Seorang perempuan yang masih berumur 12 tahun kini baru saja mendengar bel pulang sekolah berbunyi, ia bersama teman temannya yang sudah lama menunggu waktu pulang langsung bergegas mengemasi barang mereka untuk meninggalkan sekolah. Aeris masih menjadi orang pada umumnya kala itu, bermain tak mengenal waktu, belajar hanya ketika ia mau, tertawa sepanjang waktu tanpa ada beban berat dipundaknya.
"Hai Paman!" ucap Aeris yang sudah tiba dipintu gerbang sekolah dan melihat mobil yang ia kenali sudah ada disaan dengan seorang laki laki yang menunggunya diluar mobil
"Aeris!" ucap pamannya melambai dan segera didekati oleh Aeris
"Tumben sempat jemput aku, bibi mana?"
"Biasalah, masih dikantor, paman juga mau pergi lagi habis antar kamu pulang"
"Loh kok gitu?"
"Tadinya kerjaan paman udah siap eh tiba tiba ada panggilan mendadak, Sekaligus nanti paman j****t bibi kamu"
"Yah.... terus aku sendirian dirumah?"
"Bentar doang, kalo kamu mau main juga gak papa, tapi pulang dulu ganti baju"
Meskipun mereka hanyalah seorang paman dengan keponakannya, hubungan mereka seperti seorang ayah dan anak. terlebih lagi hingga kini mereka belum juga diberi momongan. Mereka segera melaju meninggalkan sekolah Aeris untuk menuju rumah, dulunya Aeris tidak tinggal di apartment, mereka memiliki rumah sendiri didaerah perumahan yang lumayan mewah. Sesampainya disana Aeris dditingggalkan sesuai yang dikatakan sang paman, Ia tinggal sendirian dan ini bukanlah hal yang asing. Ketika kedua paman dan bibinya pergi bekerja dia selalu sendirian, tak ada pembantu dirumah mereka karena ia dan bibinya bisa mengatasi semua pekerjaan rumah bersama.
"Apa gue pergi main keluar aja yah?" guman Aeris merasa bosan dirumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi keluar sendiri menghabiskan waktunya sendirian diluar rumah.
Berjam jam berlalu hingga warna langit kian berubah menjadi gelap, Aeris yang merasa sudah seharusnya ia kembali ke rumah sebelum sang paman mencarinya langsung menuju rumahnya kembali menggunakan kendaraan pribadi miliknya.
sesampainya dihalaman tidak ada lampu yang hidup, keadaan rumah gelap gulita seperti tidak ada yang pulang sebelum dirinya.
"Loh, padahal udah jam segini seharusnya bibi atau paman udah ada yang pulang" guman Aeris melihat jam nya, ia segera masuk kedalam dan menghidupkan semua lampu, menunggu salah satu dari mereka pulang.
TRASHHH
Sebuah kilatan petir berbunyi sangat keras, Aeris yang sedang berada dikamarnya yang berada dilantai atas langsung terkejut dan berjalan mendekati jendela, a menatap langit yang sepertinya dipenuhi awan hitam.
Tes.. Tes.. Tes
Perlahan laha, air yang turun dari langit segera membasahi teras kamar tempatnya berdiri, ia melihat tidak ada pertanda kendaraan yang mendekat ke pekarangan rumahnya. Setelah sekian lama mereka tinggal ini adalah pertama kalinya iia ditinggal sendirian hingga larut tanpa kabar. Berkali kali Aeris menunggu dering telfon berbunyi namun tak ada sekalipun terdengar
"Pada kemana sih" guman Aeris dan segera masuk kedalam kamarnya kembali
Untuk gadis muda sepertinya, suasana hatinya dalam keadaan seperti ini mulai goyah tak karuan, ia takut seseorang masuk kedalam rumahnya. ketimbang mahkluk halus, Aeris lebih takut pada manusia yang datang dengan niatan jahat. Ia turun kelantai bawah dan segera memastikan seluruh pintu dan jendela terkunci meskipun ia sudah mengecek sebelumnya.
pada saat seperti ini suara hujan terdengar mendominasi, suara jam dinding terdengar sangat keras, bahkan gelembung air yang ada didalam gallon berbunyi seperti ketukan keras.
tok tok tok
"Astaga" Guman Aeris yang terkejut ketika mendengar suara ketukan pintu
"Aeris!!" ucap seseorang yang ia kenali suaranya, dengan segera Aeris segera mendekati pintu dan mengintip sebentar untukk memastikan
"Bibi!" Ucap Aeris membuka pintu
"Paman mana?" tanya Aeris tidak melihat paman yang menjemputnya ikut pulang
"Ayo masuk dulu, diluar dingin"
Ia dan bibinya segera masuk kedalam rumah, dari penampilan bibinya terlihat jelas kalau ia sempat terkena hujan hingga rambutnya sempat basah. Aeris segera mengambilkan handuk untuk mengeringkan rambut bibinya.
"Bibi tadi kemana pas paman kesini? kok sekarang paman yang malah lama pulang"
"Ada urusan, kayaknya besok urusannya bakalan selesai"
"Jadi gak bakalan pulang?"
"Dia bermalam ditempat kerja"
Malam itu hujan sangat deras hingga pagi, dirumah mereka hanya ada mereka berdua yang terpisah dalam ruangan yang berbeda. Aeris tentunya berada dikamarnya sendiri. Dan Ia tidak bisa tertidur dengan mudah seperti biasanya. Waktu akhirnya memasuki tengah malam dengan ia yang masih terjaga, hujan akhirnya mereda meskipun masih gerimis dengan cuaca yang masih sangat dingin
Kali ini, rasanya sangat hening, suara suara yang tadinya tidak terdengar karena hujan mulai terdengar kembali, termasuk suara bisikan dan langkah kaki yang berasal dari luar rumah. Aeris terduduk dari posisi tidurnya, ia mencoba fokusnuntuk mendengar apa yang ada diluar, dan semakin yakin kalau ada orang yang datang dipekarangan mereka
"Paman?" guman Aeris namun ia juga heran kenapa suaranya tterdengar seperti mengendap endap tidak ingin di dengar, ia turun dari tempat dirinya perlahan dan membuka pintu kamarnya perlahan, saat iia keluar dari kamar keadaan rumahnya gelap, karena lampu ruang Utama dapur, banyak yang dimatikan ketika mereka semua sudah tidur, ia berjalan mendekati jendela yang masih berada dilantai atas, ia menuju jendela yang bisa melihat halaman depan
"Siapa mereka?" Batim Aeris, ia melihat tiga orang memakai pakaian serba hitam sedang berada diluar berdiri didepan pagar mereka. ketiga laki laki itu memakai tudung hitam, dari bentuk tubuh mereka Aeris yakin dua dari mereka adalah laki laki semnetara yang berbadan mungil itu pasti wanita.
ZRING
"HAH?"
Humph
Aeris terkejut ketika melihat saah satu dari mereka menghilang dengan cepat begitu saja, seakan dibawa hilang oleh angin. Ia langsung menutup mulutnya berharap tidak ada yang mendengar suaranya tadi dan menyadari keberadaannya disana. Kedua orang itu kini terbang untuk melewati pagar, Aeris yang tadinya masih berani mengintip langsung menunduk untuk bersembunyi sebelum mereka melihat Aeris
"Pencuri? atau hantu? Bibi harus bangun" ucap Aeris dan segera berlari kecil berusaha tidak membuat suara menuju kamar sang bibi. Ia berlari menuruni tangga untuk menuju lantai bawah tempat kamar bibinya berada dan berhenti sebentar didepan pintu.
"Jangan masuk"
Tangan Aeris yang hendak membuka pintu langsung berhenti mematung, ia tidak tahu bagaimana bibinya tahu kalau ia datang mendekat dan berbisik dari dalam sana, seolah hanya pintu yang menjadi batas anatara mereka
"Ada orang aneh datang Bi" ucap Aeris berbisik melalui lobang kunci
Ceklek
Pintu kamar terbuka, Aeris melihat sang bibi keluar dengan pakaian yang seharusnya tidak dipakai untuk tidur. Ia menatap bibinya dari atas hingga kebawah
"mau kemana bi?"
"Balik ke kamar, jangan banyak tanya, cepat"
Ini adalah pertama kalinya Aeris melihat ekspresi itu, pandangan yang biasanya sangat hangat dan lembut tiba tiba terlihat tegas dan tidak ingin dibantah, ia heran namun juiga takut untuk bertanya. Aeris segera berjalan untuk menuju kamarnya kembali. Ketika iasudah berada didepan pintu kamarnya ia melihat bibinya lagi yang masih terus melihatnya untuk masuk kedalam kamar
"Jangan keluar"
Aeris mengangguk dan segera masuk ke dalam kamar, ia menutup dan mengunci pintunya, dalam pikirannya ia masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa bibinya terlihat sangat aneh. Aeris ingin keluar namun mengingat betapa seriusnya sang bibi ketika memberinya peringatan padanya tadi membuatnya tak sanggup untuk membuka pintu
Aeris tidak menyadari setelah ia masuk kedalam kamar, pintu itu telah disihir dan disegel, sehingga meskipun Aeris ingin keluar tidak akan bisa, baik dari pintu atau keluar dari teras kamar.
---------------------------
"Bibi!!!!" teria Aeris keluar dari kamarnya, hari ini hari minggu sehingga ia tidak perlu kesekolah dan seharusnya paman dan bibinya juga libur bekerja, ia melihat keadaan rumah berbeda dari pagi biasanya, seakan kkali ini bibinya terlambat bangun. Ia berjalan menuju kamar untuk membangunkan namun sebuah surat terletak diatas meja ruangan tengah yang ia lewati
"Loh? Kok hari minggu pergi ke kantor?" ucap Aeris heran, didalam surat juga ditulis pesan kalau sarapan untuknya sudah disiapkan
Hari ini menjadi pagi yang aneh bagi Aeris, hari ini hari minggu dan ia duduk dimeja makan sendirian mencoba memikirkan hal positif agar kejadian semalam tidak terus mengahntui pikirannya. Ia melirik ponsel yang ada disampingnya dan tidak menerima pesan dari pamannya.
"Ini hari minggu!" Ucapnya dengan kesal seakan berbicara dengan dirinya sendiri
Pada akhirnya Aeris yang kala itu masuk berumur 12 tahun hanya menunggu dirumah dan tidak memiliki niatan untuk menghabiskan waktu diluar, ia duduk diruangn TV dan menatap layer itu dengan ttapan kosong. Ia merasakan ada hal aneh dan ia tidak bisa berhenti memikirkan hal itu.
Hari menjadi sore kembali, Aeris sudah tidak tahan dengan perasaan tak enaknya dan emosinya meningkat. Ia kesal dan marah akan paman dan bibinya yang tidak memperhatikannya lagi dalam sehari.
"Aku bakalan nyusul mereka" Ucapnya dengan kesal sambil mengambil tasnya dikamar, ia memakai jaketnya dan menuju pintu keluar rumah
TRINGGGGG
Ponsel Aeris berbunyi, dann tertera nama kontak pamannya disana
"Nah! pas aku udah mau datang baru ditelfon" Ucapnya dengan nada yang masih kesal
"halo paman? kok baru ini sih nelfon aku? Bibi juga pergi dari tadi pagi ini kan hari minggu seharusnya kalian dirumah" Ucapnya dengan nada kesal, ia hening sebentar karena tidak mendengar lawan bicaranya bersuara
"Halo apa ini anaknya?" ucap Seorang perempuan diseberang sana, padahal sudah jelas nomor yang memanggilnya milik pamannya yang seorang laki laki
"Eh.... iya ini anaknya, ini siapa?"
"Tolong datang ke alamat yang sudag dikirimkan melalui pesan yah"
"Pesan? emangnya ini siapa? mana ayah?" ucap Aeris yang kali ini berperan sebagai anak
"Maaf, orangtuanya sedang daruma sakit yah nak, jadi segera datang yah"
DEG
Aeris kaget bukan main, ia terpaku dan lesu disaat yang bersamaan
"O...oke bentar, aku nelfon bibi, eh mama dulu"
"Mamanya udah disini kok"
"Oh yah? aku mau bicara"
"Mamanya juga lagi gak bisa bicara, jadi mohon segera datang yah"
Bukannya merasa menjadi tenang, kini Aeris langsung merasa pikirannya kosong, meskipun ia belum tahu apa yang sedang terjadi dirumah sakit, tapi gelagat orang yang menelfonnya sudah menejelaskan kondisi yang terjadi namun berusaha tidak memperjelasnya karena Aeris harus segera kesana tanpa kondisi buruk. Jika Aeris shock tentunya ia akan mengalami banyak kendali untuk datang
Aeris menutup telefon dan berusaba berjalan dengan tegap keluar dari rumah dan mencari taksi. Iayang masih 12 tahun menuju ulang tahunnya yang ke 13 tidak tahu kalau sejak hari itu ia menjadi sendirian untuk waktu yang lama