"Ketika aku mengetahui ternyata hatimu milik sahabat ku, aku hanya mampu diam dan berharap rasa ini cepat sirna"
Natalia syahnaza
Talia pov
Sedari tadi aku hanya memperhatikan kedua sahabat ku yang sedang beradu argumen, aku juga tidak berniat untuk ikut campur tapi aku akan angkat bicara saat memang kondisi semakin riuh. Ya mereka adalah sahabatku, Bella dan Rey kami bersahabat sudah dari kecil, rumah kami dulu sangat berdekatan sebelum akhirnya, kedua orang tua Rey memutuskan pindah dan Rey pun akhirnya ikut dengan orang tuanya. Orang tua kami bertiga pun saling berteman dekat sehingga kami pun jadi saling bersahabat.
"Gimana ya cara nya biar Kak Azka jadi milik gue," kata Bella. Lagi-lagi selalu Azka yang Bella bahas setiap mereka berkumpul. Aku memang tidak mempermasalahkannya. Namun, aku hanya kasihan jika Bella terus memikirkan seseorang yang bahkan orang itu tidak menganggap kita. Bahkan laki-laki itu tidak bisa menghargai perempuan sedikitpun.
"Bel lo udah gila ya Kak azka tuh dingin banget, kemaren-maren aja lu nggak direspon, apalagi yang bakal lu lakuin Bel," kata Rey dengan keras yang membuatku segera melihat keduanya.
"Rey cinta itu harus berjuang, gue yakin kok usaha nggak akan menghianati hasil,"kata Bella. Selalu kata itu saja yang di ulang bahkan jika dihitung sudah tak terhingga mungkin.
"Serah lo Bel,." Rey segera pergi meninggalkan kita berdua.
"Rey tunggu," kataku yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka berdua.
"Bel mau sampe kapan lo kayak gini, kita tuh care Sama lo, Bel kita cuma nggak mau lu sakit hati gara-gara, Kak Azka buka mata lo, Bel masih banyak cowo lain, gue tau dia love at the first sight, tapi bukan berarti lo merendahkan diri lu sendiri, Bel. Bella yang gue kenal udah berubah cuma karena cowo kayak gitu." kataku lalu segera pergi meninggalkan Bella sendiri membiarkan Bella untuk berfikir lebih akan keputusannya. Cinta memang tidak salah. Memperjuangkan pun tidak salah juga. Yang salah adalah kita mempertahankan seseorang yang tidak mau diajak untuk berjuang. Semua hanya akan sia-sia.
"Talia lo mau kemana?" cegah Bella dengan menarik tanganku. Aku menengok ke arah Bella dan tersenyum menenangkannya.
"Gue mau ke kelas, Bel. Supaya lo bisa renungin apa yang gue dan Rey bilang. Nggak semua Cinta bisa diperjuangkan seperti kemauan lo sendiri." Talia segera melepaskan Bella dan pergi meninggalkannya. Sebenernya, dia tidak tega meninggalkan Bella sendirian. Namun kelakuan Bella sudah terlalu gila menurutnya. Aku berjalan menuju kelas ku untuk menyusul Rey. Namun, saat aku sampai di kelas Rey tidak ada.
Kemana Rey, batin Talia.
Talia bertanya kepada teman kelasnya yang bernama Putri, apakah dia melihat Rey masuk kelas tadi, "Put tadi ngeliat si, Rey masuk kelas nggak?"
"Engga, Tal, dari tadi gue belum liat dia masuk kelas. Bukannya tadi sama lo sama Bella ya?" tanyanya balik.
"Iya tadi emang sama gue sama Bella tapi dia bilang mau ke kelas duluan. Yaudah makasih ya," kataku langsung duduk ditempatku, mungkin sebentar lagi mereka berdua akan masuk.
Tiga puluh menit Talia sudah menunggu mereka berdua. Namun, keduanya belum ada tanda tanda masuk kelas padahal belajar sebentar lagi akan dimulai, aku segera bangkit untuk mencari mereka berdua.
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong yang masih ramai murid lain yang berkeliaran, aku mencari Bella di kantin. Namun, sudah tidak ada. Talia berjalan dan menanyakan ke murid lain tetapi tidak ada yang melihat Bella dan Rey. Kemana mereka berdua pergi.
Talia duduk untuk berpikir mana tempat yang belum di datangi nya. Akhirnya dia pun berjalan lagi mencari mereka sampai akhirnya dia melihat rey, dia hendak menghampiri rey namun ia urung kan setelah mendengar kata - kata rey.
"Akhhhhhhhh...... Bela lo tuh b**o atau apa sih hanya Karena cinta lo rela ngelakuin hal - hal gila, lo tuh emang gabisa ya liat gw sedikit aja yang juga nyimpen perasaan ke lo Bel." Teriak rey ditaman.
"Bella, bella kenapa sih lo lebih milih cowo b******k yang gabisa ngehargain lo sedikit aja, gw tuh suka Sama lo Bel, sakit rasanya cewe yang kita suka lebih suka sama cowo lain" rey frustasi akan semuanya.
"Jadi rey suka sama bella" ucapku yang bersembunyi disebuah bangunan.
Niat ku untuk mencari kedua nya ku urungkan aku langsung kembali ke kelas sebelum kembali aku pergi ke toilet untuk membasuh muka ku, dan menjernihkan pikiran ku. Entah kenapa Ada rasa sakit saat mengetahui Rey menyukai Bella. Jadi, selama ini mereka terlihat Friendzone. Memang seharusnya laki-laki dan perempuan itu tidak bersama terlalu dekat. Pasti akan selalu ada yang terbawa perasaan salah satunya.
Setelah selesai menenangkan pikiran, aku kembali ke kelas dengan menormalkan wajahku seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal, sungguh rasanya hatiku nyesek dan sakit disaat bersamaan. Aku kembali lagi ke kelas, aku fikir mereka berdua sudah berada dikelas. Namun, kedua sahabat ku belum juga nampak di bangkunya. Talia langsung duduk ditempatnya sambil menyibukkan dirinya dengan ponselnya.
Beberapa menit kemudian Bella masuk diikuti Rey di belakangnya dalam hati Talia berpikir apakah Rey telah mengungkapkan perasaannya ke Bella. Namun, ia menghapus pemikiran itu, ia hendak menanyakan suatu hal kepada Bella tetapi sepertinya waktunya tidak tepat, nanti pasti dia akan memberi tahunya sendiri. Talia kembali memfokuskan diri nya dengan ponsel nya sampai guru datang dan semua murid mulai siap mengikuti pelajaran.
***
Kisah Mencintai Dalam Diam Fatimah dan Ali
Pada suatu ketika Fatimah dilamar oleh seorang laki-laki yang sangat dekat dengan Nabi Saw, ia telah mempertaruhkan harta, jiwa, dan kehidupannya untuk Islam, selalu menemani perjuangan Rasulullah Saw. Dialah Abu Bakar Ash Shiddiq. Mendengar kabar itu entah mengapa Ali terkejut, muncul rasa-rasa yang dia pun tak mengerti. Namun dibandingkan Abu Bakar Ali merasa apalah dirinya, ia merasa dia hanya pemuda yang miskin, sedangkan Abu Bakr Ash Shiddiq orang yang kedudukannya dekat di sisi Nabi, segi finansialpun Abu Bakar ialah seorang saudagar, tentu akan lebih bisa membahagiakan Fatimah. Hal itu Ali merasa diuji karena apalah dirinya, hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
Melihat dan memperhitungkan itu Ali ikhlas dan bahagia jika Fatimah menikah dengan Abu Bakar, meskipun hatinya tak bisa membohongi rasa-rasa itu. Rasa-rasa cinta yang ia berusaha mengikhlasaknnya.
Beberapa waktu berlalu, Ali mendapat kabar bahwa lamaran Abu Bakar Ash Shiddiq di tolak Fatimah. Kabar itu tentu menumbuhkan kembali harapannya. Ali kembali mempersiapkan diri, berharap ia masih mempunyai kesempatan.
Ternyata ujian Ali belum berakhir, ia mesti diuji lagi dengan munculnya lelaki yang gagah nan perkasa dan pemberani. Seorang laki-laki yang setan aja lari karena takut kepadanya, musuh-mush Allah bertekuk lutut. Dialah yang diberi gelar Al-faruq, ya , dialh Umar ibn Al Khaththab. Ia datang setelah Abu Bakar mundur. Ia yang terkenal dengan pemisah antara kebenaran dan kebatilan datang melamar Fatimah.
Lagi, lagi, Ali harus berusaha ikhlas, Ali ridha jika Fatimah menikah dengan Umar, sahabat kedua terbaik Rasulullah setelah Abu Bakar. Namun beberapa saat kemudian Ali menerima kabar yang membuat Ali semakin bingung, karena lamaran Umar ditolak.
“Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?” Seru sahabat Ansharnya.
“Mengapa tidak engkau yang mencoba melamar Fatimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditungu-tunggu Baginda nabi.”
“Aku?” tanyanya tak yakin.
“Ya. Engkau wahai Saudaraku!”
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa aku andalkan ?”
Sahabatnyapun menguatkan, “ Kami di belakangmu, kawan!”
Akhirnya Ali bin Abi Athalib pun memberanikan dirinya untuk menemui Rasulullah untuk menyampai maksud hatinya meminag putri nabi Fatimah untuk jadi istrinya.
Memang secara ekonomi saat itu bukanlah siapa-siapa, tak ada yang berharga dari dirinya kecuali satu set baju perang ditambah persedian tepung kasar untuk makanannya, sedrhana sekali.
Tapi Ali tidak meminta Fatimah untuk menunggu 1 atu 2 tahundengan alasan mau mengumpulkan uang terlebih dulu. Ali yakin pilihan menikahi Fatimah tidaklah ringan. Namun segala resikonya ia sudah siap. Ia sadar Allah mahakaya dan tidak akan menelantarkan hambanya yang menikah untuk menjaga dir dan menyempurnakan Agam.
“Ahlan wa Sahlan” itulah sebuah jawaban, sebuah jawaban sederhana yang muncul dari mulut Nabi atas lamarannya. Tidak ada kata-kata yang lain, Cuma Ahlan wa sahlan” ia hanya itu saja. Jawaban yang mebingungkan, yang membuat Ali bertanya-tanya apakah lamarannya diterima atau tidak.
Ali pun bertemu dengan sahabatnya, dan menyakan “menurut kalian apakah “Ahlan wa Sahalan sebuah jawaban ?” ia bertanya penuh dengan kebingungan kepada sahabatnya.
“Satu saja sudah cukup dan kau mendapat dua! Ahlan saja sudah berarti ya, sahlan juga. Dan kau mendapatkan dua-duanya, berarti ya,” jelas sahabtnya.
Dan Ali pun menikahi Fatimah dengan menggadaikan baju besinya. Dan rumah yang disumbangkan sahabat-sahabatnya, tapi Nabi Saw, meminta bayar cicilannya. Itu utang.
Mencintai dalam diam, kuat dalam mengikhlaskan, dan yakin bahwa Allah memberi yang indah. Walaupun ia tidak mempunyai ekonomi yang sempurna, tapi komitmenya sempurna, sehingga Allah memudahkan jalannya.
“Ahlan wa sahlan” itulah jawaban yang indah, yang Allah hadiahkan atas ikhlas, sabar dan komitmenya. Jawaban yang menyatukan cintanya dngan Fatimah.
Itulah cinta dalam diam, cinta yang selalu didasari oleh ketaaatan, yang diutamakan ialah cinta kepada Allah dan RasulNya. Itulah cinta tentang keberanian, tanggung jawab, komitmen, dan keikhlasan sebuah cinta.
.
"Ketika kamu menaruh perasaan kepada cinta lawan jenis jagalah agar cinta itu hanya dirimu dan Allah yang tahu agar kelak kalian dipertemukan diwaktu yang tepat dengan kebahagiaan yang tidak kita sangka sebelumnya"