CHAPTER: 2

1321 Words
Awalnya aku kira kisah kita hanya sebuah kebetulan, namun takdir berkata lain ~Nevada Louisa Amara~ Darrel berlari ke arah lift sambil menggendong Nevada yang tak sadarkan diri dalam rengkuhannya, tangannya sudah ikut berdarah karena darah Nevada menetes terus menerus membuat ia semakin khawatir. "Nevada, gadis ini lemah sekali baru dilempar vas bunga sudah pingsan." "Hey, tutup mulutmu." Darrel melepaskan pelukannya pada tubuh Nevada karena terkejut mendengar suara dari wanita dipelukannya, untung saja Nevada memiliki gerak cepat langsung memeluk leher Darrel dan mengaitkan kakinya di pinggang Darrel. "Dasar pria gila! Aku hampir saja terjatuh!" Nevada menatap kesal ke arah Darrel, sedangkan Darrel hanya menatap datar pada Nevada. Nevada pun langsung melepaskan pegangan leher dan kaitan kakinya, dan berdiri di depan Darrel dengan keadaan yang 180° pada saat digendong Darrel. "Kau pura-pura pingsan?" "Ya, kalau aku tidak pura-pura pingsan mungkin saja aku sudah mati di tangan istrimu, istrimu itu sangat menyeramkan." Nevada terlihat sangat santai saat melihat ada darah di lift karena darahnya berjatuhan ke bawah, malah Darrel yang terlihat risi dan khawatir. Saat lift berbunyi menandakan mereka sudah sampai di lantai paling bawah apartemen ini, Nevada pun langsung keluar dari lift meninggalkan Darrel sendiri. Darrel langsung mengejar langkah kaki Nevada, semua tatapan tertuju pada mereka berdua, bukan berdua tapi hanya Nevada apalagi saat melihat darah di kening Nevada. Tapi Nevada malah bersikap acuh tak acuh sedangkan Darrel yang malah menjaga jarak dari wanita itu agar tidak ikut ditatap juga oleh Nevada. "Darrel cepat! Aku harus ke rumah sakit, ini semua salah istrimu!" Sekarang semua tatapan tertuju pada Darrel, kalau Nevada mendapat tatapan kasihan dan iba maka Darrel mendapat tatapan menghujat dan amarah. Darrel pun bergegas mendekati Nevada, ingin sekali rasanya ia memukul bibir tipis berwarna merah muda tersebut agar tidak asal berteriak. "Jangan berteriak seperti itu wanita bodoh, semua mata memandangku sekarang." "Apa?! Kau malah memarahiku di saat aku terluka! Kau jahat Darrel!" Nevada yang sadar dengan tatapan semua orang pada mereka bukannya berhenti berteriak dan mengikuti bisikan Darrel malah semakin berteriak dan membuat mereka benar-benar menjadi pusat perhatian. Senyum miring terbit di bibir Nevada saat menoleh ke arah Darrel yang menatap kesal padanya. Darrel segera menarik tangan Nevada untuk berjalan lebih cepat ke arah parkiran, Nevada malah bergelayut manja di lengan Darrel sambil tersenyum diam-diam. Saat sudah masuk ke dalam mobil akhirnya tawa Nevada pecah, terlihat sekali Nevada sangat senang telah mengerjai Darrel. Darrel sendiri memilih fokus menyetir dari pada memedulikan wanita cantik di sampingnya namun saat mendengar suara rintihan kesakitan keluar dari bibir Nevada. Darrel pun langsung menoleh ke arah Nevada dengan cepat, namun ia malah melihat kedipan mata Nevada tertuju padanya sebelum Nevada tertawa kembali. "Bisakah kau berhenti tertawa?" "Sayangnya tidak bisa, ekspresimu itu sangat menghibur diriku." "Apakah kepalamu itu tak sakit sama sekali setelah dilempar vas bunga." "Biasa saja, lebih sakit saat diselingkuhi sama adik sendiri." Meskipun berusaha berbicara sesantai mungkin dan tetap tersenyum namun Darrel tahu bahwa Nevada sebenarnya sakit saat mengucapkan kata-kata itu. Nevada akhirnya diam saja selama perjalanan begitu pun dengan Darrel sampai akhirnya mobil mereka sampai di parkiran rumah sakit. "Mana uang." "Uang apa?" Kening Darrel berkerut bingung saat melihat tangan Nevada terulur lalu meminta uang, sedangkan Nevada bukannya menjawab malah mengambil dompet Darrel yang ada di saku celananya. Belum sempat Darrel mencegah tangan nakal Nevada, namun Nevada sudah lebih dulu mengambil dompetnya. Nevada tersenyum puas melihat banyaknya lembaran uang berwarna merah, tanpa izin dulu pada pemiliknya akhirnya Nevada mengambil semua uang yang ada di dompet Darrel lalu mengembalikannya pada pemiliknya sambil memberikan senyum terbaiknya. "Meskipun kurang namun aku anggap ini cukup lah untuk bayaran aku semalam dan uang berobat. Terima kasih, atas uangnya." Darrel melongo mendengar ucapan wanita matre ini, apalagi saat Nevada mencium pipinya tiba-tiba lalu keluar dari mobil dengan sangat santainya. Darrel pun segera turun dari mobil dan mengejar Nevada yang sedang menghitung lembaran uangnya. Untuk kedua kalinya kening Darrel mengerut saat melihat Nevada berhenti tiba-tiba saat baru masuk di rumah sakit. Nevada sendiri tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya melihat Faira dan Ario yang juga sedang menatapnya. "Kakak." "Nevada." Nevada langsung berjalan cepat saat sadar dari rasa terkejutnya, ia langsung menyimpan lipatan uangnya di saku celananya. Namun langkahnya terhenti saat Faira mengejarnya dan mencekal tangannya. "Menjauh, jangan menyentuhku w************n!" Nevada spontan mendorong Faira dengan kasar saat tangan mereka bersentuhan sedangkan Faira hampir saja terjatuh kalau saja Ario tak menangkap tubuhnya. Nevada mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak Sudi melihat kemesraan dari pasangan selingkuh ini. Darrel yang merasa Nevada tak nyaman berada di dekat adiknya dan mantan tunangannya akhirnya menghampiri Nevada dan memeluk pinggang Nevada dengan posesif. "Akting." Nevada yang tadinya terkejut dengan keberadaan Darrel akhirnya mengerti maksud pria itu saat mendengar bisikkan Darrel, Nevada pun merasa senang untuk kali ini karena kehadiran Darrel yang bisa menolongnya dari rasa malu. "Nevada, kening kamu kenapa? Apa yang terjadi? Apa pria ini menyakiti kamu?" Faira menunduk sedih mendengar pertanyaan penuh rasa khawatir dari bibir suaminya, sedangkan Nevada tak bisa menahan perasaan bahagia saat mendengar Ario khawatir padanya namun segera Nevada tepis saat melihat wajah adiknya yang membuatnya teringat akan hari pernikahannya. "Biasa luka kecil, aku sama Darrel kan lagi bersama, kamu tahu lah kalau pasangan dimabuk cinta itu bagaimana, brutal dan ya begitulah." Darrel hampir saja tertawa saat mendengar jawaban Nevada yang menurutnya aneh, sedangkan Nevada sendiri mengutuk bibirnya yang berkata tak masuk akal. Tapi untung saja Ario dan Faira percaya dengan ucapannya terlihat dari tatapan kaget dari mata keduanya. "Kakak, apa yang kau lakukan? Dia sudah menikah, bahkan kau yang merancang baju pernikahannya dengan istrinya." "Lalu? zaman sekarang tidak masalah kan merebut pasangan orang lain, apa bedanya dengan kamu yang ngambil calon suami kakak sendiri." Ario yang mendengar ucapan Faira terkejut saat tahu fakta tentang pria di samping Nevada. Jujur saja ia tak suka saat melihat kemesraan mereka, apalagi saat Nevada tak sungkan mencium pipi Darrel di depannya. "Kamu harus berobat." Ario langsung menarik tangan Nevada ke arah ruangan dokter, Nevada tak berusaha berontak karena saat ini ia sedang berusaha menetralkan detak jantungnya yang menggila saat tangannya bersentuhan dengan tangan Ario. Nevada tak bisa berbohong dengan perasaannya sendiri, ia masih sangat mencintai Ario dan perasaan itu belum berubah sampai detik ini. Mungkin ia dan Ario hari ini sudah menjadi suami istri yang paling bahagia di Dunia sebelum Faira datang dan menghancurkan segalanya. Faira dan Darrel yang sadar akan rasa terkejutnya langsung menyusul Nevada dan Ario. Faira sangat risi ditatap intens oleh Darrel, jelas sekali pria itu tak suka dengan dirinya atau mungkin membencinya. "Lepaskan kekasih saya!" Darrel langsung melepaskan tangan Ario dari tangan Nevada dengan kasar, ia tak suka dengan Ario begitu berani menyentuh Nevada setelah apa yang terjadi di antara keduanya dan ia lebih tak suka lagi melihat Nevada pasrah saat disentuh Ario. "Kamu engga apa-apa kan? "Engga kok sayang." "Kak pulang yuk ke rumah, ayah dan mama sangat merindukan kakak dan khawatir sama kakak. Jangan berubah jadi kaya gini kak, maafkan aku kak." Nevada menatap sinis dan tajam pada Faira, sedangkan Faira menatap sendu dan memohon pada kakaknya. Suasana yang terpancar antara kakak adik itu sangat mencekam, sangat berbeda sebelum hari pernikahan itu. "Ayah dan mama yang mana? yang menampar putri sulungnya di hari pernikahannya dan menyalahkannya padahal putri bungsunya yang selingkuh dengan calon suami putri sulungnya. Dasar munafik kalian semua!" Nevada semakin pusing saja dengan keadaan ini, apalagi sekarang kepalanya baru terasa sakit mungkin karena lukanya tak langsung diobati malah dibiarkan. Air mata mulai mengalir di pipi Faira saat mendengar ucapan sang kakak, ia sadar bahwa ia yang sudah mengubah kepribadian kakaknya. "Sayang, aku mau berobat, ayo kita pergi lagi pula aku engga mau lagi lihat pasangan selingkuh ini." "Iya sayang, lagi pula aku juga muak lihat mereka." Faira hanya bisa menatap sendu kepergian kakaknya, sedangkan Ario menatap tajam dan sinis dengan tangan yang terkepal melihat Nevada sudah melupakan dirinya dan hubungan di antara mereka. Ario tak terima dengan hal itu, ia akan merebut Nevada lagi dari tangan pria itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD