bc

LIMIT

book_age12+
683
FOLLOW
2.9K
READ
dark
family
fated
second chance
CEO
student
drama
twisted
loser
lonely
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan Keandra Aldebaran seketika berubah, kala sang ayah berkata jika ia akan kembali menikah. Hal itu membuat Andra—sapaan akrabnya—seketika itu juga memprotes keinginan ayahnya, tetapi tetap saja protesannya itu tidak diterima oleh sang ayah. Terbiasa hidup tanpa seorang ibu, membuat Andra tidak mau memulai kisah, lalu akhirnya ditinggalkan. Ia benci yang namanya ditinggalkan.

Di kehidupan sekolahnya, ia menjalani peran sebagai orang biasa dengan cara menutupi identitas aslinya yang merupakan seorang Lakeswara—putra dari pemilik LHS atau Lakeswara Highschool. Perundungan, bahkan p********n yang nyaris merenggut nyawanya, hingga beberapa kejadian yang menjadi bumbu dalam kisahnya.

Ya, setiap kehidupan pasti memiliki yang namanya 'batas' tersendiri. Lalu, mampukah Andra melewati batasan itu dengan langkahnya sendiri?

chap-preview
Free preview
Keandra
"Maksud Papa apa? Papa mau nikah lagi?!" Keandra Aldebaran Lakeswara, nama lengkapnya. Pemuda dengan seragam lengkap putih biru itu, berdiri di hadapan sang ayah dengan tatapan penuh tanda tanya. Hidup selama belasan tahun, hanya dengan ayahnya, membuat Andra—panggilan akrabnya— terbiasa tanpa kehadiran seorang ibu. Baginya, ia cukup bersama ayahnya saja. Tidak dengan orang lain. Kalaupun harus, ia ingin ibu kandungnyalah yang kembali bersamanya. "Iya, Andra. Papa rasa, sudah saatnya. Lagi pula, Papa yakin, kamu pasti butuh seorang ibu, Nak," ujar sang ayah. Ardhian Lakeswara, nama lengkapnya. Seorang pengusaha kaya raya di bidang real estate. Andra membuang muka tak suka kala mendengar penuturan sang ayah. "Andra nggak butuh ibu, Pa! Andra cuma butuh Papa! Andra nggak butuh orang lain, Pa!" ujarnya tegas. Ardhian memilih tenang. "Papa sudah melamarnya. Bulan depan kami akan menikah. Lagi pula, kamu sudah mengenal beliau, Nak. Jadi, Papa rasaㅡ" "Sekali Andra bilang enggak, ya enggak, Pa! Andra nggak suka ada orang asing yang masuk di kehidupan kita! Andra cuma butuh Papa dan akan selamanya begitu." "Keputusan Papa sudah bulat, Andra! Kamu tidak bisaㅡ" "Terserah Papa!" Andra segera berlari, melempar tungkainya meninggalkan sang ayah yang bungkam menatap kepergian putranya. Bolehkah Andra bilang, jika dia kecewa? Papa cuma mau yang terbaik buat kamu, Andra, batin Ardhian saat menatap punggung putranya yang mulai tak terlihat. **** Kejadian empat tahun lalu, masih terngiang-ngiang dalam ingatan Ardhian. Empat tahun sudah, waktu berjalan. Ardhian kembali membuka lembaran baru hidupnya, dengan seorang wanita, yang ia cintai. Derap langkah terdengar, membuat Ardhian menoleh. Terlihat putranya, Andra, yang tengah berderap menuruni anak tangga. Tanpa berhenti sekadar untuk bersapa, Andra memilih segera meninggalkan rumah. Bergegas ke sekolah. "Andra, sarapan dulu," panggil Ardhian sebelum sang putra benar-benar pergi. "Andra nggak lapar Pa," jawab Andra malas. Ardhian menatap sendu, kepada sang istri yang menunduk. "Seenggaknya hargai Mama Alana yang memasak untukmu." Alana Azzahra. Wanita yang ia nikahi empat tahun lalu, kini telah memberinya seorang putri cantik berusia tiga tahun. Percayalah, jika hingga detik ini, Andra masih belum menerima ibu barunya itu. Andra berdecak pelan. "Andra enggak minta dia, buat masakin Andra," ujarnya dingin. "Jadi, Andra nggak perlu capek-capek buat menghargai dia, kan?" "ANDRA!" bentak Ardhian. Namun, Andra acuh. Ia bahkan sudah meninggalkan rumah, ditandai dengan deru mesin motor. "Udah, Mas. Andra benar. Dia gak minta aku buat masakin dia." Alana— sang istri—berusaha menenangkan. Hatinya terasa sesak, mengingat ketidaksukaan Andra kepada dirinya. "Tapi Al, Andra udah keterlaluan. Nggak seharusnya diaㅡ" Alana menepuk bahu suaminya, dengan lembut. "Nggak apa-apa, Mas. Wajar kalau Andra begitu. Aku ngerti kok, Mas." Ardhian menghela napasnya, lelah. "Wajar dari mana sih, Al? Udah empat tahun! Empat tahun kita menikah, tapi hingga detik ini Andra masih belum bisa nerima kamu. Apa itu wajar, Al?" "Mas. Aku ngerti kok, Mas. Aku juga pengin Andra bisa nerima aku jadi ibunya. Tapi semua butuh proses, Mas. Andra udah terbiasa, tanpa kehadiran seorang ibu. Atau, mungkin juga, dia takut sama pamor 'ibu tiri', kan? Bisa aja, Mas." Mendengar apa yang diucapkan Alana, membuat Ardhian jadi geli sendiri. "Memangnya, pamor 'ibu tiri' seperti apa yang kamu maksud, heum?" tanyanya diiringi senyum jahil. Alana salah tingkah. "Y-ya, ibu tiri yangㅡah udahlah. Males kalo ngelanjutin!" ujar Alana. Ia menekuk wajahnya karena sebal. "Aku mau bangunin Ayla dulu ya, Mas." Ardhian mengangkat kedua alis tebalnya. "Lho, belum bangun?" tanyanya. Alana menggeleng, lalu segera beranjak menuju kamar. Ardhian memperhatikan punggung Alana yang menjauh. Maafin Mas, Al. Maaf karena hingga detik ininAndra masih belum bisa nerima kamu, batinnya. "Pa-pah!" Lamunan Ardhian, buyar seketika, kala mendengar suara teriakan super nyaring, yang sudah bisa ditebak, berasal dari mana. Sudut-sudut bibirnya, bahkan sudah tertarik ke atas, saat melihat malaikat manis itu, berlari-lari kecil, menghampirinya. Ardhian menangkap putri kecilnya dan segera membawa gadis manis itu ke dalam gendongan. "Kok anak Papa bangun bobok masih tetap cantik aja, sih?" Ardhian menciumi pipi putrinya yang masih menguarkan aroma bedak dan minyak telon samar-samar. Gadis kecil itu tertawa pelan. Menampilkan gigi susunya yang kecil-kecil. Imut sekali. Kayla Azzahra Lakeswara, namanya. Usianya memang baru saja menginjak tiga tahun, tetapi gadis kecil itu sudah pintar berbicara. Membuat siapa pun yang mendengarnya, jadi gemas sendiri. "Ayla, yuk pangku Mama aja, ya?" Alana mengulurkan tangannya, ke arah sang putri yang masih asyik duduk, di atas pangkuan kokoh sang ayah. "Papanya mau mamam dulu, tuh." Ayla kontan menggeleng. "Au Papah!" katanya. Ia semakin membenamkan wajahnya pada d**a bisang sang ayah. "Papanya mau mamam dulu, Nak. Ayo ah, sama Mama. Ini, Mama punya sosis kesukaan Ayla, nih," bujuk Alana. Namun, gadis mungil itu tetap saja menolak. "Nda au! Mau cama Papah!" kukuhnya. Ardhian tertawa pelan. "Yaudah Mama, Ayla biar sama papa aja. Ya Nak, Ya?" Ayla mengangguk tanpa dosa, membuat Alana mendengkus. "Kamu 'kan harus ke kantor, Mas. Ya harus sarapan dulu." "Mas," beo Ayla, kontan membuat Alana menepuk bibirnya pelan. Ardhian tertawa lagi. "Mama aja yang suapin Papa," guraunya. Ayla, malah melotot tak suka, menatap sang ayah. "Nda oleh!" teriaknya. "Mama!" Ia mengulurkan tangannya, minta digendong oleh sang mama. Dasar. "Gitu dong Nak, dari tadi," ungkap Alana lelah. Sebenarnya, yang tadi itu hanya trik supaya Ayla mau membuat ayahnya sarapan dengan tenang. "Ayla mama suapin, Ya?" "Oke!" pekik Ayla kelewat senang. **** "Hai, miskin!" Kedua tangan Andra kontan mengepal kuat. Ia benci, saat-saat seperti ini. Walaupun dia sendiri yang memulai pengakuan konyol itu, tetapi sungguh! Bukan ini tujuan awalnya. Ia hanya ingin bersekolah dengan tenang. Mendapatkan teman yang mau menerimanya apa adanya dan tidak memandangnya dari sisi status, harta, dan jabatan. Namun, ternyata ini yang ia dapatkan. Andra awalnya berusaha mengindahkan olokan demi olokan yang setiap hari terdengar memekakkan telinganya, tetapi lama-kelamaan ia menjadi muak. Ia capek, diperlakukan seperti ini terus. Seember air, tiba-tiba saja membasahi tubuhnya, saat ia membuka pintu kelas. Gelak tawa seisi kelas, membahana. Mentertawakan dirinya yang basah kuyup, seperti tikus tercebur ke got. "Yak! Si miskin kena, deh! Kocak banget mukanya!" teriak salah satu dari mereka. Gelak tawa kembali terdengar. Andra bersumpah, akan membalaskan sakit hatinya ini. "MAKSUD LO APA, HAH?" Siapa bilang Andra lemah? Buktinya ia sudah berderap, melayangkan sebuah bogem mentah kepada orang yang ia yakini sebagai otak dari apa yang terjadi kepadanya hari ini. "b*****t LO!" pekik orang itu tak terima. Akmaleon Torshton, namanya. Orang yang selalu saja membuat masalah dengan Andra. Ia merasa, orang miskin dan cupu seperti Andra tidak pantas bersekolah di sekolah elit, sekelas Lakeswara Highschool ini. Maka dari itu, ia akan terus-menerus mencari masalah dengan Andra. Antek-anteknya, Deloyd Armano dan Larry Grild, segera menahan kedua tangan Andra di sini kiri dan kanan. Sorak-sorai seisi kelas terdengar bersahutan. Mendukung pihak Leon yang sejatinya salah. "Lo, harus terima berkali-kali lipat atas apa yang lo lakuin!" pekik Leon geram. Ia mulai melayangkan kepalan tangannya, ke arah Andra yang menatapnya dengan tatapan benci, yang membara. Namun, belum sempat Leon melayangkan tinjuannya, pekikan nyaring seorang guru, memaksa mereka berhenti. "KEANDRA, LEON DAN KALIAN!" guru wanita itu, menunjuk kedua teman Leon, Loyd dan Larry, dengan telunjuknya. Tatapannya tajam, siap menerkam. "IKUT SAYA KE RUANGAN!" ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
73.7K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
152.1K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
305.5K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
362.3K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
265.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook