Devan mengakhiri pembicaraan. Dia sedang serius menatap raut sedih di wajah Papa Frans. Sesekali, Papa Frans memegang dahinya untuk sekadar mengekspresikan rasa cemas yang mengusik pikirannya. "Saya janji, Pak David, saya akan melunasi pinjaman itu. Perusahaan sedang kacau karena saya kurang fokus meng-handle-nya. Tolong mengerti, Pak, saya belum bisa melunasinya. Tiga puluh persen saham Wijaya Corp sudah saya jual ke pihak investor," ujar Papa Frans. Devan tertegun. Beberapa bulan terakhir, dia meninggalkan perusahaan dan sibuk dengan urusannya sendiri. Dia bahkan tak tahu soal ini. 'Saham perusahaan dijual?' Mungkin karena terlalu cemas, Papa Frans belum menyadari kehadiran Devan. "Tidak, Pak, saya tak bisa menjadikan saham lagi sebagai jaminan. Tapi, saya sedang membutuhkan banyak