Chapter 7

1215 Words
Rumah Sakit Bunda Swasta, Pukul 10.00 pagi. Ava menatap dengan serius sebuah catatan rekam medis salah satu pasien seorang pria penderita usus buntu yang berusia 30 tahun. Disebelah Ava, ada seorang wanita muda yang menjadi asistennya. "Apakah dia sudah melakukan CT scan atau USG perut?" "Sudah Dok, ini USG terbarunya Minggu kemarin." Ava menatap hasil foto USG perut tersebut dan terlihat sekali adanya usus buntu. "Oke. Katakan pada keluarga pasien operasi akan di lakukan malam besok." Asisten Ava hanya mengangguk kemudian segera pergi membawa rekam medis tersebut. Bertepatan saat itu, ponsel Ava berdering. Nomor tak di kenal pun masuk. "Halo Asalamualaikum," Hening tidak ada suara. Ava mengerutkan dahinya. Siapa? Itu yang Ava pikiran saat ini. "Asalamualaikum, maaf ini siapa?" Ava merasa was-was apakah penelpon ini adalah salah satu orang iseng? Ava pun memilih menurunkan ponselnya kemudian hendak mematikan panggilannya sebelum, "Wa'alaikumussalam. Ini aku," Ava terdiam mendengar suara yang sangat familiar. Dengan perlahan ia kembali mendekatkan ponselnya kearah telinganya. "Maaf ini siapa?" "Franklin." DEG. Seketika jantung Ava berdebar-debar. Ia mencengkram kuat ponselnya. Kenapa pria itu tiba-tiba menelponnya? Bahkan tahu darimana nomor ponselnya? "Oh, em, ada apa?" Hening lagi. Ntah kenapa Ava merasa Franklin benar-benar pria yang datar dan membuatnya gemas karena lambat bertindak. "Apakah barang aku ada yang tertinggal lagi?" ucap Ava tanpa basa-basi. "Tidak ada." "Terus?" "Em aku-" "Maaf ya, kalau tidak ada hal yang penting aku tutup panggilan ini. Sekarang aku benar-benar sibuk." "Oke. Asalamualaikum," "Wa'alaikumussalam." Dan Ava tidak menyangka kalau Franklin beneran memutuskan panggilannya. Ntah kenapa Ava merasa kesal. Kira-kira jika ia marah dengan pria itu apakah pantas? Ava menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tidak mungkin ia marah-marah tidak jelas dengan pria itu. Pintu kembali terbuka. Empat orang mahasiswa koas datang menghampirinya. Ava pun memilih mengantongi ponselnya bertepatan saat notifikasi pesan w******p masuk. Ava mengeceknya. +6281210xxxxxxxx : "Aku mau ketemu sama kamu, boleh?" Ava terdiam. Ia ingat nomor tersebut adalah nomor Franklin. Ava pun mulai mengetik sembari empat mahasiswi itu terlihat mulai menyiapkan beberapa berkas dan buku catatan mereka didepannya. Ava : "Ngapain ketemu sama aku?" +6281210xxxxxxxx : "Mau ngobrol." Ava : "Kan bisa disini?" +6281210xxxxxxxx : "Boleh atau tidak?" Ava : "Mau ketemu dimana?" +6281210 mulai mengetik "Dok, ini hasil praktek saya kemarin." Tatapan Ava pun beralih ke arah mahasiswanya sehingga membuat Ava harus mengabaikan urusan pribadinya. HM Corporation, Pukul 10.20 Jakarta Timur. "Pak?" panggil Aldi kearah Franklin. Saat ini ia berada di hadapan atasannya itu. "Ya?" "Kata Pak Frankie seminggu lagi insya Allah kita ke kota Solo." "Oke." "PT Prima Food Jaya sedang mengadakan acara gathering Pak di kota Bandung. Kalau Bapak bersedia, apakah Bapak bisa datang malam besok?" "Iya, bisa." "Saya juga sudah memesan kamar berfasilitas presiden suite untuk Bapak di kota Solo." "Terima kasih." Franklin kembali mengetik sesuatu di keyboard laptopnya. Sesekali ia melirik kearah ponselnya dan Ava belum membalas pesan w******p nya. "Pak?" "Hm." "Dompet Bapak sudah ketemu?" "Belum." "Bapak tidak berniat menghubungi pihak kepolisian?" "Sudah." "Jadi gimana Pak?" "Biarkan mereka bekerja." "Saya cuma khawatir dengan surat-surat penting dan identitas Bapak didalam dompet Bapak itu, takut di salah gunakan orang." "Positif thinking saja, mungkin orang tersebut tidak berani melakukannya." "Kalau boleh tahu, didalam dompet Bapak ada berapa rupiah?" "$300 dollar dan £300 poundsterling." "Apa?!" Aldi rasanya begitu syok. Ia tidak menyangka kalau uang sebanyak itu ada didalam dompet atasannya. Sebenarnya ia tidak heran karena Franklin memang pengusaha kaya, tapi, ya Allah, apakah atasannya itu tidak berpikir untuk menyimpannya ketempat yang lebih aman? "Jika di rupiahkan totalnya, Rp.10.020.000,- loh Pak." "Itu hanya nominal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." "Tapi Pak-" "Reservasikan restoran Sarina pukul 20.00 malam ini untuk dua orang." potong Franklin lebih cepat karena ia tidak suka di usik. Dan Aldi terdiam karena sadar sudah banyak bertanya pada atasannya yang irit bicara itu. Alhasil ia pun mengangguk dan segera pergi dari sana. Restoran Sarina, Pukul 20.00 Malam. Jakarta Timur. Sesuai rencana Franklin malam ini, ia memilih menunggu di dalam mobil daripada menunggu didalam restoran. Padahal ia bisa saja melakukan hal itu, tapi ntah kenapa rasanya begitu malu. Sebuah mobil berwarna merah baru saja memasuki parkiran dan terparkir tepat di samping mobilnya. Tak lama kemudian pintu mobil tersebut terbuka sehingga keluarlah seorang wanita cantik dengan anggun dan mempesona Franklin. Seketika Franklin terdiam. Menatap wajah Ava yang memang cantik. Rasanya ia sudah tidak sabar lagi untuk bersanding dengan wanita itu karena tujuan untuk melamarnya malam ini. Franklin segera keluar dari mobilnya. "Asalamualaikum?" Ava menoleh dan terkejut kalau  Franklin ada disebelahnya. Dilihatnya Franklin sangat tampan dengan memakai kemeja hitam yang di gulung hingga setengah siku dan jeans berwarna khaki. Tak hanya itu, aroma pheromone yang digunakan Franklin semakin membuatnya suka. "Wa'alaikumussalam, maaf kalau kamu sudah lama menunggu." Franklin mengangguk. "Ayo masuk." Keduanya pun memasuki restoran dengan langkah santai meskipun hati keduanya sama-sama grogi. Ini makan malam pertama mereka setelah sekian tahun hanya sekedar saling tahu nama namun tak pernah bersapa baik lewat nomor ponsel maupun secara langsung. Ava dan Franklin terlihat pasangan serasi. Keduanya masih menyisakan jarak meskipun berusaha menahan diri agar tidak saling berdekatan. Sesampainya didalam, Franklin pun segera menarik kursi untuk Ava kemudian pria itu duduk di hadapannya. Wajah Ava begitu grogi. Sementara telapak tangan Franklin serasa dingin. Seorang pelayan pun datang menghampiri mereka sambil membawa buku menu. Dari jarak beberapa meter, Frankie begitu syok melihat saudara kembarnya bersama seorang wanita. Tak hanya itu, Feby pun juga sampai melongo ketika ia sedang makan bersama Frankie tanpa membawa anak-anak mereka yang sedang bermain dengan Kakek dan Neneknya di kediaman Hamilton. "Mas, aku nggak salah lihatkan?" Frankie menggeleng. "Tentu saja tidak, wah, ini pertama kalinya Franklin dekat dengan seorang wanita sepanjang sejarah di usianya 30 tahun." "Wanita itu, bukankah Dokter bedah ya Mas?" "Iya, dia cantik ya? Cocok bersanding dengan Franklin. Aku harus memberitahu berita terpanas Family Hamilton malam ini juga." Tanpa banyak bicara lagi, Frankie segera membuka sandi ponselnya dan memfoto Franklin bersama Ava dari jarak kejauhan. Ia tersenyum sinis. Dalam hati ia tertawa. Tak hanya itu, Frankie segera mengshare foto tersebut ke grup keluarga besar Hamilton yang ada di w******p yang berisi anggota Fandi, Ayesha, Aifa, Rex, Frankie, Feby, Franklin, dan Fariz sebagai keponakan tertua berusia 7 tahun. Frankie : Mengirim sebuah Foto "Berita terpanassssss malam ini." Fariz : "Asyik!! Om, aku mau calon keponakan cewek." Frankie : "Dad, Mom, Franklin ketahuan mojok!" Semua keluarga pun langsung online. Fandi : "Franklin, katanya kamu mau beli martabak, kok malah ketemuan sama wanita?" Ayesha : "Ya Allah.. " "Dasar anak tidak sopan! Ketemuan sama wanita malam-malam gini tidak bilang-bilang sama Mommy!" Aifa : "Lanjut terooosss adek Franklin, lanjuutttttt!!! Kakak mendukungmu supaya kamu tidak ngenes!!!!! Rex : "" Frankie : "Gercep dek, gercep! Halalin dah Ayesha : " PULANG!" Fandi : " Martabak jangan lupa ya, akhirnya jagoan Daddy sudah gede " Ayesha : "Daddy sama anak sama!" Disisilain, Franklin tercengang melihat notifikasi grup keluarga yang sudah ramai. Tak hanya itu, ia syok ketika tanpa diduga malam ini ada saudara kembarnya sedang dinner di restoran yang sama. Franklin segera melihat disekitarnya dan mendapati Frankie yang posisinya tak jauh dari tempatnya. Tak hanya itu, lagi-lagi Frankie memfoto dirinya dengan santai bahkan memasang raut wajah smirk kearahnya. Franklin pun menatap datar Kakak kembarnya itu dan lagi-lagi ia merasa tidak bisa leluasa bersama Ava. Malangnya nasib Franklin Makasih sudah baca. Tadi malam mau update tapi ketiduran Sehat selalu buat kalian ya, With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD