Bella POV.
Lalu aku temukan juga bang Noah duduk di ruang tamu rumahku di depan papi dan mamiku yang duduk berdampingan.
“Nah ini Bella!!” kata mami yang pertama kali menyadari kehadiranku.
Baru papi dan bang Noah menoleh menatapku.
“Cantik sekali nak!!, kamu mau pergi?” tegur mami dan aku bertahan berdiri menatap mereka bertiga.
Aku lirik bang Noah dulu, mencari tau apa dia belum bilang apa pun pada papi mamiku. Saat aku memberikan kode lewat tatapan mataku untuk dia menjawab pertanyaan mami, baru bang Noah menghela nafas.
“Hm…gini om, tante. Kalo boleh, kalo om dan tante izinkan. Aku…mau ajak Bella keluar” jawab bang Noah lalu aku tersenyum menatap papi dan mamiku mendengar jawaban bang Noah.
“Berdua?” tanya papi bersuara dengan kesan jaim yang kentara.
Papi jadi tidak santai gitu dengan menegakkan duduknya setelah sebelumnya dia bersandar di sofa dan memangku kakinya mode santai. Langsung dong aku lihat bang Noah juga menegang dengan ikut menegakkan duduknya. Tadinya dia santai juga duduk bersandar di sofa. Aku jadi ikutan tegang lalu melirik mami, yang masih terlihat santai menanggapi jawaban bang Noah.
“Ya masa mau rame rame terus pih, yang lain mungkin punya acara masing masing. Anakmu sudah gadis loh, masa harus pergi keluar bergerombolan trus” komen mami saat menoleh kea rah papi.
Aku lihat papi menghela nafas dan bang Noah tersenyum canggung menatap mami yang tersenyum sekilas menatapnya. Benar tante Risda sih, orang tua perempuan biasanya lebih punya pengertian menanggapi bujang yang datang mencari putrinya. Beda dengan orang tua lelaki yang suka mendadak jaim. Entah karena apa.
“Mau kamu ajak pergi kemana No, putri om?” tanya papi beralih pada bang Noah.
Aku sudah menahan tawa sebenarnya mendengar pertanyaan papi, sebenarnya wajarkan ya, tapi wajah bang Noah mendadak tegang. Itu yang buat aku menahan tawaku.
“Hm….aku sih terserah Bella om…” jawabnya mengambang saat dia melirikku.
Ini pasti maksud meminta bantuanku menghadapi papiku.
“Mau kemana Bel?” gantian papi bertanya padaku.
“Ke mall depan sini doang sih pih…” jawabku karena bingung tujuanku pergi dengan bang Noah.
Sejak awal aku tidak punya ekspektasi bang Noah akan beneran ajak aku pergi berdua bukan?.
“Astaga pih…papi kepo banget sih?. Biar aja mereka mau pergi kemana, yang pentingkan Noah udah pamit sama papi ajak Bella pergi. Urusan nanti mereka mau pergi kemana, ya biar aja mereka putuskan sendiri, papi gak perlu tanya. Yang papi perlu pastikan, Noah akan antar Bella lagi pulang ke rumah sesuai janjinya untuk pulang jam berapa pada papi. Tidak perlu sekaku itu dong, anakmu sudah besar, sudah tau mana yang baik dan tidak, percaya saja. Noah juga sudah ngertikan gimana perlakukan anak tante dengan baik bukan?” kata mami membantu sekali lalu bertanya pada bang Noah.
Bang Noah mengangguk sopan. Aura tuan muda menguar.
“Insya Allah tante, nanti aku akan antar pulang Bella ke sini lagi, sekalian aku pamit pulang sama tante dan om lagi, aku janji” jawab bang Noah.
Aku lihat mami tersenyum pada bang Noah lalu beralih pada papi lagi.
“Sudah toh, sudah janji tuh anak Anyun” gurau mami pada papi lagi.
Aku dan bang Noah yang tertawa. Papi sih masih diam menanggapi.
“Okey…” jawab papi menyerah.
Aku yang oneng dengan tiba tiba bersorak lalu diam waktu papi dan mami menatapku.
“Piss pih, piss me!!” jawabku sambil cengar cengir dan aku abaikan tatapan protes bang Noah padaku.
Papi dan mami hanya geleng geleng menatapku lalu mereka menatap bang Noah lagi.
“Ya sudah No, kalo kalian mau pergi, mumpung masih siang” kata mami.
“Dan jangan pulang terlalu malam. Tolong pastikan Bella makan malam ya No, kalo kalian pergi mendekati jam makan malam, supaya bisa langsung istirahat setelah kamu antar pulang” tambah papi.
“Siap om, aku dan Bella pamit pergi dulu” jawab bang Noah lalu bangkit berdiri.
Papi dan mami bangkit berdiri juga lalu mendekat padaku begitu juga bang Noah. Bang Noah lalu cium tangan papi dan mamiku lalu aku melakukan hal sama.
“Have fun girls” bisik mami saat aku mencium pipinya.
Aku tertawa menanggapi.
“Hati hati ya sayang” pesan mami begitu aku sudah berdiri berdampingan dengan bang Noah untuk bersiap beranjak keluar rumah.
“Siap mih…asalamualaikum” pamitku mewakili bang Noah yang hanya mengangguk ke arah papi dan mamiku. Masih aura tuan muda yang punya etitude sopan.
Akhirnya pergi kencan berdua juga dengan bang Noah, dan aku tanggapi mami yang menutup pintu rumah sambil melambaikan tangan ke arahku, sampai aku ketinggalan bang Noah yang berjalan lebih dulu ke arah mobilnya lalu aku buru buru menyusul.
“Sayang abang banyak banyak” jeritku girang lalu berhambur memeluknya menyamping lalu mencium pipinya.
“Astaga….” keluhnya tapi tertawa.
Jadi aku ikutan tertawa lagi.
“Abang ternyata berani juga ngadep papi” pujiku.
Dia berdecak kali ini.
“Gak abis abis elo siksa gue Bell, sampai perlu banget gue kaya pacar elo aja izin ama papi elo buat ajak elo keluar” keluhnya.
Aku tertawa lagi dan bertahan memeluknya mumpung dia tidak protes. Lumayankan ya bisa lihat wajah keceh bang Noah dari dekat, walaupun dia bicara menyamping dan menjauhkan wajahnya dari wajahku.
“Ya anggap kita pacaran beneran aja bang. Emang ngapa sih?. Kan gue sayang abang dari dulu” kataku selalu jujur seperti biasanya.
“OGAH!!, tar elo makin siksa gue” jawabnya.
Tapi aku tertawa, sudah biasa bang Noah jutek begini.
“Lepas sih, gue cipok nih!!” ancamnya.
“Gak takut, nih” jawabku sambil memonyongkan bibirku.
“NGAREP!!, rugi ciuman pertama gue buat elo!!” jawabnya sambil mendorong dahiku.
Aku terbahak. Beneran bujang tingting, cipokan aja belum pernah. Sama dong ya sama aku, aku juga belum pernah cipokan sama siapa pun. Kalah deh aku dengan si kembar yang di jagain protect sekali oleh ayahnya, tapi sudah sering cipokan dengan pacar mereka. Entah Kiera, belum cerita, artinya belum juga kali ya. Kasihan gak sih sama aku?, masa sudah seumur aku sekarang belum ngerti itu ciuman seperti apa rasanya. Kalo Maura bilang, rasanya kakinya lemes karena di sosot bujang, sampai mendadak pengkor saking lemasnya. Jadi penasarankan?. Semoga aku bisa merasakannya dengan bang Noah yang jadi partner cipokan pertamaku. Astaga…jadi kecentilan begini.
“Lepas ih Bel, kalo babeh elo ngintip dari jendela, bisa bisa kita di tangkap nikah” omelnya melepaskan rangkulanku di lehernya.
“Biarin sih bang, kan enak nikahan” jawabku.
“Dih, makin gampang buat elo siksa gue Bel, ogah” jawabnya lalu menyalahkan mesin mobilnya juga agar kami berlalu dari rumahku.
Aku tertawa menanggapi. Lucu bang Noah sih, jutek trus. Tapi membiarkan aku melakukan apa pun sepanjang perjalanan menuju mal tujuan kami. Aku stel music dong supaya tidak bosan.
“Bang yang jauhan apa mallnya, dekat banget ini mah, bosen juga gue ke mall ini mah, sampai gue bisa petain” komenku karena dia beneran membawaku ke mall dekat rumahku.
“Jangan ngadi ngadi, nanti babeh elo marah kalo gue anter elo malam banget” jawabnya.
Ya sudahlah, yang penting aku bisa pergi berduaan dengan bang Noah.
“Tunggu gue!!, elo suka pecicilan kalo gak gue pegangin” perintahnya begitu sampai depan loby mall tujuan kami.
Tentu aku menurut dong, menunggunya membukakan pintu untukku lalu membantuku keluar mobil dan menggenggam tanganku saat menyerahkan kunci mobilnya pada petugas valet parking mall. Mana mungkin tuan muda mau repot cari parkiran mobil. Aku mah malah sibuk memoto punggungnya karena dia tetap menggenggam tanganku masuk mall. Aku kirim dong ke grub bestuyku untuk pamer.
Bella : kencan dong sama babang keceh.
Pamerku lengkap dengan pesanku.
Kiera : eleh, baper lagi lo, awas mewek cari gue.
Maura : kesurupan ya sepupu gue, kok bisa sih?. Elo mandi kembang semalam untuk Bel?.
Aku ngakak dong membaca pesan Kiera dan Maura. Tinggal pesan Kimmy.
Kimmy : Bestuy aku…have fun ya gadis. Sing sabar, kalo babang galak mulai keluar tanduk biar lancar kencan elo.
Tuh Kimmy doang yang pesannya adem. Jadi aku senyam senyum gak jelas sendirian. Happy dong, walaupun menyusul pesan Kiera dengan emot muntah, dan Maura dengan emot mata berputar. Bodo amat, nikmatin aja dulu moment baik ini dengan bang Noah.
“Bel, langsung nonton aja ya, biar keburu usoli asar” katanya sambil melirik jam tangannya.
Aku mengangguk saja. Ya elah bang, di bawa kemana juga nurut aku mah, yang penting sama abang. Bisa gandengan tangan trus bisa rangkul lengan abang yang tegap gimana gitu, abang kan mantan atlet basket. Sekarang aja gak lagi, mulai mager bang Noah untuk basket lagi.
“Astaga..” keluhnya saat aku ganti merangkul lengannya begitu kami masuk area bioskop yang pasti ramai kalo weekend.
“Rame, takut bang” rengekku gimmick.
Dia menghela nafas lalu tetap membiarkan aku bertahan merangkul lengannya memasuki lagi area bioskop menuju antrian membeli tiket. Harus aku rangkul, gila aja kali kalo aku anggurin bang Noah yang keceh. Banyak banget cewek cewek yang mendadak mengawasi kami sambil mencuri perhatian bang Noah. Sory girls, punya aku sementara ini, gak tau besok besok.
“Bel, nonton apa dah?” jedanya padaku sambil menatap papan di belakang mba kasir tiket.
“Hm…cari yang jamnya gak bikin lewat jam usoli asar aja bang” jawabku.
“Benar juga. Bebas nih mau nonton apa aja?” jawab dan tanyanya lagi.
Aku mengangguk.
“Tumben elo gak banyak maunya” komennya lalu bergerak mengambil antrian.
Buru buru aku menyusup di depannya dan dia hanya menghela nafas. Aku cengar cengir saat menoleh ke belakang menatapnya.
“Rame, nanti gue di modusin orang. Di modusin abang aja” jawabku pada tatapannya.
Dia tertawa.
“Makanya jangan kecentilan jadi cewek” ejeknya.
Aku tertawa saja. Mau centil sama bang Noah aja, yang baik banget hari ini.
“Astaga…” desisnya lagi waktu aku memposisikan tangannya memeluk pinggangku.
Aku tertawa lagi saat menoleh ke arahnya yang tinggi sekali di belakangku. Aku pakai flat shoes, jadi tinggiku hanya sebatas dadanya. Pas banget untuk mencari tau, apa dadanya deg degan macam dadaku di peluk bang Noah dari belakang.
“Ngapa jadi elo yang modusin gue” bisiknya.
Aku tertawa senang.
“Menang banyak anak si Toby” ejeknya.
Ngakak dong aku, bang Noah soalnya tertawa juga. Lalu kami diam, menunggu antrian. Aku jadi punya kesempatan untuk selfie dengan latar bang Noah di belakangku, walaupun dia tidak menatap ke arah kamera handphoneku. Biar aja, yang penting muka kecehnya tetap kelihatan, terutama dia bagian rahangnya putih mulus, bersih macam pakai skin care. Kalo antrian bergerak pun dia mendorongku pelan untuk maju dengan pegang bahuku baru peluk pinggangku lagi untuk menunggu lagi. Untuk pertama kalinya dia sesabar ini menunggu antrian. Males kami ribut tidak jelas kali. Sampai tiba waktunya di depan mba kasir.
“Pilih bangku Bel, jangan yang di pojokan, banyak setan” perintahnya setelah menjawab pertanyaan si mba soal pilihan film yang mau dia tonton dan aku iyakan juga, dari pada kami bertengkar.
Aku pilih bangku, dia sibuk membuka dompet untuk mengeluarkan kartu kredit andalannya yang berwarna hitam. Anak sultan, kartunya pasti unlimited.
“Makasih mba” kataku saat menerima tiket dari si mbanya dan bang Noah langsung rangkul bahuku keluar antrian.
“Tumben elo anteng, gak pecicilan, gak tengak tengok, gitu dong jadi cewek yang tenang Bel. Jadi gak nyusahin gue” komennya.
Aku tertawa menanggapi dan dia hanya geleng geleng menanggapiku dengan sedikit senyum.
“Mau jajan gak, biar elo sibuk trus gak ganggu gue nonton” ajaknya.
“MAU!!!” jawabku.
Dia tertawa lalu menurut waktu tangannya aku tarik untuk beli popcorn sebak besar lalu aku pesan dua minuman yang dia bawakan setelah dia bayar jajanan kami. Tidak lagi rangkul aku karena harus bawa minuman kami untuk mencari sofa untuk kami menunggu teater yang akan kami masuki siap.
“Elo doang yang bisa bikin gue, mau banget nenteng minuman gini” keluhnya begitu aku dapat duduk.
Aku tertawa, dan dia geleng geleng lagi dan bertahan berdiri mengawasiku ngemil popcorn.
“Mau duduk gak bang?” tanyaku.
Dia berdecak.
“Gak usah” jawabnya galak.
“Biar elo makin jangkung ya?, makan galah aja bang” gurauku sambil mengadah menatapnya.
Tinggi banget tuan muda, sampai aku harus mengadah maksimal menatapnya doang. Dan dia berdecak menanggapi gurauanku.
“Elo gak sadar, kalo elo pakai rok, mau k****t keliatan kali. Gak sadar apa, kalo elo suka duduk sembarangan!!” jawabnya ngomel.
Benar juga, aku pakai rok selutut model a line, dan kaos, supaya keliatan girly walaupun aku pakai kaos dan flat shoes. Sebenarnya bang Noah perhatian banget sih, cuma caranya tidak semanis bang Timmy atau bang Biyan pada Kimmy atau Maura. Mesti ngegas mulu bang Noah sih, padahal berteman akrab dengan Biyan yang manis banget. Atau bang Timmy yang walaupun gahar dan demen gelud, tapi manis kalo ngomel pada Kimmy. Jadi mending aku diam dan memperbaiki dudukku supaya bang Noah tidak makin marah dan merusak acara nonton kami.
“Ngapa lama banget sih Bel, apa mesti gue beli nih bioskop?” omelnya mengeluh.
Namanya tuan muda, pasti sombong sesekali. Jadi biarkan saja. Pantas pantas aja kalo dia yang sombong mah, secara anggota keluarga sultan.
“Sabar bang…sini duduk dulu dah, cape juga abang berdiri mulu” ajakku bergeser supaya bang Noah bisa duduk.
Dia menolah waktu masih ada yang pasangan lain yang duduk sebelahku, saat mereka bangkit baru bang Noah mau duduk juga.
“Yang benar duduknya, gue cape mau duduk” perintahnya.
Aku menurut memperbaiki dudukku dengan memangku tote bag yang aku bawa. Baru dia setuju duduk di sebelahku.
“Minta Bel” rengeknya meminta popcorn yang aku makan trus dari tadi untuk membunuh waktu.
Aku share dong popcorn yang aku pegang lalu dia makan dengan mode malas karena bersandar di sofa tunggu.
“Ini yang bikin gue malas nonton bioskop, lama banget buat nonton doang, mending beli DVD trus nonton di rumah” keluhnya.
“Bukan DVD bokepkan?” ejekku.
Dia berdecak.
“Ngapain, apa bagusnya nonton orang ah u doang sepanjang film” jawabnya.
Aku tertawa.
“Berarti abang udah nonton dong?” tebakku.
Dia tertawa.
“Gak usah kepo” jawabnya.
Aku ikutan tertawa. Kenakalan anak lelaki salah satunya itu, nonton film dewasa atau membaca buku dewasa juga. Kalo hanya untuk menghilangkan rasa penasaran, ya biar aja. Kebanyakan anak lelaki begitu kok, boleh kalian cari tau, kalo tidak percaya.
“Akhirnya…” desis bang Noah saat sudah mendengar panggilan kalo teater yang kami akan masuki sudah siap.
Aku buru buru bangkit mengikutinya bangkit.
“Pegang nih minumannya, tar elo ke dorong orang yang mau masuk teater sama kaya kita” perintahnya.
Aku menurut walaupun buat aku kerepotan membawa semuanya dengan tanganku. Harusnya aku pakai tas slempang kalo serepot ini. Lalu bang Noah rangkul bahuku lagi mendekat pada mba penerima karcis kami, itu pun harus banget nunggu antrian sepi baru dia mengajakku masuk. Dia cari bangku untuk kami sementara aku mengekor, sampai dia persilahkan aku duduk di bangku bagian dalam sebelum akhirnya dia duduk di bangku di sebelahku di sisi jalan lalu lalang orang. Ngeri juga kalo duduk di pojokan, walaupun aku harus hadapi decakan bang Noah karena harus bangkit berdiri karena ada orang lain yang juga berpasangan untuk melewati kami menuju bangku pojokan.
“Heran, kenapa deman banget nonton di pojokan, nontonnya juga jadi gak enak” keluhnya masih ngomel.
“Yakan cari keenakan yang lain, gak usah kaku apa bang” ejekku.
Dia hanya tersenyum mengejek menatapku.
“Gak sekalian check in aja, bisa sekalian bobo bareng” jawabnya.
“YUK!!” cetusku asal.
Bang Noah tertawa.
“NGAREP ELO MAH!!!” jeritnya sambil mengusap wajahku dengan telapak tangannya yang besar tapi lembut sekali.
Aku cengar cengir.
“Lupa gue” serunya kemudian lalu membuka jacket yang dia pakai.
“Nanti dingin bang” cegahku.
“Dari pada paha elo yang dingin, terus minta gue angetin, mending gue buka jacket” jawabnya.
Aku tertawa lalu membiarkan dia menyelimuti kakiku dengan jacketnya.
“Manisnya babang Noah, Tayang aku…” pujiku mengusap pipinya.
Dia memutar matanya lalu duduk bersandar lagi di sebelahku.
“Selfie bang!!” rengekku kemudian.
Harus di abadikan moment kami pertama kali nonton berdua seperti ini, biasanya ramai ramai.
“Ngapain sih?” tolaknya.
“Eh, biar sepupu elo tau, kalo kita udah baikan, jadi elo gak di jutekin lagi” jawabku.
“Benar juga” jawabnya mau juga.
Aku bersorak girang lalu selfie dengan gaya norak, karena bang Noah juga begitu dengan memeletkan lidahnya ke arah kamera handphoneku atau menjulingkan matanya dengan tangannya merangkul bahuku. Gimana aku gak happy walaupun saat aku share lagi di grub kuartet Bestuy, reaksi Kiera dan Maura tetap saja mengejekku.
Kiera : semoga tetap gak waras babang Noah, jadi bisa norak gitu trus sama elo yang juga norak.
Maura : udah pernah gue sama Biyan, jadi B aja.
Aku tertawa membacanya. Tinggal Kimmy yang memang selalu telat bereaksi di grub. Pasti sibuk balas chat bang Timmy.
Kimmy : Semoga samawa until nikahan, I’m happy for you sistur.
Kembali adem komen Kimmy mah, jadi aku senyam senyum sendiri saat memasukkan handphoneku ke tas lagi.
“Tawa mulu sih lo?” ejek bang Noah.
Aku malah tertawa lagi lalu menyusup memeluknya sampai dia menghela nafas.
“Biar anget bang, kana bang gak pakai jacket” kataku saat menatapnya.
“Gak ada ngeri ngerinya sama gue Bel” ejeknya tapi tertawa.
“Abang doang, ngapain gue takut, abangkan sayang gue” jawabku kali ini tanpa mengadah menatapnya.
Terdengar helaan nafasnya.
“Heran gue juga, ngapa susah banget buat berhenti khawatirin elo, padahal elo siksa gue mulu. Kecentilan sih lo” jawabnya.
Aku tertawa.
Bodo amat dia bilang aku kecentilan trus, karena aku merasanya centil hanya padanya trus selama ini.
“Gini trus ya, yang anteng jadi cewek, biar gue berhenti khawatirin elo” pintanya lalu aku rasakan ciumannya di pucuk kepalaku.
Ya rob…gimana aku bisa lepas dari bang Noah, kalo pas dia baik gini, hatiku pasti langsung adem banget….