Brakkkkkkkkk
Jasmine langsung menoleh ke arah belakang dan dia langsung beringsut untuk mendekat pada wanita yang tidak dia ketahui siapa nama nya. Wanita yang baru saja menyelamatkan nya dari maut.
Orang orang langsung mengerumuni mereka. Sedangkan Bi Inah salah satu asisten rumah tangganya yang memang ikut menemaninya ke pasar pun langsung berlari untuk memastikan bahwa Nyonya besarnya dalam keadaan baik-baik saja.
"Ya Tuhan, Nyonya?! Apa anda baik-baik saja?" Tanyanya Bi Inah khawatir dengan mata memerah
menahan tangis dan tangan bergetar saat melihat Nyonya besarnya dengan lutut yang terluka akibat jatuh tersungkur dan juga seorang wanita tergeletak di sana.
Sedangkan Jasmine, wanita paruh baya itu tidak mengindahkan pertanyaan Bi Inah. Dia sibuk mengangkat kepala wanita yang kini telah bersimbah darah.
Dia memeriksa denyut nadi wanita tersebut, setelah dia bisa merasakan denyutan nadi wanita itu yang mulai melemah, Jasmine langsung meminta tolong pada orang sekitar untuk membawa wanita tersebut ke dalam mobilnya. Dan Jasmine langsung membawa wanita yang belum dia ketahuan siapa namanya itu ke rumah sakit terdekat.
…
Jakarta Hospital...
Setelah menghabiskan waktu kurangebih 30 menit, kini Jasmine sudah sampai dirumah sakit. Bahkan saat ini, wanita paruh baya itu sedang menunggu dengan cemas di depan UGD. Ia masih syok dengan kejadian yang ia alami beberapa saat lalu. Jasmine sangat mengkhawatirkan keadaan wanita di dalam sana.
Bagaimana keadaannya sekarang, apa yang akan ia katakan pada keluarga wanita itu nanti, pikir Jasmine mulai berkecamuk. Rasa cemasnya tak kunjung sirna dalam benaknya saat ini.
Disaat ia masih dalam keadaan yang sama, dilanda cemas yang luar biasa. Berbagai macam pikiran buruk mulai hinggap dalam pikirannya. Ia terus saja menangis, tak lagi peduli dengan penampilannya yang sangat berantakan.
Tak lama kemudian terlihat di ujung koridor sana, Damian nampak sedikit berlari kecil ke arah sang istrinya. Sungguh, pria paruh baya itu sangat mengkhawatirkan keadaan istrinya.
Setelah ia berdiri tepat di depan istrinya, ia pun langsung memeluk istrinya erat. Dia begitu cemas sekali ketika mendengar suara tabrakan ketika sedang menelpon istrinya tadi.
Sedangkan Jasmine, merasakan pelukan hangat dan erat dari suaminya, Ia langsung menumpahkan menangis dalam pelukan sang suami. Dan Damian terus menenangkan sang istri dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
...
La Bella Restaurant
"APAAA...!!!
"_"
"Iya, saya segera kesana,terima kasih.
Khesya langsung memutuskan panggilan teleponnya dan berlari menuju ruangan atasannya untuk meminta ijin ke rumah sakit tempat Ibunya saat ini dirawat.
Yah, Ibunya Khesya masuk rumah sakit karena kecelakaan atau lebih tepatnya tabrak lari. Setelah ia mendapat ijin dari Bos nya. Tanpa menunggu lama dan membuang buang-buang waktu, Kheysa langsung berlari keluar Restaurant untuk mencari ojek atau apa pun itu agar dia bisa segera sampai ke rumah sakit.
Saat ini Khesya sudah dalam perjalanan, Kheysa tak henti-hentinya meneteskan air matanya. Entah, saat ini dia sangat takut sekali, takut kejadian buruk menimpa Ibunya tercinta. Dia terus memohon pada sang pencipta. Memohon atas keselamatan Ibunya.
"Yaa Allah aku mohon selamatkan ibuku, jangan biarkan aku sendiri, Ya Allah, cukup Engkau mengambil Ayah ku, tapi aku mohon, berikan aku kesempatan untuk membahagiakannya Ya Allah." Khesya terus saja memohon kepada Sang Pemilik Kehidupan.
'Khesya mohon Bu, tunggu Khesya,.'
'Jangan tinggalin Khesya, Bu', Khesya terus saja bergumam dalam hatinya sambil menangis.
...
Jakarta Hospital
Dua puluh menit kemudian...
Setelah dua puluh menit menghabiskan waktu di jalan, kini Khesya pun sampai di rumah sakit tempat dimana Ibunya dirawat. Dan dia langsung menanyakan pada bagian resepsionis dimana ibunya saat ini. Dan suster yang bertugas di resepsionis pun, langsung mengarahkan Khesya ke ruang UGD
Tanpa menunggu lama, Khesya langsung berlari menuju UGD. Sesampainya disana Khesya melihat wanita dan pria paruh baya yang seumuran dengan Ibunya berdiri tepat di depan UGD. Lebih tepatnya wanita yang masih dengan tangisnya dalam pelukan suaminya.
Ketika Jasmine dan Damian sadar akan kehadiran orang lain disana, dan itu adalah Khesya, Jasmine pun langsung melepaskan pelukan dari suaminya dan menghampiri Khesya yang nampak dengan isak tangisnya.
"Apa kamu adalah keluarga Ibu yang ada didalam sini?" Tanya Jasmine, Khesya mengangguk.
"Iya Bu, saya putrinya,." jawab Khesya kesugukan
Sedangkan Damian, pria paruh baya itu hanya mematung di tempatnya, dia terus memperhatikan dalam wajah cantik Khesya, dan mengamati garis wajah Khesya yang diyakininya sangat mirip sekali dengan seseorang.
"Maafkan saya," ucap Jasmine dengan suara bergetar dan mata yang kembali mengeluarkan buliran bening dari sana.
"Apa maksud Ibu,.? Kenapa meminta maaf, Bu,.?" tanya Khesya bingung.
Jasmine pun menjelaskan kepada Khesya kronologi kecelakaan yang dialami oleh Ibunya Khesya. Dan Khesya, ia terus mendengarkan dengan baik dengan isak tangisnya yang kian semakin pilu.
Jasmine menjatuhkan dirinya dan bersimpuh dihadapan Khesya, dia meminta maaf yang sebesar besarnya kepada Khesya. Sedangkan Khesya, gadis itu langsung memegang kedua bahu Jasmine dan membawanya untuk berdiri.
"Jangan seperti ini, Bu..?! Ini semua kecelakaan, tolong jangan seperti ini," ucap Khesya serak. Jasmine menatap Khesya dalam dan mengusap lembut wajah cantik gadis itu sambil berucap.
"Boleh saya memelukmu, Nak,.?" Tanya Jasmine.
Sedangkan Khesya, ia hanya mengangguk dan mendekat, kemudian ia pun menumpahkan tangis nya dalam pelukan Jasmine. Dan setelah beberapa saat, mereka menguraikan pelukannya.
Jasmine melihat suaminya kian mendekat dan terus menatap Khesya dalam diam. Setelah beberapa saat, Damian pun membuka suara dan bertanya langsung pada gadis itu.
"Nak...?boleh saya bertanya?" Ucap Damian. Khesya mengangguk tanda mengizinkan
"Siapa nama Ayah mu...?" Tanya Damian
Pertanyaan Damian sukses membuat Jasmine menoleh kearah sang suami. Jasmine menatap heran sang suami yang tiba-tiba menanyakan nama Ayah gadis itu. Sedangkan Khesya ia mengerutkan keningnya, namun ia tetap menjawab.
"Nama Ayah saya, Arya Sagara, Pak,." jawab Khesya
Damian dan juga Jasmine terkejut mendengar nama Ayahnya Khesya. Jasmine kembali mengulang guna memperjelas pendengaran nya.
"Kamu putri Arya Sagara dan Maria Sagara?" Tanya Jasmine hampir tak percaya.
Khesya hanya mengangguk bingung, kenapa wanita di depannya seperti sangat mengenal Ibu dan Ayahnya. Jasmine langsung memeluk Khesya dengan erat dan tangis yang kembali pecah.
Sedangkan Damian, pria paruh baya itu tersenyum haru dalam tangis nya. Akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan keluarga sahabat baiknya.
Setelah ia mengetahui bahwa gadis cantik yang di depannya adalah putri Arya Sagara, itu artinya wanita yang menyelamatkan istrinya adalah Maria?
Astaga, itu artinya wanita yang sedang melawan maut di dalam sana ada Maria sahabatnya?. Disaat Damian mulai memikirkan banyak hal, tiba-tiba Dokter keluar dari dalam ruangan dan memberitahu pihak keluarga, bahwa kondisi pasien sangatlah kritis.
"Maaf Bu, saat ini kondisi pasien sangatlah kritis, beliau kehilangan banyak sekali darah..." Dokter itu menjedah sejenak ucapannya.
"Apa disini ada yang bernama, Khesya..?" tanya Dokter tersebut
"Saya?! Yah, saya yang bernama Khesya Dok," ucap Khesya
"Baiklah nona Khesya, anda diperbolehkan masuk karena pasien yang terus menyebut nama anda, tapi saya sarankan, jangan biarkan pasien terlalu banyak berbicara" ucap Dokter tersebut, sembari mempersilahkan Khesya untuk masuk.
"Terimakasih, Dok," ucap Khesya. Dokter tersebut tersenyum mempersilakan masuk Khesya menoleh pada Damian dan Jasmine
"Bu, Pak, saya masuk dulu," ucapnya sopan.
Damian dan Jasmine langsung mengangguk tanda mengiyakan. Khesya melangkahkan kakinya, dia bergetar melihat kondisi Ibu nya yang berbaring tak berdaya diranjangnya. Hati sangat nyeri sekali mendapati kondisi Ibunya seperti ini.
Buliran bening terus saja mengalir turun dari mata indahnya, sangat menyedihkan memang. Khesya mendekat dan mengambil tangan ibunya yang terbebas dari selang infus. Lalu, ia menciumnya dan berkata dengan lirih.
"Bu...???,. sapanya lirih.
***