Arman mondar mandir di teras, menunggu Kiki yang tak kunjung datang. Tangis Aqny semakin kencang yang membuat Arman bertambah panik. Satu jam berlalu begitu saja, Arman mulai curiga Kiki tidak akan pernah kembali. Ditatapnya Aqny yang terus menangis. Arman bingung, benar-benar bingung. Karena tidak tahu harus berbuat apa, ia menghubungi Nayla. Entah apa yang dia harapkan dari mantan istrinya itu. Otaknya seperti lumpuh sesaat tak tahu harus bagaiamna. Kepalanya terasa ingin meledak dengan semau masalah yang menghantamnya hampir bersamaan itu. “Halo,” sapa Nayla dari dalam ponselnya. Hening. Arman diam terpaku. Hanya suara tangis aqny yang terdengar. “Halo, Mas?” sapa Nayla sekali lagi. Arman diam, tiba-tiba bibirnya kelu untuk berkata-kata. Suara Widi yang terdengar sayup menyadarkan