Elina terdiam sejenak saat melihat Arjuna membukakan pintu mobil untuknya. Elina bisa merasakan beberapa pasang mata sedang menatap ke arahnya dan juga Arjuna, lebih tepatnya menatap perlakuan Arjuna yang kini membukakan pintu mobil untuknya.
"Apa yang Arjuna lakukan? Kenapa Arjuna bertingkah layaknya pria romantis? Apa Arjuna ingin agar semua orang tahu kalau mereka memiliki hubungan sebagai pasangan kekasih?" tanya Elina dalam hati.
Elina menatap tajam Arjuna, tapi Arjuna sama sekali tidak peduli. "Masuklah Elina, nanti kita bisa terlambat," ujar Arjuna dengan santainya, sama sekali tidak takut dengan tatapan tajam yang Elina berikan, Arjuna malah membalas tatapan tajam Elina dengan senyuman.
Elina menghela nafas panjang, tak punya pilihan selain menuruti kemauan Arjuna, lagipula jika ia tidak segera memasuki mobil maka akan semakin banyak orang yang memperhatikannya dan juga Arjuna.
Arjuna kembali menutup pintu mobil begitu Elina sudah memasuki mobilnya, ia lantas berlari menuju kursi kemudi.
"Pasang seltbeltnya Elina."
"Sudah Pak."
Arjuna menoleh, menatap tajam Elina yang kebetulan sedang menatapnya juga. Tatapan tajam yang Arjuna berikan tentu saja membuat Elina bingung.
"Sekarang apa salahnya? Kenapa Arjuna menatapnya dengan tajam?" Tanyanya dalam hati.
"Apa?" Elina akhirnya bersuara karena Arjuna tak kunjung berbicara dan hanya terus menatapnya dengan tajam juga intens.
"Jangan panggil Mas dengan sebutan Pak, sekarang kita sedang di luar kantor dan hanya ada kita berdua di sini," jawab Arjuna dengan raut wajah kecut.
Elina sontak terkekeh begitu mendengar jawaban Arjuna. Ah Elina lupa, beberapa hari yang lalu, Arjuna mengajukan protes padanya, tidak terima saat dirinya memanggil pria itu dengan sebutan Pak saat mereka hanya sedang berdua, padahal selama ini ia sudah memanggil pria itu dengan sebutan Pak, baik itu hanya saat ada mereka berdua
"Jangan tertawa Elina, itu sama sekali tidak lucu."
Elina berdeham, mencoba menghentikan tawanya. "Iya Mas, maaf ya."
"Di maafkan," sahut Arjuna dengan senyum mengembang.
Tak sampai 10 menit, mobil yang Arjuna kendarai akhirnya sampai di sekolah Abhimanyu, salah satu sekolah swasta yang sangat ternama di kotanya.
"Mau mau kemana?" Elina tentu saja bingung saat melihat Arjuna ikut bersama dengannya, tadinya Elina pikir kalau Arjuna akan menunggunya di mobil bukan ikut bersama dengannya ke dalam sekolah.
"Mau ikut masuk dong, kenapa memangnya? Enggak boleh?"
Elina ingin sekali mengangguk, tapi ia takut kalau Arjuna merasa tersinggung dengan jawaban yang ia berikan. Jadi lebih baik Elina menggeleng. "Boleh kok, yuk masuk."
Arjuna dan Elina pun memasuki sekolah, melangkah menuju ruangan Miss Bella yang letaknya sudah sangat Elina hafal mengingat ini bukan kali pertama ia mengunjungi Miss Bella yang sudah menunggu kedatangannya. Elina bahkan yakin kalau Abhimanyu bersama dengan Miss Bella.
Tok...
Tok...
Elina mengetuk pintu bercat cokelat di hadapannya dan begitu mendapat respons dari dalam, Elina segera membuka pintu ruangan Miss Bella.
Kedatangan Elina dan Arjuna di sambut hangat oleh Miss Bella, Miss Bella cukup terkejut saat melihat Elina tidak datang seorang diri, ini kali pertama Elina datang bersama seorang pria.
Abhimanyu yang sejak tadi fokus menggambar sontak berlari menghampiri Elina, memeluk dengan erat kedua kaki Elina. Elina bahkan hampir saja terjungkal karena kuatnya dorongan yang Abhimanyu berikan. Elina tertawa seraya melepas kedua tangan Abhimanyu yang melingkari kakinya, lalu mensejajarkan tingginya dengan Abhimanyu.
"Salamnya mana Kak?" tanya Elina seraya mengulurkan tangan kanannya pada Abhimanyu yang langsung Abhimanyu jabat seraya mengucapkan salam tapi dengan enggan untuk menatap Elina. "Assalamualaikum Bunda."
"Kak, kalau berbicara lihat mata Bunda," ujar Elina dengan penuh kelembutan.
"Assalamualaikum Bunda." Abhimanyu kembali mengulang ucapan salamnya, kali ini menatap tepat di kedua manik hitam legam Elina.
"Waalaikumsalam Kak Abhi," sahut Elina dengan senyum mengembang.
Setelah mengucap salam pada Elina, kini Abhimanyu melangkah mendekati Arjuna, seraya merentangkan kedua tangannya, tapi Arjuna tidak langsung membawa Abhimanyu ke dalam gendongannya, ia terlebih dahulu meminta agar Abhimanyu mengucapkan salam padanya, sama seperti pada Elina.
"Kak, Kakak sudah besar loh masa maunya ko gendong terus sih." Arjuna dan Abhimanyu memang baru dekat selama hampir 2 bulan ini, tapi Arjuna sudah mampu membuat Abhimanyu merasa nyaman dan aman.
Arjuna memberi kasih sayang pada Abhimanyu, kasih sayang yang selama ini tidak pernah Abhimanyu dapatkan dari pria lain selain Ayahnya.
"Bicaralah, biar Mas bawa Abhimanyu keluar."
"Terima kasih Mas."
"Kakak pamit dulu sama Miss Bella ya." Arjuna kembali menurunkan Abhimanyu dan Abhimanyu baru saja akan menghampiri Miss Bella, tapi Elina kembali memberi saran pada Abhimanyu. "Abhi kalau berbicara harus lihat mata Miss Bellanya ya." Abhimanyu mengangguk, lalu kembali melangkah menghampiri Miss Bella.
"Mas, nanti jangan kasih makanan manis ya, terutama cokelat sama susu."
"Iya." Dulu, sebelum Arjuna mengenal dekat Elina, Arjuna pernah memberikan s**u cokelat pada Abhimanyu dan itu membuat Abhimanyu menjadi sangat aktif di sertai dengan emosinya yang meledak-ledak dan itu cukup membuat Elina pusing tujuh keliling.
Senyum di wajah Elina mengembang dengan sempurna begitu melihat Abhimanyu membereskan pensil warnanya dan juga buku gambarnya, memasukan semua benda tersebut ke dalam tasnya. Jika masalah kerapihan Abhimanyu memang juaranya, bahkan terkadang Elina pun mendapat nasehat dari Abhimanyu saat Elina tidak menyimpan sepatu di tempat yang seharusnya.
Setelahnya, Arjuna dan Abhimanyu pun keluar dari ruangan Miss Bella, meninggalkan Elina dan Miss Bella yang pasti akan mengobrol panjang lebar tentang Abhimanyu.
"Abhi mau makan apa?" Arjuna mengecup pelipis Abhimanyu, melangkah menuju kantin sekolah.
"Abhi haus, mau minum." Arjuna mengangguk, semakin mempercepat langkahnya, botol minum yang biasanya Abhimanyu tidak ada, mungkin tertinggal di kelas.
"Mau minum air dingin atau yang enggak dingin?"
"Yang enggak dingin, kalau Abhi minum dingin nanti Abhi batuk," jelas Abhimanyu seraya mengambil sebotol air mineral yang tidak dingin.
"Om Juna, Abhi mau itu." Abhimanyu menunjuk roti bakar.
Dulu saat Abhimanyu mau sesuatu, Abhimanyu akan mengambilnya tanpa meminta terlebih dahulu, tapi setelah menjalani sesi terapi yang ketat, semakin hari perkembangan Abhimanyu semakin baik dan itu semua juga tak lepas dari peran-peran orang di sekitar Abhimanyu yang turut andil dalam perkembangan Abhimanyu, terutama Elina, kedua orang tua Elina dan juga guru-guru tk Abhimanyu yang selalu sabar dalam membimbing Abhimanyu agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
"Boleh, tapi ambil yang selai stroberi ya Kak."
"Nanti kalau Abhi makan cokelat Abhi aktif?" Tanya Abhimanyu dengan polosnya.
Tanpa ragu, Arjuna mengangguk. "Iya, karena itu Abhi enggak boleh makan manis yang banyak, nanti emosi Abhi enggak terkontrol," jelas Arjuna lembut.
Abhimanyu mengangguk, lalu mengambil 3 roti selai strowberry, menyerahkan semua belanjaannya pada penjaga kantin.
"Kita tunggu Bunda di mobil ya." Abhimanyu hanya mengangguk seraya kembali merentangkan kedua tangannya. "Gendong," pintanya dengan nada manja. Arjuna tersenyum, kembali mengendong Abhimanyu setelah selesai membayar semua makanan yang ia beli.
Tak berselang lama kemudian Elina datang, Elina duduk di depan bersama dengan Abhimanyu yang kini duduk dalam pangkuannya.
"Jadi ada masalah apa?"
"Kata Miss Bella, Abhimanyu harus tetap pakai pendamping karena dia masih belum sepenuhnya bisa mandiri." Tadinya Elina pikir Abhimanyu sudah bisa mandiri selama berada di sekolah, tapi ternyata Abhimanyu belum bisa dan harus tetap memakai pendamping.
"Cari sendiri atau di sediakan pihak sekolah?"
"Dari pihak sekolah Mas, mereka jauh lebih terlatih untuk bisa menangani anak seperti Abhimanyu."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Belum tahu Mas, ada laki-laki ada juga perempuan. Menurut Mas lebih baik laki-laki atau perempuan?"
"Dua-duanya punya plus minus, menurut Mas kita lihat besok saja setelah bertemu dengan keduanya." Elina mengangguk, setuju dengan apa yang Arjuna katakan.
"Kita antar Abhimanyu pulang?" Tanya Arjuna memecah keheningan yang terjadi.
"Kita pulang ya Kak."
Abhimanyu menggeleng, menolak ajakan Elina. "Enggak mau," tolaknya tegas.
Elina merangkum wajah Abhimanyu, menatap intens Abhimanyu. "Bunda sedih kalau Kakak seperti itu."
"M-maaf Bunda," ujar Abhimanyu dengan mata yang sudah memerah.
"Bunda maafkan, tapi jangan di ulang lagi ya, nanti Kakak tidak punya teman kalau Kakak pukul temannya lagi." Abhimanyu hanya mengangguk dan selang beberapa detik kemudian Abhimanyu menangis dalam pelukan Elina.
Arjuna ingin sekali bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi Atjuna tahu kalau Elina pasti tidak akan menjawab pertanyaannya. Bukan karena Elina tidak mau menjawab pertanyaannya, tapi karena ada Abhimanyu di antara mereka.
Karena Abhimanyu menolak untuk pulang, akhirnya Arjuna memutuskan untuk membawa Abhimanyu ikut kembali ke kantornya dan Elina setuju.
Dulu, jauh sebelum Elina dan Arjuna dekat seperti sekarang ini, Elina sudah meminta ijin pada Arjuna dan Arjuna mengijinkannya selama pekerjaan Elina tidak terganggu.
Tentu saja ini bukan kali pertama Abhimanyu ikut ke kantornya dan selama ini keberadaan Abhimanyu tidak banyak menganggu pekerjaan Elina karena Abhimanyu akan sibuk dengan dunianya, contohnya Abhimanyu akan sibuk menggambar atau mungkin memainkan laptop yang memang khusus Elina belikan untuk Abhimanyu.
Elina memang sengaja membelikan Abhimanyu laptop tapi Elina tetap memantau Abhimanyu dalam artian Elina tetap membatasi penggunaan laptop untuk Abhimanyu, bahkan Elina tidak pernah membiarkan Abhimanyu memainkan ponselnya lebih dari 15 menit.
Elina juga membatasi tontonan Abhimanyu karena Abhimanyu adalah tipe orang yang sangat penasaran, membuatnya bisa saja memperaktikan apa yang ia lihat baik itu dari layar televisi ataupun youtube.
Karena itulah Elina dan kedua orang tuanya selalu hati-hati dalam menonton sebuah tayangan atau pun berbicara, bukan hanya itu, mereka pun selalu hati-hati dalam memilih menu makanan dan juga minuman.
Semenjak mereka tahu kalau Abhimanyu menderita Autisme, kehidupan Elina dan kedua orang tuanya menjadi berubah drastis, tentunya menjadi lebih baik.
***