Mahesa tak langsung menjawab. Laki-laki muda yang sedang gelap hati dan pikirannya itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke atas meja. Sorot matanya menerawang, berusaha menembus dimensi waktu yang telah lewat. “Untuk yang talaq-talaq sebelumnya … maksudku, talaq satu dan dua, entahlah, aku tak ingat!” “What?! Apa? Kamu tak ingat?” Kedua bola mata Jatayu membeliak, saking terkejutnya. “Untuk hal sepenting itu, kamu tak ingat apa sebabnya?” “Masalahnya, itu sudah lama berlalu, Jat.” “Dasar, payah!” celetuk Jatayu, spontan. “Semestinya hal semacam itu kamu ingat-ingat, agar jadi pelajaran untuk selanjutnya!” “Yang harus aku pikirkan itu banyak, Jat! Apalagi masalah di kantor, tak pernah ada habisnya! Aku tidak punya waktu untuk terus mengingat hal-hal kec