyebar. Itulah alasan mengapa, Carl menebak pelakunya adalah Prisma. "Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Aku akan menghancurkanmu seperti aku menghancurkan perusahaan dan kedua orang tuamu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD