Hari Minggu yang cerah tidak seperti biasanya yang mendung karena cuaca sedang musim penghujan. Pukul 8 pagi Tasya sudah rapi mengenakan Rok ungu motif bunga-bunga selutut dan blouse pink.
Hari ini jadwalnya bareng Silvi dan Gina plus Alin pergi ke Mall. Sejak jadian dengan Asep, Alin jadi sering ikut nongkrong bareng. Tentu saja ia tidak perlu takut masalah pendanaan. Ada Asep sang Arjuna anak pengusaha bakso yang siap mentraktirnya.
***
" Alhamdulillah, Pa program kita berhasil." Heni keluar dari kamar mandi dengan memegang testpack. Senyuman indah mengembang di bibir pink nya.
" Ada apa sih Ma kok seneng banget?" Dany mendekati istrinya.
" Lihat nih Pa, dua garis." Heni menunjukkan hasil alat tes kehamilannya yang menunjukkan positif. Bulan madunya sebulan yang lalu membuahkan hasil. Program mereka berjalan lancar.
" Alhamdulillah, Akhirnya." Dany terlihat gembira. Cup..cup..cup..ia mencium pipi dan kening sang istri lalu memeluknya erat. Ekspresi yang berbeda dengan kehamilan si kembar. Saat akan berbuat lebih dengan akan menempelkan bibirnya ke bibir sang istri, tiba- tiba terdengar jeritan Tasya.
" Mama..., Papa...stop deh." Tasya berteriak dan menutup wajahnya.
" Tasya..." Keduanya melirik ke arah pintu yang terbuka lebar.
" Kalau mau adegan dewasa tuh pintu nya ditutup rapat, kunci. Kalian mencemari pemandangan aku." Tasya mengomel. Wajahnya masih memerah. Untung Tasya tidak melihatnya.
" Kamu suudzan aja. Siapa lagi yang mau berbuat itu." Dany tersenyum. Hampir saja tadi, kalau saja tidak ada Tasya memang ia mau mencium bibir istrinya.
"Ada kabar gembira sayang. Mama hamil." Heni mengabari putri sulungnya.
" Hamil!? Selamat ya Ma...aku bakalan dapat adik baru. Aku doain bayinya cowok." Tasya sangat gembira.
Tasya memeluk sang Mama lalu mengusap dan mencium perut ibunya yang masih rata.
" Amin." Jawab sang Mama.
" Doain ya. Besok kita periksa." Dany yang bakalan jadi ayah lagi tampak berseri.
" Kakak mau kemana. Udah rapi?" Heni baru menyadari penampilan Tasya.
" Jalan sama teman- teman." jawabnya.
" Kemana?" Dany penuh selidik.
" Ke Salon terus ke Mall. Tasya mau nagih kartu ATM dan minta jatah uang jajan." Jujur Tasya.
" Pagi-pagi udah malak." Heni lalu memburu laci tempat menyimpan kartu ATM Tasya yang dirampasnya sebulan yang lalu.
" Janji jangan over ya. Belajar hemat yang ga penting ga usah dibeli." Nasihat sang Mama sambil menyerahkan benda tipis itu.
" Kaya Mama suka hemat aja." Sang Papa tersenyum penuh sindiran.
" Makasih Mama Papa, Tasya sayang kalian." Gadis itu lalu mencium tangan Mama dan Papanya.
" Hati-hati pulangnya jangan terlalu sore." Pesan sang Papa yang pasti dituruti Tasya.
***
Tasya membuka aplikasi WAnya
Ginacantik
Tasya dimana? Aku dan Silvi udah di Salon 08.37
TasyaNF
tungguin masih di jalan. 08.37
Ginacantik
Buruan ya 08.38
TasyaNF
Ok. 08.39
***
Setelah hampir dua jam berada di salon melakukan serangkaian treatment ketiga gadis cantik itu, segera menuju kawasan sebuah Mall.
" Bapa ga usah nungguin kita ya, Silahkan pulang aja. Nanti kalau udah mau pulang Tasya telpon Pak Ading ya." Tasya memerintahkan sopir pribadinya untuk pulang.
" Baik, Non." Jawabnya.
" Terimakasih."
" Permisi Non" Pamitnya.
Sepeninggal Pak Ading ketiganya lalu masuk ke Mall. Di dekat pintu masuk sudah ada Asep dan Alin yang menunggu. Gilang dan Erik sudah berada di dalam katanya sih di sebuah toko alat olah raga.
" Kalian pake apa ke sini?" Tanya Silvi.
" Pake bis lah, romantis kan." Jawab Asep. Asep belum 17 berbeda dengan Yusuf sehingga ia belum berani membawa motor tanpa SIM.
" Gilang sama Erik udah ada di dalam." Beritahu Alin.
" Tuh Rangga ..." Gina menunjuk ke arah Rangga yang sedang mendekat ke arah mereka.
" Kak Rangga..!" Tasya menyambut sang kekasih hati.
" Yuk ah kita keliling." Mereka berjalan. Menuju ke tempat yang agak nyaman sambil menunggu Erik dan Gilang.
" Hai..." Di escalator tampak Erik melambaikan tangannya. Bukannya memandang Gina malah memperhatikan Tasya yang berjalan bersama Rangga.
" Ga ngajak si Azril dan Rio?" Asep menanyakan dua anggota geng Erik lainnya.
" Azril baru putus cinta kemarin, kalau Rio lagi pemotretan kayanya." Erik menjelaskan perihal mereka.
Berhubung abangnya yang bernama Sandy memiliki agensi modeling dan sibuk di bisnis rumah produksi film dan iklan tidak heran Rio merintis karir di dunia model.
Semua tampak asyik menikmati acara jalan-jalannya.
4 Cowok itu menguntit dan menunggu dengan setia pasangannya yang sibuk keluar masuk toko.
" Kak, lihat bagus ga warna yang ini." Tasya memperlihatkan aksesoris Bando warna biru.
" Iya. Bagus."
Kemudian mereka memasuki toko sepatu
" Bagus mana ya, yang coklat apa crem." Tasya meminta pendapat Rangga yang duduk di samping Erik. Sementara Gina, Alin dan Silvi lagi memilih-milih.
" Crem bagus." Jawab Rangga
" Warna itu kan kamu udah punya banyak. Cari warna lain dong." Erik memperhatikan sepatu yang dibawa Tasya.
" Aku ga minta pendapat kamu." Tasya melirik ke arah Erik. Erik memang suka ikut campur aja.
Dua jam lebih mereka keliling. Keluar masuk toko dan entah berapa banyak paper bag yang ditenteng oleh gadis-gadis itu. Sementara para cowok hanya menggelengkan kepala sambil menghela nafas melihat mereka.
" Hampir jam satu makan dulu yuk." Ajak Gilang.
" Sholat dulu sayangku."Silvi memberi ide.
" Sholat mah nomor 2." Balas Gilang
" Nomor satu syahadat." Sela Gina.
" Oke. Sholat dulu biar makannya nyalse." Erik memutuskan.
Setelah sholat di Mushola yang terletak di pojok Mall mereka menuju restoran siap saji yang ada di sana.
" Aku ga mau bayarin." Tasya memberi pengumuman sebelum memilih menu.
" Aku yang traktir kalian semua." Tanpa diduga Asep bersedia menjadi donatur.
" Subhanallah, Asep ga ada angin ga ada hujan mau bayarin. Abis dapet taruhan judi bola ya?"Silvi curiga.
" Sembarangan aja. Gue lagi dapet rejeki." Jawab Asep
" Thanks ya Sep. Semoga sering dapet rejekinya biar kita sering ditraktrir." Gina tersenyum lebar.
" Amin."
***
Hari senin jam istirahat.
" Hai Kak, maaf telat ya. barusan aku ke toilet dulu." Tasya menemui Rangga di ruang sekretariat Pramuka.
" Ga apa-apa." Jawab cowok berkacamata itu.
" Kalian sering ya jalan-jalan kaya kemarin." Rangga menanyakan soal kemarin.
" Iya tiap akhir pekan. Itu jadwal rutin kami." Tasya tersenyum.
Mereka berdua berada di ruangan sekretariat Pramuka. Di sana bukan hanya ada mereka berdua tapi juga ada beberapa orang yang sedang piket.
" Makan dulu yuk kak, aku bekal tiramisu nih. " Tasya membuka bekalnya.
Setiap hari ia selalu bekal makanan dari rumah. Walaupun ke kantin juga iya dan harus membayar dobble bahkan lebih karena teman-temannya minta ditraktir.
Kalau makan bareng Rangga enak. Bisa ngirit karena mereka cuma makan bekal Tasya atau kalau di kantin Rangga bayarin.
" Gimana enak? itu aku yang buat lho.
" Iya. enak banget."Puji Rangga. Kapan sih Rangga bilang yang negatif di hadapan Tasya.
" Ini minumnya." Tasya lupa memberikan minuman yoghurt kepada Rangga.
" Tasya, sebaiknya kamu kurangi main ke Mallnya." Rangga masih membahas perjalanan kemarin.
" Gatel kak, kalau ke Mall ga nenteng sesuatu." Tasya terkekeh.
" Kamu harus belajar hemat."
" Iya."
Rangga sangat peduli dengan Tasya.
" Kapan-kapan Kakak main ke rumahku dong." Pinta Tasya. Ia yakin Papa Dany pasti nanya ini itu.
Tasya tidak mau Papanya tahu ia punya pacar. Ia dan Erik sudah membuat kesepakatan damai untuk tidak saling membocorkan urusan pribadi mereka.
Seengganya Tasya ingin lihat sejauh mana tingkat ke-gentle-an pacarnya itu. Ia juga ingat sang Mama yang tidak setuju Tasya dekat dengan Rangga tapi kan Rangga bisa pintar nge modus untuk ketemu Tasya.
" InsyaAllah ya kalau ga sibuk."
Sibuk.sibuk dan sibuk, selalu itu yang jadi alasan. Oh Rangga
****
Seharusnya saat ini diisi oleh mata pelajaran sejarah tapi gurunya tidak datang jadilah suasana kelas cukup berantakan. Tugas sudah dikumpulkan dan saatnya bersantai.
Yusuf berada sebangku dengan Tasya karena Alin malah duduk sebangku dengan Asep.
" Sejak pacaran kayanya lo ganti gaya ya Sya, tulisan di WP kayanya jadi ada story baru tentang lope lope gitu." Yusuf yang juga aktif di dunia oranye itu mengomentari tulisan terbaru Tasya.
" He..he..disesuaikan dong." Tasya tersipu.
Keduanya memang aktif di dunianya para penulis dan pembaca cerita.
" Apapun temanya yang penting seru. Sebagai follower aku sih suka yang penting update cepat" Terang Yusuf.
" Dulu story aku yang kebanyakan fantasy kan idenya datang gara-gara nemenin adik-adikku nonton film atau bacain dongeng. Terus sekarang inspirasinya datang dari diri sendiri." Tasya cengar cengir.
"Eh, kayanya lo punya fans ya. Orange Boy itu siapa sih?" Yusuf penasaran. Dari 100 ribu follower Tasya memang ada satu yang menarik perhatiannya.
" Ga tahu tuh. Tapi tiap kali aku update dia paling rajin vote dan komen. Hampir tiap paragraf. Ada-ada aja." ujar Tasya
" Cari info. Ajak kenalan dong." Saran Yusuf.
"Aduh Cup, gimana kenalannya. Di Profil dia cuma jadi reader terus daftar bacaannya cuma karangan aku doang, yang difollow juga cuma aku "
" Penggemar berat kayanya."
"Aku pernah kirim pesan nanya nama Asli dan tempat tinggal dimana jawabannya lucu katanya sih di hati aku" Tasya tertawa terpingkal-pingkal.
" Hati-hati aja." Yusuf memperingati.
" Ga papa lah selama dia ga ganggu. Lagian dia cukup berkontribusi kok. Selalu ngasih saran dan ide buat nulis part berikutnya. Sebagai Author itu kan sangat membantu." Tasya terlihat bahagia.
Entah siapa orangnya selama beberapa bulan ini sang follower selalu setia membaca karyanya. Orange Boy
****
TBC
Udah dulu ya. Lagi semangat nulis nih jadi ide mengalir dengan lancar jaya coba kalau tiap hari gini bisa update cepat.
Thanks buat yang udah vote. Ditunggu komentarnya. Biasanya sebuah komentar itu sangat membantu aku untuk nulis di part berikutnya. Aku juga butuh saran lho. Aku ingin membuat senang readers sekalian.
Tungguin Part berikutnya ya...