Part 27

1029 Words
Part 27 "Gue kira gue doang yang hidupnya nelangsa seperti ini, ternyata ada yang lebih buruk dari gue." Gumam Cantika memasuki kelasnya dan temannya ternyata masih belum datang ke sekolah. "Malik hidupnya berkecukupkan tapi tanggung jawab yang dipegangnya sangat besar." Cantika berdecak kagum pada Malik, membayangkan betapa baik perlakuan cowok itu namun bukan hanya padanya melainkan kedua orang tuanya. "Hebat si dia, dia juga jadi orang kuat banget dan gak pernah nunjukin sisi sedihnya. Doa selalu tersenyum apapun yang terjadi eh pernah nampak marah sih emm waktu dia main bola." Cantika menjetikan jarinya. "Tapi anehnya setelah itu dia gak masang muka marahnya dan itu yang bikin gue mikir banget sih. Kok secepat itu ya dia berubah minik wajahnya. Apa ada sesuatu dibalik Malik marah dan mendadak menjadi biasa saja?" Cantika masih teringat soal sikap Malik yang bisa berubah dengan cepat. "Ekhem." Cantika terjengat dan mengusap dadanya saat mendengar suara deheman dari seseorang yang membuatnya kaget sekali. "Eh Melani, haduh bikin gue kaget sumpah." "Haha lo ngapain mikir serius dan bicara sendiri?" Melani duduk di bangkunya dan menatap Cantika penuh keheranan. "Gak kenapa-napa gue." "Cih, bohong lo. Gue tau lo lagi mikirin Mal--" "Hust." Cantika buru-buru mendekap mulut Melani supaya tidak menyebutkan nama seseorang. Melani menahan tawanya dibalik senyumannya yang lebar lalu jiwa-jiwa keponya memberontak ingin dikeluarkan dan tubuhnya mendekat ke Cantika sambil tangannya menutup mulutnya dibagian sisi atau pipinya. "Gue tadi denger lo bicara sendiri soal Malik." Ucapan Melani membuat Cantika deg degan sendiri. "Iya ya tapi jangan bilang siapa-siapa." Cantika merasa geregetan dan pasrah sudah temannya sudah mengetahui tentang seseorang yang sedang dirinya pikirkan. "Iya gue gak bilang ke siapa-siapa, asal bilang dong ke gue kalau lo itu ada apa-apa dan jangan langsung menghilang. Terus kenapa lo mikirin Malik dan sudah mau jujur ke gue pula, akhirnya si." Melani terkekeh pelan. "Iya gue usahain bilang sih dan gak terlalu jatuh nanti bisa terpuruk parah sama harapan." "Maksudnya?" "Ah enggak papa." "Kalimat lo tadi seakan menujuk lo ada rasa sama dia." "Gue cuman nyaman aja kok, ya nyaman berteman dan merasa selalu didekat dia. Gue gak berharap lebih juga." Cantika menggeleng samar. "Di posisi lo ini bakalan sulit kedepannya sih, gue akui si Malik ini juga punya rasa gengsi tinggi. Lo harus siapin rasa sakit hati ada didekatnya, ingat dia itu tipe cowok yang friendly ke semua cewek dan lo tau sendiri kan dia ke cewek kayak gak tegaan gitu," ujar Melani. "Dan lagi, emang si perlakuan Malik itu manis dan bikin baper banget deh. Tapi lo harus hati-hati ya dan tau batasan pertemanan. Kalau lo terlalu dalam menanggapi Malik, lo akan sakit sendiri dan gue peringatin begini buat kebaikan lo sendiri. Lo gak pernah pacaran soalnya." Melani mengkhawatikan Cantika kedepannya jika perasaan temannya itu makin lemah karena lelaki akan bisa jadi menyakiti hatinya kedepannya. "Gue jalani aja deh pertemanan ini dan jika perasaan aneh gue muncul seperti yang lo bilang itu. Mungkin gue bakalan mundur." "Tergantung juga, Tik. Kalau dia juga suka sama lo, dia bakalan jujur sama perasaan lo si dan gak bakalan melepas lo begitu mudah. Mungkin harus diberi pancingan dulu, dia itu suka kita dalam hal berteman atau yang lain." Sela Melani. "Jadi dilihat dulu kedepannya gimana ya." Cantika mengangguk paham. "Ya kayak gitu lha intinya." Melani juga ikut mengangguk. "Tapi disisi lain juga gue bakalan susah sih." "Kenapa?" "Lo tau sendiri kan fansnya Malik itu banyak juga dan mereka semua gak suka sama gue ada didekat Malik. Setiap Malik dikerubungi sama mereka, gue didorong jauh dan berakhir gue ninggalin Malik bersama fansnya," ungkap Cantika. "Itu sudah jadi resiko lo sih, lo juga tau kan kalau dia punya penggemar dan otomatis belum tentu mereka menerima kehadiran lo. Mereka juga cemburu, ada cewek yang lebih dekat dengan Malik daripada mereka yang harus susah payah dulu dekat sama Malik. Seramah-ramahnya Malik kalau fansnya datang sendirian pasti dia juga bakalam cuek kecuali datang bersama rombongan dan Malik akan menanggapinya." Melani membuka bungkus makanannnya dan mulai melahap makananya tersebut. Ia juga menawari ke Cantika namun Cantika tidak mau. "Lo tau betul banget soal Malik dan fansnya." Cantika terkekeh pelan. "Iya tau lah, gue gak di dalam kelas mulu kayak lo yang kenal Malik waktu kelas 2 ini padahal sudah satu sekolahan sejak kelas 1 kemarin." Melani menghembuskan napasnya kasar. "Oh ya ya." "Gue juga baru paham aja sih setelah lo dekat sama Malik. Paham sama apapun di sekitar Malik apalagi gue juga sering ke gedung IPA, biasa lah gue cari cowok di gedung sebelah haha." Melani tertawa lalu hampir saja tersedak dan Cantika membuka botol minumnya. "Kena azab kan lo, makanya kalau cerita jangan sambil makan mana ketawa juga, hadeh." Cantika menepuk jidatnya melihat kelakuan temannya di sebelahnya. "Haha saking asyiknya menggosip Tik, jadi dinikmati sambil makan." Melani malah menyengir dan tetap melanjutkan ngemilnya. "Lo sudah sarapan kan? Masih pagi makan jajan ini anak." Cantika kenaikan sebelah alisnya. "Belum sih." lirih Melani sambil menggeleng pelan. "Hadeh, harusnya sarapan dulu. Lo mau cari penyakit apa?" Cantika berdecak kesal. "Haha iya ya bentar lagi sarapan." Melani mengeluarkan nasi bekalnya yang selalu disiapkan oleh mamanya. "Bentar lagi masuk bego." Cantika gereget sama temannya sendiri yang susah dinasehati dan suka makan jajan sebelum sarapan. Padahal Melani mudah terkena sakit dan sering tak masuk kelas. Berujung Cantika wara-wiri ke rumah gadis itu demi memberitahukan tugas sebab Cantika tidak memiliki ponsel. "Eh iya ya dah mau jam masuk." Melani bergegas membungkus lagi makanan ringannya dengan menggunakan karet yang selalu dibawa dan untuk berjaga-jaga jika makanannya tidak bisa dihabiskan atau ingin disimpan terlebih dahulu. "Ege banget ini bocah." Cantika geleng-geleng kepalanya dan pasrah sudah melihat kelakuan temannya. Melani sekarang membuka kotak bekalnya dan mulai sarapan. "Telat si lo, kenapa gak dari tadi?" "Setidaknya ada kesempatan buat ngisi perut dulu." Melani menepuk perutnya beberapa kali. "Ngisi perut dulu apaan, lo sudah jajan duluan begitu," ucap Cantika sembari mengeluarkan buku mata pelajaran jam pertama bertepatan dengan itu bel masuk sekolah sudah berbunyi. "Iya sih walau terlambat haha." Melani menertawai sikap bodohnya sendiri. "Hadeh." "Lo gak sarapan?" "Belum, nanti waktu istirahat." "Nah lo aja belum sarapan, sok-sokan negur gue." "Lan gue gal makan jajan hih gereget deh gue sama lo." Cantika melototi Melani dan lagi-lagi temannya itu tertawa. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD