bc

Stuck in the Moment

book_age16+
2.2K
FOLLOW
16.7K
READ
love-triangle
drama
sweet
bxg
city
colleagues to lovers
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Andrea Wijaya menjalani hubungan rahasia dengan bosnya yang terkenal dingin, cuek dan egois bernama Calvin Anggara. Hubungan yang awalnya berjalan dengan baik itu harus diakhiri Andrea saat dia tidak sengaja mendengar Calvin yang merendahkannya di hadapan Ibunya sendiri, Lauren Anggara.

Mengetahui Andrea akan mengakhiri hubungan mereka membuat Calvin frustrasi, membuatnya malam itu bertekad akan menggunakan segala cara agar Andrea tidak jadi pergi. Sayangnya Andrea tetap pergi dan menghilang dari kehidupannya.

Andrea yang bersiap hidup baru harus mendapati bahwa dirinya kini tengah mengandung buah cintanya dengan Calvin. Hidupnya seketika hancur, dan dia berencana untuk mengakhiri semuanya dengan cara melompat dari jembatan.

Bagas Baskara, berusaha menyelamatkan perempuan yang akan melompat dari jembatan itu. Sayangnya wanita itu malah lari dan mengalami kecelakaan yang akhirnya membuatnya lupa ingatan.

Tiga tahun berlalu, wanita itu kembali bertemu dengan Calvin tanpa mengingat siapa pria itu. Namun pertemuan itu membuat Calvin semakin penasaran dan mencari tahu siapa wanita bernama Nayla yang sangat mirip dengan Andrea itu. Ditambah lagi wanita itu membawa seorang anak laki-laki yang berambut pirang dan bermata biru seperti dirinya.

Sayangnya, jalannya untuk kembali bersama Andrea tidak semudah yang dibayangkan. Selain penolakan dari Laura-Ibu Calvin, wanita itu juga akan segera menikah dengan calon suaminya, Bagas.

Berhasilkah kisah cinta Andrea dan Calvin? Atau apakah Andrea akan hidup bahagia dengan Bagas yang tulus mencintainya?

“Kamu harus tahu betapa sulitnya aku untuk keluar dari kenangan kita, aku terjebak disana.”

chap-preview
Free preview
1. Hubungan Terlarang
Andrea menggeliat dalam pelukan hangat Calvin, indra penciumannya dapat menangkap bau maskulin dari lelaki yang berstatus bosnya itu. Beginilah Andrea menjalani hari-harinya, menjadi sekretaris Calvin saat siang hari dan menjadi wanita yang menemani lelaki itu di ranjang ketika malam tiba. Anehnya, Andrea menikmati itu semua tanpa adanya keberatan. Andrea bahkan rela menyerahkan mahkota wanitanya untuk Calvin, dia sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Dia merasa itu setimpal dengan kenikmatan yang diberikan Calvin padanya, cara lelaki itu memperlakukannya di atas ranjang terlalu sempurna untuk ditukar dengan apa pun di dunia ini. Gerakan Andrea membuat Calvin tersadar dari tidurnya, dia membuka setengah matanya dan melihat wajah cantik Andrea yang sudah beberapa bulan ini selalu dilihatnya setiap pagi. Calvin menyunggingkan senyum tipis saat melihat Andrea yang juga tengah menatapnya sambil mengelus rahang kekar Calvin yang mulai tumbuh jambang tipis. “Morning,” sapa Andrea. “Jam berapa ini?” tanya Calvin masih sambil menutup matanya. Andrea mengarahkan kepalanya ke jam meja di nakas samping tempat tidur, “Jam 5 pagi.” Calvin mengarahkan kepalanya ke arah leher jenjang Andrea, “Kita masih punya satu jam lagi.” Tangan kekarnya menarik tubuh Andrea agar semakin rapat dengannya, memupus jarak di antara mereka. Bukan hal baru bagi Calvin dan Andrea, keduanya sama-sama butuh itu walau hubungan mereka tetaplah seorang bos dan sekretaris. Tidak ada hubungan romansa. *** Calvin meraih jam tangan mahalnya kemudian mengenakannya di pergelangan tangannya. Andrea selalu tahu selera berpakaian Calvin membuat pria itu semakin mudah memulai harinya karena semua sudah dipersiapkan oleh Andrea. Setelah yakin penampilannya menawan, Calvin segera keluar dari walking closetnya dan menuju dapur. Calvin hanya dapat menemukan sepiring roti dan segelas s**u di meja makannya tapi tidak menemukan sosok Andrea di sana, lelaki itu kemudian kembali lagi ke kamarnya. “Re,” panggil Calvin. “Iya,” sahut Andrea dari dalam kamar mandi. Calvin kemudian segera menuju kamar mandi dan mendapati wanita itu tengah menatap cermin dengan tatapan kesal. Dahinya mengerut keheranan, dia kemudian mendekat ke arah Andrea. “Kenapa?” tanya Calvin, dia duduk di wastafel membuatnya kini menghadap ke arah Andrea. Bibir Andrea mengerucut kemudian memandang Calvin dengan tatapan kesal. “Lihat nih, hasil perbuatan kamu,” ujar Andrea dengan nada merajuk manjanya. Calvin dapat melihat tanda yang berwarna merah keunguan yang berada di d**a Andrea. Hasil perbuatannya itu dapat terlihat dengan jelas karena Andrea memakai blus dengan kerah yang terlalu rendah. “Ya, terus kenapa?” Calvin berpura-pura bodoh. Andrea mencebik. “Kalau kelihatan ‘kan malu,” ujar Andrea sambil menatap dirinya di cermin dan berusaha untuk menutupi tanda kepemilikan Calvin itu. Calvin mengulum senyum, “Ya, jangan diperlihatkan kalau begitu. Ganti bajumu, itu terlalu seksi.” Calvin mengarahkan bibirnya kembali tepat ke belahan d**a Andrea dan membuat satu lagi tanda di sana. “Calvin!” pekik Andrea kaget. Pria itu kemudian segera melepaskan bibirnya dan tersenyum puas. “Ganti bajumu, atau kita tidak akan pergi kantor hari ini,” tandasnya lagi sebelum pergi. Andrea menatap pasrah pada dirinya dengan tanda kemerahan yang tepat berada di tengah. Mau tidak mau Andrea kembali ke walking closet dan mencari blus lain yang menutup semua area dadanya. Setelah selesai berganti pakaian, dia segera menyusul Calvin di ruang makan. Pria itu sedang berbicara di telepon dengan seseorang. Andrea segera mengambil selembar roti dan kemudian mengoleskan selai stroberi kesukaan Calvin, dan menaruhnya kembali ke piring Calvin. Dia kemudian mengambil lembaran roti lainnya dan langsung memakan roti itu tanpa selai, dia memang tidak suka selai pada roti. “Iya, Mi. Nanti aku datang. Memangnya banyak kolega penting di sana?” Calvin kembali duduk di kursi meja makan itu dan segera mengambil roti yang sudah disiapkan Andrea. Mulut Calvin mengucapkan kata terima kasih tanpa suara karena dia masih berbicara dengan Maminya di telepon. Memang tidak ada yang tahu tentang hubungan keduanya. Baik Calvin maupun Andrea memang masih lajang tapi keduanya memilih untuk tidak menunjukkan dan memberitahukan hubungan mereka pada orang lain. Toh, hubungan mereka hanya sebatas hubungan di ranjang. “Aku sedang sarapan, Mi.” Calvin kembali menggigit rotinya. “Tidak dengan siapa-siapa. Hanya aku sendiri,” ujar Calvin lagi. Andrea memandang Calvin yang sedang meminum sussunya. “Iya, nanti ya. Menantu untuk Mami itu gampang didapatkan. Nanti saja, aku masih belum mau menikah,” lanjut Calvin. Andrea berusaha tersenyum dan meneguhkan hatinya saat mendengar hal itu. Entahlah, sudah beberapa bulan ini dia merasa, sebuah kehampaan di hubungannya dengan Calvin. Padahal dia tahu, dia tidak bisa untuk meminta lebih. Calvin kemudian memutuskan telepon dengan Ibunya, dia kemudian melihat ke arah Andrea yang tengah menatapnya. “Kenapa kamu ngelihatin aku begitu?” tanya Calvin. Andrea hanya menggeleng. Calvin langsung membuang muka sambil kembali menguyah sisa potongan rotinya. “Sekarang bacakan jadwalku hari ini,” ujar Calvin. Dia menepuk-nepuk tangannya lalu mengambil lap untuk mengelap mulutnya. Andrea masih terpaku pada khayalannya. “Andrea!” Calvin memukul meja kecil untuk menyadarkan Andrea dari lamunannya. “Eh! Kenapa?” Calvin mendesah kasar, dia tidak suka orang yang tidak tanggap. “Sekarang kita sudah mulai bekerja, Andrea! Bacakan jadwalku hari ini,” ujar Calvin. “Ah, itu. Baik, sebentar.” Andrea berlari menuju tasnya dan mengambil tablet dari sana. Tangannya sibuk memencet benda itu. “Jadwal anda hari ini adalah meeting dengan pihak pembangunan kantor baru, makan siang dengan investor baru dari Italia dan kemudian sore harinya anda sudah tidak ada jadwal sampai malam, Pak.” Andrea membacakan semua jadwal Calvin. Calvin mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ayo kita berangkat sekarang kalau begitu,” ujar Calvin kemudian segera pergi. Andrea dengan cepat mengambil ponselnya untuk menghubungi pihak keamanan untuk menyediakan mobil. Malamnya menjadi tuan putri sudah selesai. *** Begitulah gambaran hubungan Andrea dan Calvin, ketika sedang bekerja mereka tidak pernah menunjukkan gelagat apa pun. Bahkan keduanya tidak pernah membicarakan apa pun selain pekerjaan selama di kantor, sekalipun tidak ada yang melihat keduanya. Calvin adalah seorang yang perfeksionis, dia tidak ingin ada yang cacat sama sekali pada pekerjaannya. Hal ini tentu menyulitkan siapa pun yang bekerja padanya karena pria itu juga punya temperamen yang buruk. Andrea bukan satu-satunya sekretaris yang dimiliki Calvin, totalnya Calvin punya tiga orang sekretaris yaitu Widia, Dian dan juga Andrea. Hanya saja, Andrea adalah orang yang paling lama di antara mereka. Gampangnya, hanya Andrea yang tahan dan sanggup bersama dengan Calvin, sisanya mengundurkan diri secara teratur ketika mengetahui sifat asli pria itu. “Coba periksa jadwalku untuk akhir pekan ini,” ujar Calvin. Matanya tidak berpaling dari gawainya, sibuk memeriksa segala pekerjaan. Andrea bergerak cepat mengecek jadwal bosnya itu. Keduanya sedang berada di mobil dalam perjalanan menuju kantor. “Bapak punya jadwal kosong saat akhir pekan. Apakah mau dibiarkan kosong?” tanya Andrea. “Aku ada acara keluarga akhir pekan nanti. Ulang tahun Mamiku, tolong isi jadwalnya,” ujar Calvin. “Baik, Pak.” Andrea kemudian mengetik jadwal tambahan Calvin di agendanya. “Nanti saat makan siang, siapa yang akan menemaniku?” tanya Calvin. Pandangannya tetap tidak beralih. “Ada Dian yang akan menemani Bapak nanti,” jawab Andrea menyebutkan salah satu sekretaris yang dimiliki Calvin. Calvin hanya mengangguk tanpa berbicara lagi. Andrea kemudian segera menghubungi kedua rekan kerjanya untuk memberitahu bahwa sang bos sudah dekat ke kantor. “Kita jadi meeting di mana?” tanya Calvin. “Di ruang 401, Pak.” Andrea berjalan tepat di belakang Calvin. Calvin langsung menuju ruangan yang disebutkan Andrea. Langkahnya yang cepat sudah bisa diimbangi oleh Andrea walau wanita itu menggunakan heels setinggi 7 cm. Calvin langsung masuk ke ruangan itu bersama dengan Andrea, orang-orang yang akan menjadi peserta rapat itu sudah berada di sana. Orang-orang yang berasal dari sebuah perusahaan konstruksi itu langsung berdiri setelah melihat sosok Calvin masuk ke dalam ruang rapat. Sebagai salah satu pemimpin industri hiburan nomor satu di negeri ini, sosok Calvin sangat dihormarti. “Selamat pagi, Pak Calvin,” sapa seorang pria yang berpenampilan rapi yang diketahui Andrea sebagai pimpinan proyek pembangunan kantor baru untuk perusahaan Calvin. Perusahaan Calvin mengalami pelonjakan drastis karena boyband baru mereka yaitu Ruby. Hal itu menyebabkan gedung lama ini seakan sudah tidak bisa lagi menampung para karyawan yang ada. Singkatnya perusahaan yang sedang dipimpin Calvin ini sedang butuh renovasi besar. “Selamat pagi, Nona Andrea,” sapa pria itu pada Andrea. Matanya mengerling genit pada Andrea. Andrea yang cukup terkejut akan sapaan itu hanya dapat tersenyum dan mengangguk kecil. Dia melirik sedikit ke arah Calvin namun pria itu tampak tidak peduli, dia malah sudah sibuk melihat gambar perkembangan terakhir dari gedung kantor barunya. “Bisa kita mulai sekarang rapatnya?” Calvin bersiap untuk memulai rapat mereka. Satu setengah jam berlalu dan akhirnya rapat pertama itu berakhir dengan banyaknya revisi tidak puas dari Calvin. Dia masih bersikeras bahwa apa yang direncanakan oleh pihak pembangun itu belum sempurna. Tentu saja sikap Calvin itu membuat jengkel para orang-orang pemenang hak konstruksi gedung baru perusahaan, beberapa bahkan mengumpat di depan Calvin namun tidak dipedulikan oleh lelaki bermata biru itu. Baginya, selagi masih belum sempurna maka tidak akan dia setujui apalagi membayar mereka. Andrea mengunci layar tabletnya dan bersiap di depan pintu untuk mengantar para anggota rapat keluar dari ruangan. Seperti biasa, Andrea memamerkan senyum cantiknya ditambah dengan sedikit membungkuk untuk memberi hormat pada para peserta rapat itu. “Hai, Nona Andrea.” Sosok pria pemimpin proyek itu berhenti di depan Andrea. “Selamat siang, Pak Nathan,” sapa Andrea sopan. Pria itu mencebik sebentar. “Panggil saja aku Nathan,” ujar pria itu lagi. “Tidak sopan memanggil kolega bisnis bos saya dengan nama,” jawab Andrea. “Ya, anggap saja aku temanmu kalau begitu,” ujar Nathan. Andrea terdiam ragu. “Ya?” Nathan melekatkan kedua telapak tangannya. “Baik.” Andrea tersenyum. “Manis banget kamu kalau lagi senyum,” ujar Nathan. “Terima kasih.” Andrea mulai tidak nyaman. “Kamu sudah punya kekasih, Andrea?” tanya Nathan. “Hah?” Andrea terkejut karena pertanyaan itu dan kemudian menggeleng. Senyum Nathan mengembang sempurna melihat jawaban Andrea. “Kalau begitu, boleh aku hubungi? Aku punya nomor teleponmu sudah lama cuma aku agak takut menghubungimu. Bisa ya?” tanya Nathan. Andrea bingung sekarang. Di satu sisi dia merasa tidak nyaman karena Calvin berada di dekatnya, dan satu sisi lainnya dia tidak nyaman jika tidak menjawab pertanyaan atau bahkan menolak Nathan. Andrea melirik Calvin sebentar dan lelaki itu tetap tidak bergeming, matanya sibuk melihat ke hasil rapat tadi. Andrea mengangguk. “Oke, aku akan menghubungimu segera. Bye Andrea.” Nathan melambaikan tangannya sambil berjalan dengan senyum penuh kemenangan seolah dia baru saja menang undian berhadiah. Andrea yang melihat kepergian Nathan kembali terkejut karena tiba-tiba saja Calvin sudah berada di hadapannya. Lelaki itu berdiri lama di depan Andrea membuat Andrea berpikir bahwa dia akan dimarahi. “Tolong sediakan makanan ringanku,” ujar Calvin kemudian berlalu meninggalkan Andrea. Perasaan aneh seperti menusuk dialami Andrea, entah kenapa hatinya sakit karena sikap cuek Calvin. *** Andrea menepuk jidatnya karena dia melupakan bahwa hari ini adalah jadwalnya untuk datang bulan. Untung saja, dia membawa pembalut cadangan di dalam tasnya. Andrea terduduk di toiletnya untuk sejenak, bahunya sedikit turun. Saat datang bulan adalah saat di mana Andrea tidak akan bersama dengan Calvin. Lelaki itu selalu menyuruh Andrea untuk kembali ke apartemen Andrea saat wanita itu mendapat tamu bulanannya. Tentu saja karena kalau Andrea sedang datang bulan itu artinya dia tidak bisa dimainkan Calvin di ranjang. Andrea kembali mengingat kejadian tadi saat Calvin yang tidak peduli dengan dirinya yang digoda pria lain. Andrea menepuk pipinya pelan mencoba menyadarkan dirinya bahwa hubungan dirinya dan Calvin hanya sebatas hubungan profesional dan tidak ada perasaan di sana. Calvin tidak mencintainya begitu juga dirinya yang tidak mencintai Calvin. Semoga. Andrea kembali bersiap saat Dian-salah satu sekretaris Calvin mengabarkan bahwa dia dan bos mereka sudah tiba di lobby kantor. Andrea segera keluar dari toilet dan kembali berdiri di depan ruangan Calvin siap untuk menyambut bosnya itu. Sosok Calvin dan Dian akhirnya terlihat mendekat. “Selamat datang kembali, Pak Calvin.” Andrea membungkukkan kepalanya. Calvin berhenti sejenak di hadapan Andrea, menatap wanita itu seolah sedang berpikir. “Andrea, saya butuh bicara dengan kamu. Segera ke ruangan saya.” Calvin segera berlalu masuk ke dalam ruangannya. Andrea langsung mengekori langkah Calvin. “Kunci pintunya,” perintah Calvin. Andrea segera memutar kunci pada pintu itu. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Andrea sopan. Ya, walau keduanya sedang berduaan selama masih di kantor keduanya berusaha bersikap seprofesional mungkin agar tidak ada yang curiga pada hubungan mereka. “Kamu pulang ke tempatku hari ini,” ujar Calvin. Andrea terkejut karena Calvin membicarakan hal itu di kantor. Sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. “Maaf Pak, tapi saya sedang datang bulan,” jelas Andrea. Calvin terlihat sedang berpikir, dia kemudian berdiri mendekati Andrea. Andrea lagi-lagi terkejut dengan sikap Calvin ini, mata birunya menatap lekat mata Andrea. “Tetap ke tempatku! Ini perintah!” Andrea menatap Calvin dengan tatapan heran. “Dan ganti nomor teleponmu!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook