Bab 2 – Tanda Awal Suatu Perselingkuhan (1/2)
Permaisuri : “Hal-hal lain untuk dibicarakan? Yang Mulia, saya tidak menyarankan sesuatu yang tidak biasa. Sebagai pemilik Istana Kekaisaran, saya hanya bertanya apakah Anda membawa seorang b.u.d.a.k wanita yang terluka? Itu belum pernah terjadi sebelumnya.”
Apakah saya berlebihan dalam hal ini? Saya memiliki nada biasa dan senyuman lembut di bibir saya. Saya berbicara dengan santai agar tidak terlihat sombong seolah-olah seperti sedang membahas persiapan Hari Tahun Baru.
Namun Sovieshu tampak sangat gelisah. Dia sepertinya ingin menghindari topik ini sebanyak mungkin dan suasananya menjadi semakin tidak nyaman.
Kaisar : “Apakah kamu bertanya hanya karena kamu ingin tahu?” Sovieshu menatap saya dengan rasa penuh curiga. Dan saya mengerjap padanya,
“Saya tidak akan bertanya jika saya tidak penasaran.”
Kaisar : “Dia secara tidak sengaja terperangkap dalam salah satu perangkap perburuan ku dan aku membawanya kemari agar dia dapat perawatan. Dia tidak terlalu terluka, jadi aku sudah menempatkannya dikamar dengan pelayan untuk menjaganya.”
Permaisuri : “Baiklah, saya mengerti.”
Kaisar : “Jangan khawatir, aku tidak akan lagi memanggil nona-nona dayang mu.”
Sovieshu kembali memotong bistiknya, suara pisaunya pecah seperti paruh burung pelatuk dan bergema di ruang makan. Dan biasanya dia melanjutkan banyak hal untuk dibicarakan, tetapi kali ini dia tetap diam.
***
“Jadi apa Yang Mulia Kaisar katakan?”
Ketika saya kembali ke istana barat setelah agenda makan malam bersama, sekelompok wanita dayang berkumpul dikamar saya dan dengan rasa cemas mereka langsung mendekati saya.
“Dia... Dia tidak banyak bicara.” Saya menjawab singkat. Alis Countess Eliza terangkat mendengar bahwa jawaban suami saya yang hanya suam-suam kuku. Dia sepertinya tidak percaya dengan saya.
“Jika seperti itu, seharusnya Anda tidak terlalu cemberut.”
Saya hanya diam dengan ucapan Countess Eliza. Dia pun melanjutkan,
“Tidak apa, Yang Mulia. Bicaralah pada kami. Dengan begitu kami bisa siap.”
Permaisuri : “Dia mengatakan bahwa wanita itu secara tidak sengaja terperangkap dalam salah satu perangkap berburunya. Tidak disebutkan apakah dia b.u.d.a.k yang melarikan diri atau semacamnya.”
Tapi kalau dipikir-pikir bahkan saya tidak mendapatkan nama wanita itu. Lalu saya melanjutkan,
“Dia bilang bahwa dia merawatnya dan sepertinya dia tidak senang jika terus membicarakan tentang hal itu.”
Segera setelah saya selesai berbicara, Laura menghentakkan kakinya dengan bunyi yang keras. Wanita-wanita lain yang lebih sopan menatapnya, tetapi Laura sudah cemberut dan tidak memperhatikan tatapan mereka.
“Yang Mulia, tahukah Anda bahwa itulah yang dilakukan ayah ku diawal perselingkuhannya?” Laura mengangkat suaranya dan Countess Eliza menyebut namanya sebagai peringatan. Laura, bagaimana pun jika sudah sejauh ini dia tidak akan berhenti. Lalu dia kembali mengoceh,
“Seperti itulah faktanya. Itu persis seperti tanda-tanda awal perselingkuhan. Kenapa dia tidak mau membicarakannya?”
Para wanita dayang memarahi Laura karena berbicara terlalu blak-blakan tetapi mereka tidak menyangkal dari semua ucapan Laura.
Countess Eliza akhirnya mengambil tindakan untuk mengusir para wanita dayang-dayang itu pergi ketika saya terlihat tampak tertekan. Lalu dia mendudukkan saya di depan meja rias dan mulai menyisir lembut rambut-rambut saya.
“Kaisar adalah pria yang suka berburu. Dia melakukan ini karena pasti tampak seperti mukjizat baginya bisa menemukan wanita cantik yang terperangkap dalam perangkap perburuannya.” Katanya.
“Countess...” Suara saya terdengar lirih.
“Ya, Yang Mulia?”
“Sebelumnya... Ibu saya pernah mengatakan bahkan jika kaisar mengambil wanita lain sebagai kekasihnya, saya seharusnya tidak membiarkan diri saya terluka. Ada begitu banyak kasus seperti itu, dan saya seharusnya tidak berharap bahwa kasus yang ini akan jauh berbeda.”
Dari cermin terlihat bagian tengah dahi Countess Eliza berkerut mendengar ucapan saya. Countess Eliza memiliki hubungan pernikahan cinta yang jarang dengan suaminya. Dan bahkan hubungan seperti yang di miliki Countess Eliza mungkin nasehat ibu saya terdengar konyol. Lalu saya pun melanjutkan,
“Saya tidak mengatakan ini di depan wanita lain, tapi saya sedikit siap bahkan jika kaisar menyambut seorang wanita b.u.d.a.k sebagai selirnya.”
“Yang Mulia.....” Suara Countess Eliza bersimpati pada saya.
“Tetapi ketika dia tidak membicarakannya pada saya, saya merasa sedikit sedih.” Sambung ku lirih. Countess Eliza meletakkan sisir diatas meja rias. Saya menatapnya dan bertanya dengan jujur.
“Kalaupun dia memiliki 10 atau 100 selir, status mereka tetaplah selir dan saya adalah permaisuri. Dia dan saya tidak pernah saling mencintai satu sama lain sampai kami rela mati untuk melindungi satu sama lain. Jadi secara teori, kami masih baik-baik saja. Namun mengapa saya merasa sangat hampa?”
Countess Eliza mengulurkan tangannya untuk merangkul kepala dan pundak saya. Dia memeluk dan diam sejenak, lalu mundur sebelum berbicara.
“Meskipun pernikahan Anda adalah pernikahan politik, Anda sudah bersama dengannya sejak kecil hingga pernikahan terjadi. Tidak mengherankan jika Anda kesal. Saya juga akan merasakan hal yang sama jika anak saya membawa orang lain sebagai orang tua asuh mereka. Saya akan merasa sedih jika orang tua saya mengambil anak lain dan lebih menyukai mereka hanya karena mereka lebih cantik daripada saya. Dan tentu saja saya juga akan merasa kesal jika sahabat saya membawa orang lain dan lebih akrab dengan mereka. Itu adalah emosi alami.”
“Lalu apakah kaisar juga akan merasa seperti itu jika ada lelaki lain disebelah saya?”
Countess Eliza mengambil sisir di atas meja dan mulai menyisir rambut saya lagi. Dia nampak tak ingin mengatakan apapun, dan saya menganggap diam nya sebagai jawaban.
Tapi setelah beberapa saat dia terdiam dan berpikir, akhirnya dia dengan perlahan memberi jawaban,
“Sejujurnya, saya tidak tahu Yang Mulia. Tapi semakin kuat cinta Anda, semakin sulit untuk menilainya.”
Jadi saya tidak punya pilihan selain berurusan dengan kesedihan hati saya sendiri. Saya memaksakan diri untuk tersenyum.
“Saya mengerti. Saya yakin saya akan merasa lebih baik. Dia dan saya tidak perlu bertemu satu sama lain.”
Countess Eliza : “Iya. Bahkan jika b.u.d.a.k itu benar menjadi selir sekalipun, dia masih tidak bisa masuk ke masyarakat yang tinggi.”
Menjadi seorang b.u.d.a.k bukan berarti seseorang tidak bisa naik status derajat. Itu juga kasus bagi orang yang tidak bersalah yang menjadi b.u.d.a.k karena hukuman kolektif yang disebabkan oleh anggota keluarga mereka. Setiap tahun, negara mengembalikan sejumlah b.u.d.a.k ke status yang lebih umum. Tetapi tidak pernah terjadi pada b.u.d.a.k yang melarikan diri.
Menjadi seorang b.u.d.a.k artinya seseorang memiliki hukuman seumur hidup untuk beberapa kejahatan yang telah mereka lakukan. Karena seorang b.u.d.a.k yang melarikan diri tanpa membayar harganya, mereka dianggap sama dengan seorang tahanan yang melarikan diri. Tuduhan bersalah tambahan akan semakin memberatkan dan seorang b.u.d.a.k yang melarikan diri di anggap ampas masyarakat untuk para bangsawan. Tidak peduli seberapa banyak Sovieshu mencurahkan kasih sayang pada wanita itu, tidak akan ada kesempatan baginya debut di masyarakat tinggi atau bagi saya untuk bertemu dengannya. Saya menganggukkan kepala dan mengumpulkan kekuatan diri saya.
Ya, seperti kata Countess Eliza, wajar jika saya merasa hampa ketika seseorang yang sudah sekian lama menjadi suami saya tiba-tiba tertarik pada wanita lain. Tetapi saya tidak bisa menjadi lebih emosional sekarang. Tidak masalah jika dia memiliki wanita lain, dia tidak akan bisa menjatuhkan saya. Bagaimana pun, hanya ada 1 ratu di kekaisaran ini.
***
“Kaisar pergi menemui b.u.d.a.k itu hari demi hari?”
“Aku dengar bahkan dia membawakan makanan untuknya sendiri.”
“Dia juga bertindak sangat tenang. Benar-benar penuh keberanian.”
“Ya, benar. Dia bahkan juga memanggil dokter pengadilan untuk merawat kaki wanita itu.”
Ada banyak suara berbisik diantara semak-semak. Para pekerja istana semakin hangat membicarakan tentang b.u.d.a.k wanita yang dirawat oleh Sovieshu. Meskipun taman istana kekaisaran memiliki dinding berbunga lebih tinggi dari kepala manusia, saya masih bisa mendengar gosip yang masuk. Saya merancang taman ini sendiri dan sengaja menempatkan kursi ayunan berbentuk sarang di area yang tidak sering di kunjungi oleh banyak orang. Itu seperti tempat rahasia saya. Saya tidak membawa para wanita dayang-dayang kesini, jadi orang-orang bisa mengatakan banyak hal tanpa mereka sadari.
‘Sekitar 1 minggu telah berlalu....’ Pikir saya. Saya pun menutup buku bacaan dan meletakkannya dipangkuan. Ketika minat Sovieshu pada wanita b.u.d.a.k itu semakin tumbuh, begitu pula dengan cerita yang banyak beredar kini. Perhatian semua orang tertuju pada wanita yang berhasil menarik minat kaisar. Bukankah beruntung bahwa dia dan saya tidak pernah bertemu satu sama lain?
Lain kali, ketika saya memiliki agenda makan malam bersama Sovieshu, saya tidak akan lagi bertanya tentang wanita itu. Sebaiknya saya bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dan alangkah baiknya membuka topik persiapan Tahun Baru.
Saya memutuskan untuk berkompromi pada saat ini. Ketidak pedulian dan berpura-pura tidak tahu. Tapi kebetulan datang entah dari mana yang menghadapkan saya pada sebuah situasi.