“Ahmm … selamat siang, Tante! Maaf tolong jaga bicaranya! Tante boleh merendahkanku, tetapi jangan sampai menghina Ibu.” Aku menatap tajam perempuan dengan bibir merah itu yang masih berdiri di ambang pintu. Aku dan dia sejenak beradu pandang, tetapi tepukan tangan Dion pada punggung tanganku membuatku tersadar. Bahkan Tante Lani dan Dewi sudah berada di dekat kami sekarang. “Mam, permisi dulu! Mau anter Ayu!” Dion terdengar membuka suara dan secara tiba-tiba juga tanganku yang menggantung seketika digenggamnya. Aku menoleh padanya, tetapi wajahnya tampak tengah serius menatap perempuan dengan tambut di cat warna magoni itu. Lalu ditariknya genggaman ini agar aku mengikuti langkahnya. “Dion, tunggu! Apa dia gak bisa pulang sendiri?” Suara Tante Lani kembali menghentikan langkah kami