"Jadi Mas menyalahkan aku? Bagaimana aku bisa dekat dengan anak-anak kalau selama ini Farah sudah mendominasi pikiran mereka" sahut Deasy dengan nada suara sengit.
"Dengarkan aku dulu Deasy, aku memang akan menikahi Farah demi anak-anakku, tapi aku juga akan meminta Farah untuk menyetujui niatku untuk menikahimu"
"Apa?? Maksud Mas aku jadi istri kedua begitu?"
"Statusmu memang istri kedua Deasy, tapi kamu satu-satunya wanita yang memiliki hatiku dan Farah statusnya memang istri pertamaku tapi dia tidak lebih hanyalah sebagai pengasuh anakku, aku mohon cobalah untuk mengerti" sahut Faiz memohon pengertian Deasy.
Deasy terdiam sesaat ia kembali duduk di sofa ruangan kantor Faiz di mana mereka tengah berada sekarang ini, ditatapnya Faiz tepat di bola matanya, Deasy ingin mencari kejujuran dari ucapan Faiz lewat matanya.
"Aku pegang kata-kata Mas, tapi apa Farah akan menyetujui hal ini?" tanya Deasy yang sangsi kalau rencana Faiz akan berjalan dengan lancar
"Aku sudah cukup lama mengenal Farah, ia tidak akan menolak keinginanku"
"Mas yakin?"
"Sangat yakin, Sayang." Faiz menggenggam jemari Deasy untuk membuat Deasy percaya kalau semua rencananya akan berhasil.
"Baiklah aku percaya kepadamu, Mas."
"Terimakasih, Sayang." Faiz mengecup bibir Deasy sekilas, dan Deasy menyandarkan kepalanya di bahu Faiz.
Deasy berharap Faiz bisa menepati janji untuk menjadikan dirinya sebagai satu-satunya wanita di dalam hatinya, Deasy tidak ingin kegagalan dalam berumah tangga akan dialaminya lagi. 5 tahun lalu ia pernah menikah, tapi pernikahan itu berantakan karena mereka berdua terlalu sibuk pada urusan pekerjaan mereka.
Pernikahan Faiz dan Farah dilakukan dikampung halaman mereka, akad nikah berjalan lancar begitupun pesta resepsi berlangsung meriah. Orang tua Farah seperti tidak berhenti untuk meneteskan air mata bahagia mereka, orang tua Faiz juga orang tua almarhumah istrinya terlihat sangat bahagia. Bagi mereka Farah adalah pilihan terbaik untuk Faiz dan anak-anaknya. Mereka sangat yakin Farah akan bisa menjadi istri dan ibu yang baik seperti harapan mereka.
Usai resepsi Faiz dan Farah berada dalam satu kamar yang sama. Farah sudah berganti pakaian begitupun Faiz juga.
"Duduklah Farah, aku ingin membicarakan suatu hal penting denganmu" Faiz duduk di tepi tempat tidur diikuti oleh Farah yang juga duduk di sana tapi dengan jarak yang cukup jauh memisahkan mereka.
"Bapak ingin mengatakan apa"
"Kamu sudah tahukan kalau pernikahan ini aku lakukan demi anak-anakku?"
"Ya saya tahu Pak"
"Kamu juga tahukan kalau aku memiliki teman dekat"
"Ya saya tahu Pak, Bu Deasy kan yang Bapak maksud?"
"Ya dan aku ingin kamu menyetujui keputusanku untuk menikahi Deasy"
"Maksud Bapak?" tanya Farah dengan suara dan mimik menunjukan rasa terkejut. Meski Farah tahu Faiz dan Deasy saling mencintai, tapi rasanya ia tidak menyangka kalau Faiz akan mengatakan hal ini tepat dimalam sesudah resepsi pernikahan mereka, meskipun ini pernikahan yang tidak mereka inginkan.
"Maksudku aku ingin kamu menyetujui keputusanku untuk menjadikan Deasy sebagai istri keduaku, aku sudah mengikuti kemauan Ibu untuk menikahimu dan sekarang aku ingin kamu menyetujui keinginanku" jawab Faiz, Farah terdiam mendengar perkataan Faiz barusan.
Apa ada wanita lain di dunia ini bernasib sama seperti dirinya?. Dimalam resepsi pernikahan mereka, pria yang baru saja resmi menjadi suaminya telah memintanya untuk menyetujui keinginannya untuk menikah lagi? Sungguh tidak terbayangkan hal ini akan terjadi dalam hidupnya. Farah berusaha menahan air mata yang ingin jatuh di pipinya, sejujurnya ia merasa terhina dengan permintaan Faiz yang diucapkannya tanpa melihat situasi, harusnya Faiz bisa menahan diri untuk tidak mengatakan hal seperti itu disaat seperti ini. Meskipun pernikahan ini bukan keinginan mereka harusnya Faiz tetap bisa menghargai pernikahan mereka.
"Farah!"
"Oh ya Pak"
"Kamu mendengarkan ucapanku?"
"Iya Pak"
"Jadi apa jawabanmu?"
"Saya kira jawaban saya tidak penting bagi Bapak, Bapak bisa melakukan apa saja yang Bapak inginkan, saya hanya minta diijinkan untuk tetap mengasuh Faridh dan Farida itu saja" jawab Farah akhirnya.
"Baiklah kalau begitu Farah, terimakasih atas pengertianmu" Faiz bangkit dari duduknya diikuti oleh Farah.
"Kamu mau kemana?" tanya Faiz saat melihat Farah melangkah ingin ke luar dari kamar tidur mereka.
"Saya ingin melihat anak-anak Pak"
"Ooh pergilah".
Farah keluar dari kamar tidur yang disediakan untuk mereka di rumah orangtua Faiz, lalu ia masuk ke dalam kamar anak-anak Faiz yang sekarang sudah menjadi anak-anaknya juga. Mereka sudah tidur dengan nyenyak, Farah mengusap rambut mereka lalu mengecup kening mereka dengan penuh rasa sayang. Matanya berkaca-kaca ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti dalam rumah tangganya, ia tidak perduli jika Faiz ingin menikah lagi selama itu tidak menimbulkan masalah untuk kedua anaknya. Farah hanya bisa berdoa agar ia bisa selalu sabar, tabah, dan ikhlas dalam menjalani rumah tangganya yang tidak biasa. Tidak biasa karena pernikahan ini tanpa cinta, dan ia pun akan segera menjadi istri tua hanya sesaat setelah hari pernikahannya.
******BERSAMBUNG******