Pov Dion “Aku tak tahu lagi harus buat kamu percaya seperti apa, Yu! Kalau kamu gak rela karena berpikir jika aku sudah menyentuhmu, maka tak ada cara lain, aku akan secepatnya bertanggung jawab. Kita akan menikah.” Kalimat itu berulang-ulang terngiang dalam benak. Pesawat yang membawaku pulang menuju tanah air terasa sangat lambat. Padahal perjalanan Singapura-Indonesia hanya butuh waktu dua jam saja. Semua ini karena Mama, dia membuat aku terjebak dalam semua ini. Bahkan selama di Singapura, aku sama sekali seperti orang linglung. Gawai yang tertinggal membuat aku tak bisa berkomunikasi dengan siapapun. Sialnya lagi aku baru saja melempar janji pada seseorang lalu kemudian menghilang dengan mendadak. Kepanikan Mama mendengar Nenek yang sakit keras dan terjatuh di kamar mandi memb