Part 34

1014 Words
Part 34 "Lan. Melani." Cantika memanggil Melani beberapa kali sambil menepuk lengan gadis itu. Temannya itu sedari tadi tidur dan sebentar lagi jam masuk sekolah juga. "Melani astaga, lo begadang ya? Tidur mulu." Cantika menghela napasnya kasar dan melihat temannya kini perlahan memposisikan tubuhnya duduk bersender di kursi. "Iya, Tik. Gue lupa kalau besok masih sekolah, gue kira hari minggu." Suara Melani masih terdengar serak, khas orang yang habis bangun dari tidurnya. "Ya ampun, emang lo gak belajar apa si semalam?" tanya Cantika heran. "Gue mager aja, gak semangat banget." "Kenapa jadi begini? Gak biasa lo mager kan lo tiap hari selalu semangat." "Gak papa si." Melani tersenyum tipis dan raut wajahnya seperti menyimpan sesuatu yang sengaja disembunyikan. "Lo cuek banget, napa sih? Cerita sini." "Males aja aku Tik." Melani menggeleng dan enggan bercerita. "Apa lo masih keinget kemarin itu?" tebak Cantika. Gadis itu teringat kemarin temannya dibentak oleh temannya Malik dan setelah kejadian itu Melani lebih banyak diamnya. "Enggak, gue dah lupa malah." Melani mengunci rambutnya ke atas. Merasa gerah di pagi hari dan ia menguap lebar sebab masih mengantuk. "Iya pasti karena itu sih dan sikap lo aja langsung diam gegara kejadian kemarin. Ya gimana ya gue bingung." "B aja gue Tik, sudah gak usah dipikirin. Yang lalu ya sudah lalu dan gak usah dibahas lagi. Gue males hehe." Melani sudah pupus harapannya ingin dekat dengan Vardo. Vardo sudah menolak keras kemarin dan dia sadar terlalu menganggu ketenangan cowok tersebut. Walau Melani merasa malu dibentak kemarin di saat kantin keadaannya masih ramai dan menjadi tontonan banyak murid. Ada juga murid yang mengejeknya gegara dibentak oleh Vardo. "Dua-dua salah dan gue tipe orang yang gak bela salah satu pihak meski teman sendiri. Cara negur Vardo kemarin itu salah, dia bentak lo dan kasae banget si jadi cowok. Gue aja sebel sama cowok kasar dan pengen hajar balik malah. Nah kalau lo, lo udah gue kodein jangan terlalu gatel malah tambah gatel ke dia. Suka sih boleh ngajak PDKT giru tapi jangan berlebihan aja ya, cowok juga risih ditempel-tempel mulu sama cewek. Dia malah ilfeel kalau ada cewek gatel tapi ini bagi cewek cuek dan pendiam kayak Vardo lho ya," ujar Cantika menjelaskan. "Iya gue salah, gue terlalu gatelan dan efek habis putus gini. Kayak butuh belaian dan jadinya nekat melakukan itu yang bikin risih cowok." "Lo gak marah kan sama pandangan gue tadi? Gue gak sepenuhnya nyalahin lo kok dan gue pilih salahin dua-duanya aja. Intinya kalau ada apa-apa jangan dipendam, lo cerita aja ke gue karena lo juga selalu ada buat gue." Cantika merangkul Melani dan mengusap bahu temannya itu. Ia tau temannya pasti tidak tenang dan merasa malu karena kejadian kemarin. "Tapi gue malu keluar Lan, gue jadi gak percaya diri gitu dan takutnya ada yang ngejek gue soal kemarin." Raut wajah Melani menampilkan kecemasan dan tangannya meremas lengan Cantika. Cantika bingung harus nenangin Melani seperti apa lagi karena ia sendiri pun memiliki sifat tak percaya diri dan pemalu. Ia teringat kata-kata dari Malik dan mencoga mengucapkannya lagi untuk menenangkan Melani. "Jadi gini Lan, biarin apa kata orang entah itu salah atau benar. Kalau lo tetap dengerin kata mereka, kapan lo bisa tenangnya? Mikirin ucapan orang itu gak ada habisnya dan bikin makin stress. Ini hidup lo dan lo yang jalanin." Cantika menepuk pundak Melani. "Bukannya lo juga pemalu dan gak percaya diri? Tapi lo malah nasehatin gue." Dahi Melani berkerut. "Iya, gue dapat nasehat itu dari orang dan gue tiru seingat gue buat bilangin ke lo. Gue lagi belajar juga buat gak ngurusin komentar orang dan hidup lebih percaya diri walau sangat susah tapi apa salahnya belajar bersikap bodo amat buat hal-hal yang gak penting di dalam kehidupan kita?" Cantika tersenyum mengetahui Melani setuju dengan kata-katanya. "Iya juga sih, tapi gue masih males buat keluar." "Jadi lo gak ke kantin?" "Enggak, lagian gue bawa bekal dan sudah cukup ngisi perut kosong gue nanti siang." Melani menunjukkan kotak bekalnya yang diletakkan di dalam laci mejanya. "Kalau masih laper bilang aja, biar gue yang ke kantin. Enggak masalah sih." Cantika menawarkan dirinya untuk Melani jika temannya itu masih saja laper atau ingin beli makanan ringan sewaktu istirahat nantinya. "Iya, Tik. Thank's sudah peduliin keadaan gue." Melani menyenggol pelan lengan Cantika. "Banyakin berdoa saja Lan, nanti biar dapat jodoh tapi sekarang lebih baik fokus sama masa depan lo aja. Urusan cinta belakangan dulu biar gak sakit hati mulu." Jujur saja Cantika merasa iba pada Melani yang sering disakitin mantan-mantannya dulu. Melani selalu bertemu dengan orang yang salah dan menangis setiap harinya bahkan di sekolah pula. Sampai Melani berbohong pada gurunya, izin sakit atau keluar sebentar agar gadis itu bisa menangis sepuasnya. Namun Melani juga terlalu bodoh dalam urusan percintaan, sudah tau disakitin berulang kali tetap saja ingin berpacaran padahal gadis itu di rumah pun mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. "Haha masih ingin punya pacar." "Halah lo cari cowok buat pelampiasan lagi tapi ujung-ujungnya lo yang disakitin. Heran deh gue sama lo, gak ada rasa kapok-kapoknya dan kenapa lo gak mikirin diri lo sendiri juga yang sering sakit gegara cinta-cintaan?" Cantika tidak menyangka temannya menganggap pacaran juga penting padahal lebih penting lagi adalah peduli pada diri sendiri sebelum mencintai orang lain. "Tapi pacaran seru tau walau di awal doang rasanya bucin sih. Gue yakin masih ada cowok baik kok dan tinggal cari lagi lebih keras." "Hadeh, cintailah diri lo sendiri tuh muka pucet, lesu kayak gitu dan setelah bisa mencintai diri sendiri barulah mencintai orang lain." "Gue sudah cinta sama diri gue sendiri kok. Sudahlah tenang, gue lagi istirahat selama beberapa kedepannya, nah setelah keadaan dah kayak biasanya baru deh gue cari cowok lagi. Bakal comeback lagi gue." Melani mengedipkan sebelah matanya dan bertepuk tangan dalam sekali tepuk. "Iya deh serah lo dah, gue yang selalu jadi saksi dadakan tiap lihat lo nangis. Gue bilang tadi karena gue peduli sama lo dan sayang sama lo. Gue takut lo kenapa-napa dan gue harap lo juga bisa jaga diri. Cowok itu sama cuman bedanya cari nyakitinnya saja." "Iya Tik, gue dah tau juga resikonya dan gue berusaha bisa jaga diri hehe." ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD