MAAF KALAU ADA TYPO, REVISI SETELAH TAMAT
PART 3
Besoknya Malik berangkat sekolah sendiri karena si kembar diantar oleh Pandu. Sengaja ia mengurangi kecepatan motornya saat melihat sosok gadis yang membuatnya semalam tak bisa tidur karena sangat merasa penasaran. Ia merasa jika pernah dekat dengan gadis itu entahlah perasaan ini muncul tiba-tiba saja tanpa bisa dicegah.
Cantika, gadis itu memiliki rambut yang panjang dan selalu dikuncir seolah menutupi keindahan rambut panjangnya. Mata bulat Cantika mampu membuat sosok Malik merasa terhipnotis, gadis itu sangat cantik meski selalu menampilkan raut wajah datar seperti ada sesuatu yang tersembunyi dibalik tampilannya yang terlihat murung.
Malik tak sadar saking penasarannya kini tepat di belakang Cantika. Napas Malik tercekat kala Cantika membalikkan tubuhnya ke belakang dan mendapati raut wajah Cantika terkejut menatapnya.
"Lo?" Cantika langsung buru-buru pergi sambil menuntun sepedannya yang rusak.
Pandangan Malik terfokus saat melihat ban sepeda itu yang ternyata bocor.
"Mau tumpangan mbak?" tawar Malik yang kini juga ikut ikutan menuntun motornya dan menjajarkan langkahnya dengan langkah Cantika.
Cantika hanya diam saja sambil menetralkan degup jantungnya, jelas ia merasa kaget bertemu cowok itu lagi.
"Lo jualan?" tanya Malik saat melihat isi keranjang sepeda itu terdapat beberapa kerupuk puli (kerupuk yang terbuat dari sisa nasi) yang terikat rapih.
"Lo bisa pergi?" ketus Cantika menatap datar cowok itu sekilas.
" Gue di sini ada niatan baik malah diusir, lo stop dulu deh jalannya." Suruh Malik pada gadis itu dan syukurlah gadis itu menurut.
Malik membuka tasnya untuk mengambil sesuatu setelah memberikan pada gadis itu.
"Gue cuman mau balikin ini, makasih." Malik tersenyum tipis memandang wajah gadis itu yang ternyata seperti namanya, Cantik.
Cantika tak merespon hanya menaruh minyak miliknya ke dalam tasnya. Gadis itu kembali melangkah, Malik melihat itu langsung menyusul secepatnya.
"Diem mulu," cibir Malik.
"Oh ya kurang beberapa langkah lagi ada bengkel." lanjutnya.
"Meski lo gak bilang, gue udah tau! " sewot Cantika.
"Sengaja lah, biar dengerin suara lo hehe." Malik tertawa pelan, merasa berhasil membuat gadis itu mengeluarkan suaranya.
Cantika memutarkan bola mata hitamnya malas dan berdecih sinis. Kakinya semakin melangkah lebih cepat menuju bengkel di sana.
"Gue tau lo gugup kan? Saat lihat gue tadi," ucap Malik dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.
Gue kaget g****k-batin Cantika.
"Gue tau gue ganteng, lama-lama lo jatuh cinta sama gue. Terpesona sama tampannya wajah gue ini bahkan para siswi di sekolah kita banyak yang kenal sama gue. Tapi kok lo gak kenal sih? Apa gue terlalu ganteng ya sampai lo gak kenal sama gue?" Malik tampak berpikir.
Ini cowok puede banget ya Tuhan-batin Cantika.
Akhirnya sampailah ke tempat bengkel, Cantika meletakkan sepedanya di sana. Sepedanya sudah rusak dari kemarin dan baru hari ini ia bisa ke bengkel karena uangnya ia pakai untuk beli makan dirinya dan ibunya.
"Gak usah!" pekik Cantika saat melihat Malik akan membayar kerusakan sepedanya itu. Ban sepedanya perlu diganti dan itu membuat Cantika termenung sesaat.
"Udah gapapa."
"Gak gak usah, please gue bukan pengemis. Gue bisa sendiri kok." mata Cantika membulat saat mengucapkan kata 'pengemis' dan hatinya merasa sedih mengingat kata itu diucapkan oleh seseorang yang dulunya ia sayangi.
"Pengemis? Gue cuman mau bantu lo kok dan gue gak ngatain lo seperti itu. Gue ikhlas, suerr deh!" Malik menunjukkan dua jarinya di kedua tangannya.
"Gue punya uang." Cantika menggigit bibirnya pelan kala saat merogoh saku roknya ternyata cuman ada lima ribu saja itupun selembar.
"Gini deh, gue beli kerupuk lo semua gimana? Biar adil." Malik tersenyum miring menatap gadis itu.
Cantika mengerjapkan matanya beberapa kali saat menatap senyuman mematikan dari Malik itu tapi saat sadar buru-buru ia alihkan pandangannya memilih menatap keranjang sepedanya.
"Lo yakin mau beli semua?"
"Lama." Malik merasa gemas sendiri langsung segera mendekati sepeda itu dan mengambil beberapa kerupuk puli kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Cantika diam melihat sikap Malik yang tiba-tiba seperti itu. Malik langsung membayar pada pemilik bengkel ini dan menyuruh untuk menjaga baik sepeda ini.
"Itu pasti terlalu banyak, gue hutang sama lo dan pasti gue bayar." Cantika merasa tak enak karena dibayari oleh seseorang yang belum ia kenali.
"Hutang lo lunas kalau lo mau gue bonceng."
...
"Gue turunin di sini seperti kemarin." Malik menghentikan motornya di depan gang yang akan menuju sekolahnya.
Cantika mengira jika nantinya Malik akan mengantarnya sampai menuju parkiran sekolah ternyata tidak.
"Gue cuman menghargai lo, lo pasti marah nanti."
Cantika yang mendengar ucapan Malik baru saja entah mengapa hatinya terasa menghangat. Malik menghargainya dan tak seperti seseorang yang ia benci dulu bahkan sampai sekarang makin ia benci.
"Terima kasih." Cantika bergegas turun dari motor milik Malik kala para murid SMAnya sudah mulai berdatangan menuju sekolah.
Malik tersenyum lebar menatap gadis yang berdiri di sampingnya itu. "nama gue Malik."
"Lo ganteng!" Cantika langsung menutup bibirnya, kebiasaannya yang tidak bisa dihindari yapss dirinya suka keceplosan.
Cantika berlari kecil meninggalkan Malik yang masih mematung di sana. Malik tertawa melihat sikap gadis itu yang menurutnya lucu.
"Oh sukanya keceplosan."
...
"Naik naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali." Itu adalah suara si kembar yang sedang bernyanyi. Malik mengajak si kembar jalan-jalan malam hari sebenarnya tujuan awalnya Malik ingin mengajak si kembar ke bazar tapi ternyata ia salah melihat tanggal. Bazar kota sudah terlaksana kemarin lalu dan si kembar yang ingat janjinya membuat dirinya akhirnya mengajak si kembar keliling-keliling serta cari jajan.
"Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara "
"Kiri kanan itu toko ya, gak ada pohon cemara." Goda Malik pada si kembar.
"Kak Malik bisa diam tidak?" Silma mengetuk helmnya dari belakang.
"Waduh tuyul, kurang ajar."
"Eitss gak oleh misuh misuh!" Malik langsung membekap bibir Salma yang sudah ia tebak pasti membalas ucapannya dengan k********r andalannya.
Setelah mengetahui Salma diam akhirnya tangannya dilanjutkan menyetir motornya. Malik santai menatap sekitar jalanan kota Kediri yang sangat ramai sekali bahkan ia menahan agar tak mengumpat kala ada mobil atau motor parkir mendadak tepat di depannya.
"Weilahh Mak kalau mau belok, SENNYA DILIHAT WADOHH!" teriak Malik saat ada seorang ibu-ibu menaiki motor satria belok tiba-tiba apalagi sennya juga salah, seharusnya belok kanan sesuai lampu sennya eh malah belok kiri.
" WASUUU!" teriak ibu-ibu itu membalas ucapannya. Ibu-ibu itu berbocengan menaiki motor satria.
"g****k!" teriak Salma kencang yang mampu menarik perhatian para pengendara motor lain.
Malik meringis mendengar ucapan Salma itu.
"Duh Salma jangan ngomong gitu ah." pinta Malik pada adiknya.
" Lha habis Salma kaget kok." omel Salma.
"Kagetnya Salma telat." Malik menanggung rasa malu Salma sekarang karena ada yang menyindirnya.
Adiknya kok diajarin ngomong kasar
Nanti gedhenya gimana, ngomongnya kayak gitu sama orang tua
Salma malah memajukan bibirnya mengabaikan ucapan Malik dan tangan mungilnya sibuk membenarkan helmnya.
"Ya sudah yang kakak beliin jajan cuman Silma doang deh." Malik merasa kesal sama adiknya satu itu.
"Ya sudah Salma beli jajan sendiri, Salma bawa uang kok. "Salma menjulurkan lidahnya menatap spion motor bermaksud meledek sang kakak.
"Mana uangnya?" tanya Malik pada Salma.
Salma merogoh saku yang terletak dibajunya bagian perut. Lalu menunjukkan uang seribu pada Malik.
"Ini bukannya uang yang kemarin?" tanya Malik heran.
"Iyalah kak, kan Salma duitnya ini. Celengan Salma buat beli rumah barbie." Salma kembali memasukkan uang seribu ke dalam saku bajunya.
Apa yang kalian tau tentang perasaan Malik sekarang, yes Malik kalah telak melawan mulut licin Salma.
"Kuatkanlah hati hambamu ini ya Tuhan," ujar Malik.
"Salma kuat kok, mau punya otot." Salma sepertinya salah mendengar ucapan kakaknya.
"Budeg budeg!" teriak Malik tanpa suara.
Malik menghentikan motornya di pinggir jalan saat melihat gerobak penjual lumpia.
"kakak beli apa?" tanya si kembar bingung.
"mau beli lumpia, mau gak?" tanya Malik pada si kembar.
"Mau mau." Si kembar kompak menganggukkan kepalanya lalu turun dari motor dibantu Malik.
Malik menyuruh si kembar duduk yang berbahan kayu dengan ukuran memanjang itu. Malik memesan lumpia setelah mengantri sekaligus membayar makanan tersebut.
"Nih kakak beli enam lumpia tapi kita dua dua. Salma dua, Silma dua dan kakak dua jadi gak boleh saling rebut. Nanti beli makanan lagi." Malik membantu adiknya memakan lumpia itu dengan tissue, tissue milik si kembar. Si kembar selalu membawa tas mungil berisi kebutuhan mereka sendiri dan jika ia membuka tas mereka pasti mereka mengamuk seperti ala ala cewek remaja sekarang. Centilnya ya ampun...
"Nanti beli jajan lainnya kan?" tanya Silma, sang penikmat makanan sedari kecil.
"Iya, yang ini dihabisin dulu ya. Kakak mau ambil botol minum kalian." Malik beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju motornya untuk mengambil tiga buah botol berisikan air mineral.
Beginilah keseharian Malik saat bermalam minggu, bukannya sama pacar melainkan kencan dengan si kembar. Sebenernya jika Aisyah sudah besar pasti ia akan mengajak jalan-jalan juga bersama si kembar. Seru sebenarnya mengajak si kembar seperti ini tapi ya begitulah harus menahan diri agar tak emosi apalagi mengumpat karena Salma suka menirukan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh orang lain.
"Nih kakak bukain.".Malik membuka tutup botol milik Silma saat anak itu meminta minum begitupula Salma juga.
Malik bermain ponsel sambil tangan kanannya memakan lumpia tak lupa diselingi makan lombok juga biar lebih mantul.
" Kakak, itu bukannya mbak minyak kayu putih kemarin kan? "Silma meremas lengan jaket kakaknya.
Malik bingung dengan ucapan Silma tapi melihat raut Silma yang serius itu menuruti ucapan Silma dan menatap sesuai arahan Silma.
Mata Malik seketika membulat melihat pemandangan yang begitu menganggunya. Lantas ia pun berdiri dan juga si kembar sama-sama memegang tangannya.
"Ikut dong! "teriak si kembar.
" Silma sama Salma di sini ya, gak baik kalau ke sana. Jaga motor kakak. "Malik tak mau jika adiknya melihat adegan kekerasan tadi.
" Tapi-- "
" Nurut atau tidak? Mau beli jajan lagi? "
Si kembar pun mengangguk menurut dan kembali duduk. Kemudian, Malik langsung berlari cepat menghampiri dua gadis di sana.
" Stop! "bentak Malik saat wanita berpakaian kurang bahan itu akan menampar sosok yang ia kenali.
" Lo siapa hah! "Malik memejamkan matanya kala merasakan bau wanita ini adalah bau alkohol.
" Sana pergi! "Malik merangkul gadis yang tengah menundukkan kepalanya sedari tadi.
"Oh lo pacarnya? Sialan!" wanita itu dengan cepat menbuka botol dan akan menyiram ke lawannya namun Malik segera menghadang hingga membuat punggungnya yang terkena siraman air dingin.
"b******k! "decak wanita itu langsung pergi memasuki mobil berukuran mungil berwarna merah menyala itu. Malik menatap tajam mobil itu yang sudah menghilang dari pandangannya.
Setelahnya Malik menatap gadis yang ia peluk tadi. Gadis itu menundukkan wajahnya sambil memegang erat jaketnya.
"Seharusnya lo gak usah nolongin gue, gue udah terbiasa. "Gadis itu menatapnya sendu.
" Mumpung ada gue tadi--aduhh dingin! "Malik langsung terperanjat saat merasakan tubuh bagian belakangnya dingin akibat serangan dari gadis kurang bahan bajunya tadi.
" Lo gak pa-pa? "Cantika-gadis yang ia peluk itu nampak menampilkan raut wajah khawatir menatapnya.
"Anterin gue beli baju sama celana, p****t gue ikutan kedinginan." Malil menarik Cantika bertepatan si kembar berjalan ke arahnya.
"Mbak minyak kayu putih kemarin kan? "Si kembar nampak senang bertemu kembali dengan gadis kemarin.
" Namanya Cantika. "jawab Malik cepat.
" Oh mbak Cantik. "Si kembar kompak menganggukkan kepalanya dan menatap cewek di samping Malik dengan mengerjapkan matanya beberapa kali.
" Ayo ikut kakak beli baju sama celana. "
" Salma mau dong! "pekik Salma berharap.
" Haishh lambe lambe! "Malik menepuk lembut bibir Salma membuat Salma langsung mengantupkan bibirnya rapat-rapat.
" Ishh kakak, kaget Salma ini. "kata Salma saat baru sadar.
...
"Eh kenapa ikut masuk? "Malik menghalangi Salma yang mencoba ikut masuk ke dalam ruang ganti pakaian. Sekarang Malik memang berada di toko baju karena baju dan celananya basah.
" Salma juga ikut ganti baju. "bocah berusia delapan tahun itu mencoba masuk ke dalam tapi di hadang oleh kakaknya.
" Gantian dong, kakak dulu. Kamu tunggu di luar sambil jaga. "telapak tangan kekar milik Malik itu digunakan untuk menyangga dahi Salma membuat Salma malah berlari di tempat.
" Aaaa tidak tidak! Salma mau masuk ke dalam!"Salma memeluk kostum dinosaurus yang sudah dibelikan oleh Malik dan tetap keekuh ingin masuk ke dalam meski berlari di tempat sekarang.
Malik menyapu pandangan ke sekitar toko ini dan benar dugaannya banyak yang melihat dirinya dan Salma serta ada juga yang menertawakannya.
Nih bocah bikin sulit aja-batin Malik kesal.
"Yaudah kakak bantuin ganti baju kamu. "Malik pun melepaskan tangannya yang mencegah Salma masuk membuat Salma bersorak kegirangan.
Salma tersenyum lebar menatap kaca besar di dalam ruang ganti itu.
" Kakak ayo masuk! "Salma menarik tangan Malik untuk ikut masuk ke dalam ruang ganti.
Malik mengalah dan kini masuk ke dalam tak lupa juga menutup ruang ganti itu. Pertama Malik mengganti baju Salma tadi dengan kostum dinosaurus. Salma ingin pakaian itu karena menurutnya lucu dan unik. Setelah Salma berganti pakaian dan keluar, baru Malik berganti pakaian.
"Uang gue kepotong. "Malik tersenyum ngenes meratapi dirinya sendiri tapi ia berusaha ikhlas dengab keadaannya.
Beberapa menit kemudian... Malik menghampiri Cantika yang menjaga si kembar di depan toko.
"Silma beneran gak mau beli baju? "tanya Malik pada Silma.
" Enggak, males."balas Silma sembari mendongak menatap kakaknya.
"Lapar? "tanya Malik yang sudah hapal betul raut wajah Silma.
"Iyalah." Silma mencemberutkan bibirnya.
"Kita makan ya. "Malik menepuk lembut puncuk rambut Silma. Malik menangkap basah Cantika yang ternyata sedari tadi menatapnya.
Cantika langsung membuang pandangannya ke arah lain, menatap jalanan sekitar yang kian ramai.
"Ikut gue makan yuk dan gak ada penolakan."
" Serah." Cantika tak bisa menolak karena ada rasa tak enakan dihatinya sebab cowok itu sudah beberapa kali menolongnya.
" Kakak gendong! "rajuk Salma sambil menjulurkan kedua tangannya ke atas di hadapan Malik. Malik tersenyum lalu menggendong Salma yang sepertinya mengantuk.
"Makan dulu, jangan tidur." Di dalam gendongan Salma mengangguk patuh tapi ia meletakkan kepalanya di bahu Malik.
"Gemess!" Malik mencium pipi Salma, Salma tertawa geli dan mencoba menjauhkan wajah Malik yang mencoba mendekati wajahnya.
" Oh ya kita sambil cari makan, jalan-jalan aja. Di sini banyak penjual makanan juga."kata Malik pada tiga orang itu.
"Terus motor lo? "tanya Cantika pada Malik.
" Ada tukang parkir jadi santai aja. Cuss. "Malil berjalan memimpin Silma dan Cantika yang berjalan di belakangnya.
" Pipimu kok bisa nyempluk gini tapi badan mungil kurus juga."
Malik terkekeh pelan melihat Salma yang kalau sudah manja padanya seperti ini membuatnya gemas sekali.
" Mbak Cantik kok diam aja? "tanya Silma yang tengah digandeng oleh Cantika.
" Jangan panggil mbak Cantik, panggil aja mbak Tika ya. "Cantika merasa tak pede dengan panggilan itu apalagi mengingat seseorang yang dulunya suka memanggilnya dengan sebutan 'Cantik'.
" Mbak memang diem kok kan gak ada yang lagi dibicarain. "Cantika tersenyum tipis setelah melanjutkan kalimatnya tadi.
" Oh mbak Tika lagi ngirit ya. "kata Silma asal.
" Bukan ngirit sih cuman jawab kalau ditanyain, seperti Silma ini. "Cantika menoel pipi Silma. Benar kata Malik, jika si kembar tubuhnya mungil persis anak TK.
" Yaudah, Silma boleh tanya kalau gitu. "Silma mendongak ke samping menatap Cantika.
" Boleh, tanya apa emangnya? "Cantika menganggukkan kepalanya samar.
" Mbak Tika wajahnya mirip barbie, cantik dan imut. "puji Silma pada Cantika.
" Emm gitu yah. "Cantika merasa senang dipuji namun hatinya juga merasakan sakit entahlah seperti tidak pantas dirinya panggil Cantik seperti namanya. Seseorang membuatnya terluka bertubi-tubi.
"Mbak Tika satu sekolah kan sama kak Malik? "tanya Silma yang sepertinya ingin tau.
"Iya "
"Kalau satu kelas? "
"Tidak. Mbak baru kenal kakakmu." Cantika mengusap puncuk rambut pendek Silma. Ia bisa membedakan si kembar karena model rambut mereka yang berbeda, jika Silma memiliki rambut pendek sampai ke leher beda dengan Salma yang memiliki rambut panjang dan juga poni yang panjangnya sampai ke alis.
"Oh jadi Mbak Tika teman baru kak Malik?"
"Bisa jadi."
Apakah aku pantas memiliki seorang teman? - tanya Cantika dalam hati.
" Eh itu ada warung sate Madura. Kita makan sate aja ya? "Mallik menatap berbinar warung yang terletak di depan toko jalanan sekitar sini.
" Yuk! "teriak si kembar senang.
Mereka berempat pun menuju ke warung sate tersebut. Setelah sampai di sana, Malik langsung memesan 30 tusuk sate.
Cantika merasa senang karena sudah lama ia tak merasakan makan daging. Ia tersenyum menatap jalanan yang ramai apalagi mendengar celotehan si kembar yang menurutnya lucu sekali. Tanpa disadari Cantika, Malik menatap gadis itu saat tengah tersenyum senang sekarang ini dan ada sesuatu getaran di dalam hatinya ketika menatap lekat wajah gadis cantik di hadapannya.
"Kak Malik lihatin mbak Cantik kan? Hayoo!" Salma cekikian ketika memergoki Malik tengah menatap Cantika.
Sontak hal itu Cantika langsung menatap Malik dengan alisnya sedikit terangkat.
"Emm." Malik hanya bergumam saja lalu menatap ke arah lain.
"Ini mbak, mas dan si kembar makanannya sudah datang," ujar wanita patuh baya sedang menata makanan sesuai mereka di atas meja.
"Matur nuwun bu," ucap Malik pada wanita itu.
"Sami-sami mas ganteng." Wanita itu terkekeh pelan lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.
"Mas ganteng!" beo Salma sambil cekikikan.
"Tak ketak kamu." Malik mendelik menatap Salma tapi tak membuat Salma takut malah mengabaikan kakaknya dan fokus dengan satenya.
"Sepuluh sepuluh tapi kalian lima lima." Malik mengatur porsi si kembar setelah menyiapkan milik Cantika.
"Besok gue ganti ya. "Cantika tersenyum merasa tak enak.
"Sebagai gantinya, besok bawain gue krupuk aja deh." Malik tersenyum lebar menatap Cantika.
Cantika langsung menundukkan wajahnya dan mulai memakan satenya. Ia tak bisa terus-terusan menatap wajah tampan Malik. Ini pertama kalinya merasakan dirinya punya teman setelah seseorang menghancurkan kepercayaan dirinya.
"Sini kak Malik suapin." Malik dengan telaten menyuapi si kembar secara bergantian saat anak itu malah memakan satenya saja tanpa nasi.
"Biar gue yang nyuapin Silma, lo suapin Salma aja." Cantika langsung mengambil piring berisi nasi milik Silma dari tangan Malik. Ia tak tega melihat Malik kerepotan apalagi dirinya juga makan ditraktir oleh cowok itu.
Malik tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan.
" Kak Malik mau sate lagi." Silma merasa kurang satenya. Ya karena dirinya memakan satenya saja tadi sehingga sekarang malah kekurangan lauknya apalagi melihat nasi dipiringnya yang masih lumayan banyak.
"Mangkanya besok besok lagi minta uang saku sama bundamu." Malik menghela napasnya pelan.
" Silma gak bawa uang? "tanya Salma pada kakaknya.
" Enggak. "Silma memayunkan bibirnya.
" maaf ya punya mbak sudah habis tadi, kalau tau kurang sudah mbak kasih. "Cantika memang sudah merasa lapar sedari tadi membuatnya makan lebih cepat apalagi dirinya jarang makan daging.
" Oh Salma bawa uang kok. "Salma tersenyum lebar teringat dirinya sempat membawa uang tadi.
" Jangan bilang uang seribu tadi? "tebak Malik.
" Iya kak." Malik menepuk jidatnya pelan lalu ia memesan sate lagi untuk si kembar agar tak memangis di warung ini.
Kayaknya udah kelas 2 SD tapi kenapa masih gak ngerti sihhhhh-jerit Malik dalam hati.
Setelah menikmati makan malam di pinggir jalan kini Malik mengantar si kembar pulang terlebih dahulu sebab Salma sudah tidur dan digendong oleh Cantika. Silma juga memeluk punggungnya erat.
Tak lama akhirnya mereka sampai di perumahan elit doho ini. Malik menghentikan motornya tepat di rumah lantai tiga itu. Cantika ikut turun dari motor beserta Silma saat Malik turun dari motor.
"Bunda! "teriak Silma berlari kecil saat melihat sosok bundanya di balik gerbang berwarna hitam itu.
" Sudah pulang. "Zena tersenyum sembari membuka gerbang rumahnya.
Zena mencium kening Silma lembut dan menyuruh anak itu segera masuk ke dalam rumah untuk cuci tangan dan kaki.
"Wah sama siapa sih ini? Cantik." Zena tersenyum ramah melihat sosok gadis cantik berada di hadapannya tengah menggendong Salma yang tengah tertidur lelap.
Segera Zena menggendong Salma. Salma merengek pelan dan membuka matanya sedikit tapi saat melihat bundanya yang menggendongnya langsung ia kembali tidur lagi dan melingkarnya kaki dan tangannya di tubuh bundannya erat.
"Lha emang namanya Cantik kok." sewot Malik.
" Cantika, tante. "Cantika mencium punggung tangan sosok wanita muda di hadapannya.
" Benar-benar cantik ya kamu, kalau saya namanya Zena. Malik pinter banget cari cewek cakep nih. "Goda Zena pada Malik.
"Temen bulek, maksudnya teman baru aku. "Malik menaikkan alisnya bangga.
"Wehhh ada bau bau modus nih."
" Ishh bulek, yaudah aku mau pamit dulu udah malem." pamit Malik pada Zena.
"Hati-hati lho, jangan ngebut bawa gadis itu dijaga." Pesan Zena pada Malik.
" SIYAPP BOS!" Zena menggelengkan kepalanya pelan menatap Malik.
Malik kecil suka nangis sekarang udah pintar cari cewek - batin Zena.
Di sisi lain...
"Terima kasih." Cantika tersenyum tipis kala sudah di antar tepat di depan rumahnya.
"Sama-sama, yaudah sekarang lo masuk ke dalam gih."
"lo gak pergi dulu." Cantika mengernyit dahinya heran.
"Kata bulekku tadi, harus jaga lo sampai selamat. Jadi gue harus lihat lo masuk ke dalam rumah. Gue gak mau tiba-tiba ada orang nyulik lo saat lo mau buka pintu rumah."
"Emm oke, hati-hati ya." Cantika berjalan pelan menuju rumahnya.
"iya, jangan lupa pintu langsung dikunci! "suruh Malik.
" Iyaya. "Cantika tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum karena sikap manis Malik terhadapnya.
Gue takut jatuh cinta tapi mengapa semudah itu kagum sama dia-batin Cantika.
...