"Cantik dan sempurna." Puji seorang wardobe make up setelah merias wajahku. Aku hanya membalas ucapannya dengan senyum tipis.
Kini aku sedang berada disebuah ruangan kecil bersama beberapa orang perias. Bisa dikatakan ini adalah detik-detik mendebarkan dijemput calon suami. Iya, sang calon suami!. Aku sudah berusaha menetralkan hati, namun tetap saja jantung ini semakin tak karuan. Bahkan, bunda dan Naira, sahabat ku saja lebih memilih melihat lelaki itu melafazkan akadnya dari pada menemani disini.
Bruuk!!!
Panjang umur, Naira mendadak muncul "Rey... Dengerin, sebentar lagi akadnya dimulai. Banyak-banyak istighfar, takut kena serangan jantung." Dia berdiri disampingku, menatap lewat pantulan cermin.
Mendengar lelaki itu datang saja sudah membuat jantung berdetak dengan kecepatan diatas rata-rata.
Sejenakku mematung, seluruh tubuh rasanya lemas saat suara penghulu menginterupsi lelaki itu untuk menjabat tangannya. Aku menggenggam tangan Naira sangat erat.
"Saya nikahkan engkau Muhamad Zafran Al-Ikram bin Ikram Mutaqqin, dengan ananda Reyna Az-Zahra Rabbani binti Amran Al-fariq dengan mas kawin lima puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai"
Jantungku semakin berdetak dengan kencang ketika menantikan kalimat itu terlafaz olehnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Reyna Az-Zahra Rabbani binti Amran Al-fariq dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai"
Berulang kuucap Hamdalah, karena ia berhasil melafazkannya dalam satu tarikan nafas. Naira memeluk dengan erat, tangis ku tumpah dalam pelukannya.
"Barakallah ya Rey, pangeran sepertiga malam sudah sah menjadi suamimu." Katanya sambil menghapus air mataku.
Zafran, Sosok pria yang selama ini namanya selalu nyelip diantara banyaknya doa yang aku pinta pada-Nya. Mengenalnya saat ia menjabat sebagai Presma alias Presiden Mahasiswa kala itu. Kedudukannya sebagai senior yang dicap manusia dingin oleh seluruh mahasiswa disana. Entah kenapa aku malah berjuang lewat doa-doa disepertiga malamku untuk mendapatkannya. Ku fikir selama ini hanya aku yang diam-diam mengaguminya, mengharap ia menjadi imamku kelak. Nyatanya setelah kelulusan yang hampir dua tahun tak berkabar dengannya. Sebulan lalu ia datang kerumah untuk menyampaikan niatnya, mengkhitbah. Meminta pada bunda untuk menjadikan aku sebagai pendamping hidupnya.
Sekarang ia telah sah menjadi seorang suami. Dia, Zafran yang namanya sering ku ulang dalam doa. Kini dia, Zafranku, imamku, surgaku. Insyaallah.
Tok..tok..tok..
Assalamualaikum..
Kelopak mataku melebar sempurna, jangan-jangan dia datang untuk menjemput.
"Aku keluar yaa, selamat berduaan." Ucap Naira begitu saja lalu membuka pintu dan keluar. Tiba-tiba saja pintu kembali terbuka lebar. Menampilkan seorang laki-laki dengan gagahnya masuk keruangan ini menyambut.
"Salamku tidak dijawab?" Tanyanya.
"Wa... walaikumsalam," susah payah aku menormalkan jantung, nyatanya masih terlihat gugup didepannya.
Zafran mengulurkan tangannya.
"Aku hanya ingin menjemputmu," ucapnya
"Aku malu." Ucapku sambil menunduk.
"Hey, tataplah suamimu ini," dia menyentuh daguku dan mengarah kan agar aku menatapnya. "Aku bacakan doa dulu ya." Lanjutnya sambil menyentuh kepalaku. Aku mengaminkan doanya dalam hati. Setelah berdoa, ia mencium kening dan seketika membuat aku merasakan sesuatu yang hangat menjalar ke seluruh tubuh. Aku bahagia karena pada akhirnya Allah menyatukanku dengan laki-laki yang selama ini namanya sering ku sebut.
??????
Acara akad berjalan lancar, dan resepsi berlangsung hingga malam disebuah aula dekat rumah bunda. Banyak rekan bisnis Zafran yang hadir mengucapkan selamat untuk kami.
Sebelumnya aku dan Zafran sudah memutuskan untuk tinggal dirumah bunda karena tak ingin beliau merasa sendiri nantinya. Rumah ini terlalu besar jika bunda harus tinggal sendiri disini.
Tak terasa, aku dan Zafran tiba dirumah. Lelah rasanya setelah seharian penuh berdiri bertemu para tamu. Aku sendiri masih belum percaya jika pangeran impian selama ini telah resmi menjadi suamiku. Seperti mimpi.
"Kamar Rey disana ma... s." aku masih gugup untuk memanggilnya dengan sebutan 'mas'.
Tak lama Zafran masuk kesana dan aku mengekorinya dari belakang. Ia menaruh tas koper yang berisi beberapa pakaian untuk ganti selama disini dan ponselnya diatas meja rias.
"Mandi dulu mas!" Titah ku sambil menyodorkan handuk untuknya. Dan menyuruhnya masuk kedalam kamar mandi didalam kamar ini.
"Yuuk bareng." Ajaknya sambil mengedipkan matanya.
"Iihh apa sih mas..." Jawabku malu-malu. Aku biarkan ia membersihkan badannya terlebih dahulu, sedangkan aku masih sibuk melepas gaun pengantin yang panjang dan ribet ini.
Tak berselang lama dari Zafran masuk ke kamar mandi, ponselnya berbunyi.
Terlihat satu chat Wa masuk. Tak sengaja terbuka.
[Kutunggu malam ini juga di apartemen ya sayang. Harus datang]
"Siapa Rey?" Tanya Zafran yang seketika keluar dari kamar mandi dan mengambil ponselnya yang tadi aku pegang.
Setelah ia berpakaian, dengan buru-buru ia pamit padaku.
"Maaf ya, mas pergi dulu, ada yang harus mas selesai kan. Kamu tidur duluan aja, gak usah tunggu mas pulang." Ucapnya sambil mengambil kunci mobilnya dan berlalu.
Aku yang sedari tadi masih kebingungan dengan kelakuannya yang mencurigakan itu hanya bisa diam mematung melepas kepergiannya. Apakah ada yang lebih penting dari malam pertama pengantin baru?. Hingga ia meninggalkan wanita yang baru beberapa jam yang lalu resmi menjadi istrinya?.
?????
Siapa yang mengirim pesan itu sebenarnya? Hingga Zafran rela meninggalkan wanitanya dimalam pertamanya.