35

1716 Words
Tlak Tlak Tlak Sebuah kelompok sedang presentasi di depan para mahasiswa lain yang hening di kelasnya, entah dikarenakan mereka sedang mendengarkan atau memikirkan hal lain sembari memperhatikan apa yang ada di depan. Para mahasiswa ambisius sedang bersiap-siap untuk mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang presentasi, entah itu dipertanyaan dikarenakan mereka memang tidak paham atau ingin menguji pemahaman kelompok terhadap materi yang mereka bawakan. Kali ini seorang mahasiswa yang biasanya sangat khusyuk untuk mendengarkan justru hanya memainkan pulpennya, ia memukul-mukul pena ke atas meja sehingga menimbulkan suara ketukan yang beritme Pikirannya masih pergi menjelajah memori tentang pengalaman yang kemarin. Ketika dirinya berada di dunia Immortal dan bertemu dengan makhluk-makhluk ajaib dan juga aneh di sana. Dirinya melirik tangannya dan mengingat kalau cahaya pernah keluar dari sana "Aaa.... Rasanya nggak sabar banget kalo gue bisa menggunakan sihir" ucapnya pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri Ia melirik ke sebelah kanannya dan lagi-lagi Aqato berada di kelas yang sama dengannya hari ini. Dirinya tidak mengerti kenapa laki-laki itu memiliki jadwal yang sama dengannya, bahkan semua jadwal yang ia masuki diisi oleh Aqato sekarang. Aeris justru menyimpulkan kalau laki-laki ini bodoh karena mengulangi banyak mata kuliah "Nanti lo bakalan makan siang di mana?" Ucap Aqato pada Aeris. Melihat Aqato memulai aksinya lagi membuat Aeris menatap malas padanya "Gue gak makan" "Kenapa? Terus Lo mau kemana nanti, kita ke taman aja?" "Kita? Lo bisa pergi sendiri" ucap Aeris dengan tatapan mencemooh, ia langsung mengubah posisi duduknya untuk lebih condong ke kiri karena tidak ingin berbicara dengan Aqato "Huft.... Tapi siapa yah laki-laki yang ada di goa itu?" Gumamnya lagi, ia masih ingat bagaimana laki-laki itu melilit tubuhnya dengan akar yang tumbuh dari tanah dengan sangat cepat. Ia merasa seperti sedang diremukkan oleh ular ketika tubuhnya dililit dengan semakin erat setiap saatnya "Uhuk uhuk" karena mengingat sesak nafas yang ia alami membuatnya batuk seketika, ia refleks merasakan itu karena mengingat hal yang menyakitkan semalam. Rasa sesak mengganggu Aeris untuk beberapa saat "Dia benar benar mau membunuh Gue" ucapnya lagi Waktu mata kuliah mereka pun akhirnya selesai, hal itu dapat dilihat dari moderator presentasi yang sudah menutup presentasi mereka. Dosen memberikan beberapa penjelasan mengenai materi yang barusan di presentasikan untuk penutup pertemuan mereka. Setelahnya para mahasiswa bisa meninggalkan kelas karena di luar ruangan mereka sudah terdapat mahasiswa lain yang akan melanjutkan mata kuliah bersama dosen yang sama "Halo Aeris!" Ucap seorang perempuan yang berada di depan pintu dan segera masuk ke dalam kelas yang sama dengan Aeris, mereka baru selesai dari dalam kelas dan perempuan ini sepertinya akan segera masuk menghentikan mereka Aeris sempat berpikir sebentar siapa yang menyapanya dan mengetahui namanya ini "Vampire" batin Aeris "Gue Lelia" ucap perempuan itu menjulurkan tangannya kepada Aeris "Aeris" ucap Aeris menerima uluran tangannya "Gue tahu, senang bertemu dengan lo Semoga kita menjadi teman yang baik" ucap Lelia yang memberikan senyum ramahnya, ia melirik Aqato yang sepertinya masih mengekori Aeris Perempuan itu segera masuk ke dalam kelas, melewati Aeris yang menatapnya pergi dari hadapannya "Lo ngapain ngikutin gua?" Ucap Aeris ketika melihat Aqato masih berjalan di sisinya. "Gue nggak ada temen untuk nungguin kelas selanjutnya makanya ngikut Lo, lagian apa salahnya kan" Ketika Aeris sedang berusaha untuk menghadapi Aqato, ia melihat seorang laki-laki yang sedang melihat kepadanya sambil berjalan mendekat. Menyadari Aeris sedang terfokus melihat sesuatu membuat Aqato juga melihat ke arah mata Aeris menuju. Laki-laki yang termasuk menjadi saingan nya untuk menjadi Playboy kampus yang diidamkan para wanita kini sedang berjalan kearah mereka dan ia melihat dengan Aeris. Aqato sempat berfikir apa yang terjadi sekarang, dan merasa dugaan nya salah mengenai lawson dan aries yang saling menatap Kini Lawson sudah berdiri di depan Aeris sembari menatapnya. Lawson menyadari kalau ada laki-laki lain yang kini sedang bersamanya, ia melihat pada Aqato dan membuat wajah bertanya-tanya kenapa ia berada bersama Aeris. "Ayo Ris" ucap Lawson mengajak Aeris untuk pergi bersamanya "Kemana?" "Makan siang" "Ohh..... Jadi Lo udah punya temen makan siang? Makanya lu enggak menerima ajakan gue?" Ucap Aqato, ia mulai merasa kesal di sini karena merasa tersaingi. Aqato juga merasa menemukan jawaban kenapa Aeris sama sekali tidak tertarik kepada dirinya, Lawson saja mendekatinya jadi untuk apa Aeris merespon Aqato. Ia sadar kalau dirinya tidak bisa dibandingkan dengan Lawson namun juga tidak terima dengan hal itu "Dari banyaknya yang lain ternyata Lo milih ini" ucap Aqato juga pada Lawson, tentunya mereka tidak langsung mengerti apa yang sedang dibicarakan Aqato disini "Okeh, nikmati waktu kalian, oh iya Lawson, penglihatan Lo gak sebagus itu yah ternyata" ucap Aqato lagi, ia benar-benar terlihat kesal sekarang, ia menepuk bahu Lawson dan pergi meninggalkan mereka berdua "Dia ngomongin apa sih, Kenapa kelihatan kesel banget?" Heran Aeris Sementara Lawson akhirnya mengerti apa yang membuat Aqato bertingkah seperti itu. Beberapa perempuan yang didekati oleh Aqato sering membanding-bandingkan Aqato dengan dirinya. Tentunya Aqato menjadi kesal dan bahkan marah pada Lawson. Walaupun di sini Lawson tidak melakukan hal-hal apapun untuk mencari perhatian para perempuan. "Penyakit mental, sindrom selebritis" ucap Lawson "Haus perhatian" ucapnya lagi pada Aeris, ia merangkul bahu Aeris secara tiba-tiba, membuat Aeris sedikit tersentak kaget karena tubuhnya ditarik untuk mendekat dengan lawson "Ngapain Lo?" "Ayo ke kantin" ajak lawson dan segera berjala bersama "Lo gak makan makanan kami, ngapain Lo ke kantin" "Lo perlu makan, lagian gue bisa nyicipin dikit" Sementara kini di posisi yang berbeda Aqato sedang berada bersama keempat temannya dan juga 3 perempuan lain, di mana salah satunya adalah pacarnya Heshi. "Kalian tahu junior di bawah kita yang terkenal itu?" Ucap Aqato, yang lain langsung berpikir untuk menebak siapa orang terkenal yang dimaksud Aqato. Mereka juga menyebutkan nama selebgram ataupun youtuber yang lumayan terkenal di kampus mereka. Mencoba menebak siapa yang sebenarnya sedang dibicarakan oleh Aqato "Bukan! Dia terkenal karena tampan" ucap Aqato lagi "Lawson?" Ucap Heshi, mata Aqato yang mendengar nama itu keluar dari mulut pacarnya langsung menajam, tidak terima ketika pacarnya sendiri langsung mengetahui orang itu ketika disebut terkenal karena ketampanannya "Jangan marah sama gue, Lo memberikan petunjuk dan Gue cuman menjawab doang" ucap Heshi membela diri "Dan kalian tahu Aeris kan? Dia nggak mau gue dekat sama gue rupanya gara-gara lawson juga dekatin dia" Mendengar kalimat itu membuat keadaan mereka hening seketika, para laki-laki terhenyak heran kenapa lawson justru memilih Aeris, meskipun perempuan itu juga lumayan cantik tapi banyak perempuan yang jauh lebih cantik dibandingkan dirinya di kampus ini. Dan sudah lama sekali banyak wanita yang menargetkan nya tapi tidak ada yang berhasil, wajar saja ketika mereka terkejut laki-laki itu kini sudah mendekati seorang perempuan "Hah? Kok bisa?" Ucap Heshi "Gue lebih cantik dibanding Aeris" batin Heshi kembali "Gue gak tahu, tapi itu yang gue temuin" ucap Aqato Mendengar itu membuat Heshi merasa kesal, dulunya dia tidak pernah mengejar Aqato, bahkan disaat pengenalan kampus ia sudah melirik lawson sejak lama, ia yakin kalau lawson mengenal dirinya Karena dulu ia sangat sering mendekatinya dan menggunakan berbagai macam modus supaya mereka bisa berdekatan. Tapi ia justru berakhir dan terjebak dalam hubungannya dengan Aqato Heshi yang statusnya merupakan senior tentunya memiliki banyak cara untuk mendekati Lawson. Namun setelah masa pengenalan kampus berakhir, laki-laki tidak peduli lagi dengannya, karena tidak ada lagi hukuman hukuman dan acara perkumpulan dalam angkatan mereka. "So.... Berarti kita gak bisa ngerjain dia?" Ucap laki laki teman Aqato "Enak aja, kita bakalan cari cara lain, Lo mau mundur? Lagian Lo gak penasaran kenapa tuh cowok ngejar dia? Pasti ada sesuatu kan?" Ucapan Aqato berhasil memancing teman-temannya mereka langsung tersenyumm penuh maksud, mereka yakin atas sesuatu yang sangat berharga di dalam diri Aeris sehingga Lawson mau mengejarnya "Apa dia punya banyak uang?" Ucap teman Aqato menebak "Dari yang gue perhatikan sih pasti lumayan punya banyak harta. Dia pernah bawa mobil ke sini, atau.... Dia tipe cewek polos makanya Lawson suka?" "Hahahaha" Mereka terus tertawa untuk menebak-nebak segala kemungkinan yang membuat Lawson dekat dengan Aeris. Tapi bukan hanya para laki-laki yang berpikiran aneh wanita tapi juga Heshi dan temannya Sedangkan kini di salah satu cafetaria kampus yang berdekatan dengan fakultas, Aeris sudah duduk bersama Dexter. Ia awalnya tidak sengaja berpapasan dengannya ketika berada di sana dan memutuskan untuk makan bersama "Jadi Lo ada melihat cahaya biru?" Tanya Dexter yang masih membahas kejadian ketika mereka belum pulang semalam. Ia dan Aeris asyik berbicara sambil mengunyah makanan, sementara Lawson hanya duduk memperhatikan mereka sambil mengaduk minumannya. "Iya, gak biru banget sih, tapi dia nggak putih juga. Jadi dia tuh putih kebiru-biruan. Dan tipis... Banget. Gue yakin gue bisa ngelihatnya juga karena gue berada di tempat yang gelap banget. Dan cuman sebentar aja habis itu hilang" ucap Aeris "Berarti hampir keluar" ucap lawson "Lo lari ketakutan gara gara hewan itu kan? Gara-gara itu juga makanya Sihir lo keluar, Lo tahu cara bekerjanya. Tapi rasa takut itu belum seberapa" ucap Lawson "Tapi waktu itu gue udah ketakutan setengah mati, kenapa cuman segitu doang?" Ucap Aeris tak terima, dia benar-benar ketakutan Dan panik waktu itu, tapi itu hanya mengeluarkan sedikit cahaya dari kekuatannya "Apa aku penyihir cahaya?" Ucap Aeris tiba-tiba mengutarakan pemikirannya dengan ekspresi yang bahagia. Dexter yang mendengar itu menghentikan proses makannya dan menatap iba pada Aeris "Semua sihir itu terang" ucap Dexter mengejek, tapi ia mengingat Lawson ada disebelahnya "Kebanyakan" ucap Dexter meralat perkataan yang sebelumnya "Jadi.... Itu hal normal? Emangnya gak ada wizard yang punya kekuatan cahaya?" Tanya Aeris lagi, ia tidak yakin jika cahaya adalah hal yang lumrah bagi para wizard "Ada, tapi Dia bukan cuman sekedar punya cahaya yang terang, dia bisa membuat orang buta dan memanipulasi sekitarnya, ada hal hal lain tapi gue kurang tahu banyak" jelas Dexter "Woww...." Kagum Aeris, "Tapi, sihir Lo apasih Lawson? Gue yakin semalam melihat lo menggunakan sihir untuk membantu gue keluar dari akar itu" ucap Aeris, ia memang tidak bisa melihat sihir Lawson karena warna gelapnya sama dengan gelapnya goa. "Dia punya sihir yang hebat, dia bisa mengeluarkan berbagai macam senjata dari tangannya" ucap Dexter mencoba menyelamatkan Lawson. Lagi pula dirinya tidak sepenuhnya berbohong, kekuatan gelap milik Lawson sangatlah kuat, dia bisa memunculkan bayangan dari tangannya yang nantinya akan berubah menjadi senjata-senjata yang ia inginkan. Seperti saat menolong Aeris dengan kapak besar semalam. Kapak itu berbentuk bayangan yang hanya bisa disentuh oleh Lawson. Dan itu masih termasuk hal kecil yang bisa dilakukan olehnya "Ohhh... Apa cuman senjata doang yang bisa Lo Buat? Lo bisa membuat benda lain selain senjata?" Ucap Aeris penasaran "Banyak, tapi Lo gak bakalan senang ngelihat nya" ucap Lawson lagi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD