Part 21

900 Words
Part 21 Ketika istirahat, Malvin juga tetap diam dan langsung keluar dari kelas. Salma merasa ada keanehan pada diri Malvin. Sebab lelaki itu biasanya menggodanya dan mengutinya kemana pun dirinya pergi. Ia beranjak berdiri kala Cindy sudah melambai tangannya di ambang pintu, mengajaknya ke kantin bersama Cerry dan Cika. Sesampainya di kantin, tidak ada bangku yang biasa diisi empat orang dan mereka akhirnya duduk di bangku yang panjang. Bangku yang mereka duduki terletak di paling pinggir di kantin dan di sisi kiri kantin itu terdapat lapangan futdal membuat Salma bisa menyaksikan para siswi yang tengah bermain futsal dan katanya akan tanding dua bulan lagi. "Rasanya sudah lama, gue nggak main bola." Gumamnya. "Lo anak futsal?" tanya Cerry ikut mengarahkan pandangannya ke sisi kiri kantin saat mendengar suara Salma baru saja. "Iya." Bukan Salma yang menjawab melainkan Cindy. "Dia bagian pivot." Sambungnya. "Apa itu?" tanya Cika. "Di lini depan dan biasa disebut penyerang murni." Salma menjelaskan. "Wah keren." Cerry dan Cika memuji Salma sambil bertepuk tangan. Cindy memperhatian sekitar dan matanya menyipit ketika menemukan sebuah objek penglihatan. Mengucek matanya sebentar untuk memastikan benar atau salah. Sudut bibirnya terangkat lalu beralih menatap Salma yang masih asyik menyaksikan para siswi latihan futsal. 'Malvin sudah masuk sekolah, eh tapi tumben dia gak ke sini godain Salma? Ah bodo amat. Gue kok tiba-tiba punya ide'--batin Cindy. "Sal." Panggil Cindy pada temannya yang duduk di seberangnya. Salma tak mendengar suara Cindy lantas Cika menyenggol lengan Salma untuk menyadarkannya. "Hmm?" Salma menoleh sebentar ke Cika lalu menatap Cindy. "Dipanggil Cindy." "Apa?" "Ganti lo ya yang pesen makanan, dari kemarin kita mulu yang gantian." Cindy tersenyum jahil dan Salma tidak menyadari itu. "Hadeh iya, tulis aja tuh di kertas dan gue gak mau wara-wiri nanya ke kalian." Salma menarik napasnya dan mengangguk. Cindy mengambil kertas pesanan dan menulis pesanananya serta pesanan temannya. Karena kantin yang ramai, Cerry dan Cika mendekati Cindy supaya suaranya dapat didengar oleh Cindy. "Yang lengkap." Peringat Salma, menunggu teman-temannya selesai menulis pesanannya. "Iya ya." Selesai menulis pesanananya, Cindy memberikan kertas putih berukuran kecil kepada Salma. Cerry dan Cika kembali duduk ke tempatnya. "Lo batagor?" tanya Salma memastikan pada Cindy. "Iya." "Biasanya lo bakso. Bosen kan?" Salma tertawa meledek. "iya." "Jadi pengen makan batagor juga." Lirih Salma tanpa sadar. "Beli aja, samaan sama gue. Sana cepat pesen nanti rame lagi jadi malea pesen lo!" Usir Cindy tak sabaran. "Sabar elah." Kemudian Salma pergi menuju stand makanan sesuai pesanan mereka dan dirinya juga. "Lo kayaknya rencanain sesuatu?" tebak Cerry melihat raut wajah Cindy apalagi temannya itu senyum-senyum menahan tawa. "Emang." Cindy mengangguk mantap. "Gitu ya kita gak dikasih tau." "Ini lho gue kasih tau. Kalau tadi ya pasti ketahuan sama Salma." "Langsung katakan, kita udah kepo banget." Cerry dan Cika bersemangat mendengar rencana jahil yang dilakukan Cindy. "Malvin kan sudah masuk, tuh gue ingin mereka dekat dan berharap damai deh." "Cuman gitu doang?" tanga Cika melongo dan arah pandangannya tertuju pada stand penjual batagor. Benar saja di sana Salma bertemu dengan Malvin. Tapi mereka berdua tampak saling diam dan tidak ada tanda-tanda keributan seperti biasa mereka lakukan jika bertemu. "Mereka kok tidak bertengkar?" Cindy berkerut bingung melihat Salma dan Malvin di tempat penjual makanan batagor dam siomay. "Gue juga heran sih dan Malvin di kelas kayak diamin Salma tapi dia tetap tersenyum menyapa Salma. Aneh kan?" Cerry juga sedari tadi penasaran sejak Malvin kembali masuk sekolah setelah dua hari tidak masuk dikarenakan sakit demam. Di sisi lain... Salma terkejut bertemu Malvin yang juga sedang membeli batagor. "Lo mau beli kah?" Salma mengabaikan lelaki itu dan memilih mengantri. Sekitar lima orang di sana juga sedang dilayani si penjual dan Salma baru memesan ke penjual tersebut yang hanya dua orang saja. "Pak, biar dia dulu saja. Saya yang terakhir." Tiba-tiba Malvin meminta dilayani paling akhir saat giliran dirinya yang akan dibuatkan batagor oleh si penjual. Salma menoleh cepat dan ingin menolak namun si penjual sudah bertanya kepadanya. "Batagor yang mana, Dek?" Salma memberikan selembar kertas putih kepada si penjual dan tinggal menunggu pesanannya jadi. "Gak usah sok baik deh." Suara ketus Salma membuat Malvin tersenyum saja. "Minggir, jangan dorong-dorong!" sentak Malvin pada beberapa siswi yang modus ingin berdiri dekat dengannya dengan pura-pura ikut membeli batagor. Malvin melindungi Salma dari desakan itu dan menggeret Salma agar di depannya. "Ngapain sih pegang-pegang!" Salma meronta, Malvin tetap memaksa. Salma mencebikkan bibirnya kesal, ia dekat dengan di penjual dan kedua tangannya memegangi sebuah meja yang sebatas dadanya. Malvin dari belakang, salah satu tangannya juga ikut menopang dimeja sehingga tubuhnya kedua berdekatan. Salma menoleh sekilas saja ke Malvin dan kaget sekali karena bibirnya hampir menyentuh pipi lelaki itu. 'Argh kenapa dekat sekali sih!'--Salma menjerit dalam hatinya dan degub jantungan menjadi lebih kencang dari biasanya. "Malvin lo ngapain dekat-dekat dia sih? Dekat gue aja." "Gue mau dong pepetin begitu." "Gue juga." "Sini sini Malvin." Para siswi merasa iri melihat posisi tubuh Malvin yang dekat dengan Salma. Salma menatap tajam ke mereka dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Mengode mereka untuk diam. "Gue tau lo modus!" Salma mendengus, menangkap basah Malvin yang sedari tadi memandangnya dari sisi kanannya. "Gue gak modus, kangen ya sama gue?" Malvin mencolek pipi Salma yang mengembung. "Gue patahin tangan lo ya!" "Galak amat." "Gak usah deket-deket!" Malvin memundurkan tubuhnya dan bertepatan dengan itu pesanan Salma sudah jadi. Lantas Salma secepatnya beranjak pergi dari sini dan menginjak kaki Malvin sebagai hadiahnya kepada lelaki yang masih saja membuatnya marah. "Aww." ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD