episode 1(prolog)
Aku terus berjalan melewati kelas-kelas. Celingak-celinguk mencari kelas ku,kelas X A.
"Permisi,saya boleh tanya kelas X A dimana ya?" Tanyaku tothe poin ke anak laki-laki berambut cokelat.
Orang yang ku tanya hanya melirik ku sekilas. Huh,cuek amat sih?!" Batin ku.
"Eh,zella." Sapa seseorang kepada ku.
Suara ini sepertinya aku kenal deh. Pikir ku. "Udah lama ya gak ketemu,rupanya kamu sekolah disini?" Tanya nya lagi. Aku langsung menoleh ke belakang dan melihat perempuan berambut hitam sebahu.
"Ghina!?!"tanya ku tak percaya.
Namaku Anzella Griselda Putri. Umur ku lima belas tahun. Mama ku seorang ilmuwan dan papa ku seorang pengusaha,aku mempunyai rahasia kecil, yaitu aku mempunyai kekuatan penyembuhan, mengendalikan tanah dan bisa memanipulasi seseorang dan barang elektronik,aku juga bisa membuka portal.
Dan yang menyapa ku tadi adalah sahabat kecilku,namanya Tressa Yaghina. Dia seumuran dengan ku, kami selalu bersama, bersekolah yang sama,tapi dia pindah sekolah ke luar negeri karena orang tuanya harus bekerja di sana. Hingga akhirnya Kemi bisa ketemu lagi di sekolah ini. Dia sama sepertiku memiliki kekuatan, yaitu bisa mengeluarkan petir dan dia bisa melakukan kinetik.
"Hahaha,kamu masih ingat aku?" Tanyanya, seperti meledek ku.
"Masa aku lupa sama teman sendiri."aku pura-pura merajuk. "Hahaha,kamu ga berubah ya."katanya memeluk ku. Aku balas memeluknya. "Oh ya,kamu kapan balik kesini?"tanya ku setelah melepaskan pelukan. "Setengah tahun yang lalu."jawab nya.
"Eh,kamu di kelas mana?" Tanyaku ke Ghina. " aku di kelas X A."jawabnya. "Kamu?"tanya nya balik. Aku juga di kelas X A, berarti kita sekelas dong?"tanya ku antusias. "Yeay!"teriak kami berbarengan dan berpelukan lagi. "Ayuk ke kelas."ajak Ghina. "Tapi dimana, ya?" Tanya ku bingung. "Di sana,tuh." Tunjuk Ghina. "Masuk yuk."ajak ku sambil menyeret Ghina.
***
Eh, Zell kita duduk di sana aja yuk!" Ajak Ghina menunjuk kursi paling pojok dekat pintu.
"Kenapa harus di situ?" Tanya ku bingung.
"Enggak ada, di sana seperti nya lebih enak aja gitu." Jawabnya nyengir.
"Ayo!" Aku mengangguk mengikuti nya.
"Aku disini, kamu di situ." Aku mengangguk. Tempat duduk kami bersebelahan.
"Eh, Ghin kenapa kamu balik kesini?" Tanya ku bingung.
"Kenapa? Apa kamu tidak ingin aku kembali kesini?" Tanya Ghina tersinggung.
"Eh, bukan gitu, haduh." Aku serba salah.
"Hahaha, aku ngerti kok. Ayah ku yang nyuruh kami kembali kesini." Jawabnya.
"Tapi kenapa tidak kasih tau sebelum nya?" Tanya ku sedikit kesal.
"Eh untuk surprise dong." Jawabnya kaku.
"Uuh, kamu ini!" Aku mencubit pipinya gemas.
"Waah, lihat anak itu!" Aku menoleh ke belakang.
"Kenapa?" Tanya temannya yang lain.
"Lihat dulu! Anak itu tampan nya kebangetan." Tunjuk teman nya yang tadi.
"Iya ya, kayak idol Korea atau anime yang paling keren!" Seru teman nya yang lain. Aku dan Ghina saling pandang.
Aku menoleh, menatap orang yang di tunjuk oleh teman baru ku.
"Eh, lihat tuh! Dia mau kesini!" Teman-teman nya langsung menatap terpesona.
Anak itu berjalan tidak peduli melewati orang-orang yang memperhatikan nya. Aku juga memperhatikan nya, wajahnya dingin, rambutnya hitam berantakan, bajunya kusut kayak gak di setrika.
Dia berjalan melewati ku. Dia berhenti sebentar, menatap ku sekilas dengan tatapan sinis.
Aku kembali menatap nya sinis.
Dia kembali berjalan menuju meja paling belakang.
"Eh, Waah!" Seru teman-teman perempuan sekelas ku.
"Yang ini juga tidak kalah tampan!" Seru mereka. Aku dan Ghina hanya geli melihat tingkah mereka.
"Anak itu orang luar negeri ya?" Bisik salah satu teman nya.
"Entahlah, yang penting dia sangat tampan!" Balas temannya yang lain. Teman nya yang lain mengangguk setuju.
Mereka terus berbincang hingga bel masuk berbunyi.
"Eh, guru nya sudah datang tuh!" Mereka yang keasyikan mengobrol, terdiam. Seperti hujan yang deras, kembali reda.
"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Bu Afna, saya yang akan menjadi wali kelas kalian semua!" Ucap Bu Afna memperkenalkan dirinya.
"Sekarang, mari kalian berkenalan dulu." Pinta Bu Afna.
Eh?! Emangnya kami anak SD?! Pakai perkenalan segala?!
"Hai, kalian Zella dan Ghina, kan?" Tanya seseorang di belakang kami.
Aku menoleh ke belakang. Aku melihat anak perempuan berambut hitam ikal, wajah nya manis.
" Hai, salam kenal!" Dia tersenyum manis ke arah ku dan Ghina.
"Iya, alam kenal!" Balas ku dan Ghina.
"Nama kamu siapa?" Tanya Ghina.
"Oh iya, namaku Nia." Jawabnya.
Aku dan Ghina manggut-manggut.
"Nia, kamu tau darimana nama kami?" Pertanyaan itu, tidak bisa ku tahan.
"Oh, itu. Tentu saja aku tau, ayah ku bekerja di perusahaan ayah kamu, Zella." Jawabnya santai.
"Terus nama Ghina darimana kamu bisa tau?" Tanyaku lagi.
"Karena ayahnya Ghina sekretaris di perusahaan itu." Jawabnya lagi.
"Eh, ngomong-ngomong aku punya teman lagi, namanya Lian, nanti aku kenalin ke kalian." Kami mengangguk.
Senang nya bisa mempunyai teman baru yang baik seperti Nia.
Kami terus berkenalan, aku dan Ghina banyak di temui orang, untuk berkenalan dengan kami. Ada juga yang sudah tahu nama ku, karena mama ku terkenal.
"Waah, bel istirahat udah bunyi, tuh!" Seru Sierra salah satu teman baru ku.
Ternyata tidak terasa sudah bel istirahat saja.
"Baik, anak-anak kalian boleh istirahat." Saru Bu Afna sedikit berteriak, mengalahkan suara bel.
"Kamu, ke kantin gak?" Tanya Ghina.
"Iya, ayo!" Jawab ku.
Aku dan Ghina berjalan menelusuri koridor.
"Eh, itu dia Zella dan Ghina. Hai!" Panggil Nia.
"Eh, Nia ngapain?" Aku mau ke kantin." Jawabnya. Aku menatap bingung ke arah laki-laki yang berdiri di samping nya.
"Itu siapa?" Bisik ku.
"Oh iya, aku lupa!" Dia menepuk jidatnya pelan.
"Kenalin, ini yang namanya Lian." Jawabnya memperkenalkan orang seperti yang di samping nya.
"Hai!" Sapa Ghina antusias.
"Hai!" Balas nya malu.
"Waah, ternyata laki-laki ada juga yang pemalu, ya?" Lian hanya menunduk malu.
Aku menyenggol lengan Ghina. Tidak sopan bicara seperti itu.
"Eh, lebih baik kita ngobrolnya di kantin aja." Usul Nia.
"Ide yang bagus!" Ghina mengacungkan jempol. Aku dan Lian mengangguk setuju.
"Ayo!" Saru Ghina memimpin. Kami berjalan beriringan menuju kantin.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Nia kepada ku.
"Aku mau mie ayam." Jawab ku.
"Kalau kamu, Ghina?" Tanya Nia lagi.
"Aku batagor." Jawab Ghina.
"Kalau kamu?" Tanya Nia menyenggol lengan Lian.
"Terserah kamu." Jawabnya singkat.
"Gak ada yang namanya TERSERAH!" Bentak Nia kesal.
"Cepat, kamu mau apa?!" Paksa Nia mulai jengkel.
"Iya, iya. Aku mau mie goreng aja." Jawab Lian akhirnya.
"Huh, itu aja lama!" Umpat Nia.
Aku dan Ghina tertawa kecil melihat tingkah mereka.
"Baiklah, tunggu bentar, ya!" Kami mengangguk.
"Makasih, Nia." Ucap ku dan Ghina bersamaan.
"Iya, sama-sama." Balas Nia tersenyum.
"Eh, kamu sejak kapan berteman dengan Nia?" Tanya Ghina mencari topik, agar tidak terlalu canggung.
"Eh, itu sejak kecil." Jawabnya patah-patah.
"Hey, gak usah canggung kali." Ucap Ghina melambaikan tangan.
"Kita kan berteman, kenapa harus canggung?" Tanya Ghina mencoba bergurau. Aku tertawa, Lian hanya tertawa kecil.
"Kamu kenapa canggung gitu? Kami gak akan menuntut kamu kok." Ghina terus mencoba bergurau.
"Aku canggung karena kalian orang terkenal, bagaimana aku tidak canggung?" Kami berdua saling tatap.
Terkenal?! Kami?! Sulit di percaya!
"Aku sangat senang bisa berteman dengan kalian, karena kalian orang yang baik, tidak seperti orang kaya lainnya." Gumam nya. Aku dan Ghina tertegun mendengar jawabannya.
Saat dia hendak bicara lagi, ada yang memotong ucapan nya dulu, "nih pesanan kalian sudah siap, maaf lama." Nia duduk sambil meletakkan nampan nya ke atas meja.
"Bagaimana, kalian udah akrab?" Tanya Nia. Kami mengangguk.
"Oh ya, Nia kamu kok bisa kenal aku? Padahal aku jarang sekali ke perusahaan papa ku." Ucap ku menatap Nia.
"Memang, kamu jarang ke perusahaan, tapi setiap kali kamu ke perusahaan, orang-orang pada ngeliatin kamu dan Ghina, walaupun kamu hanya pergi sekali, itu sudah menjadi perbincangan hangat di perusahaan." Jawab nya. Aku mengangguk mengerti.
"Waah, seru ya berteman dengan kalian!" Puji Nia. Aku dan Ghina hanya tersenyum salah tingkah, atas pujiannya.
"Yaah, udah bel tuh!" Keluh Nia.
"Padahal masih banyak yang harus kita bicarakan.
"Tenang saja, masih ada besok-besok, kok." Aku mencoba menghibur nya.
"Ayo,masuk! Ajak Lian. Kami mengangguk menyusul nya.
***
"Bagaimana, sekolah baru nya?" Tanya papa, saat makan malam.
"Tentu saja seru, pa." Jawab mama.
"Benar bukan, nak?" Tanya mama menatap ku. Aku mengangguk.
"Syukur lah kalau begitu." Papa menghela nafasnya.
"Oh ya ma, pa. Tadi Zella bertemu dengan Ghina, ma, pa." Aku memberitahukan apa yang ada di benak ku.
"Apa?!" Tanya mama hampir tersedak.
"Kenapa, ma?" Tanyaku bingung.
"Kenapa bunda atau ayah nya gak kabari mama?!" Tanya mama sedikit kesal.
"Mungkin dia ingin membuat surprise ke kita, ma." Hibur papa.
"Huh!" Mama mendengus kesal.
Papa hanya diam. Hanya beberapa menit saja, mood mama berubah.
Entah kenapa suasananya menjadi canggung begini.
Aku melirik kearah mama dan papa.
Mereka hanya diam-diaman.
Aku sudah tidak tahan lagi, aku harus pergi.
"Ma, pa." Panggil ku.
"Ya?" Tanya mereka berdua.
"Zella udah selesai makan, Zella duluan ya." Pamit ku.
"Iya." Jawab mama datar.
"Iya, sayang." Jawab papa lembut, mengelus rambut ku.
Aku berjalan menaiki tangga menuju kamar ku.