Putra menatap Zara dengan tatapan merasa bersalah. Saat Zara dan Putra berpacaran, Zara selalu membantu Putra dalam segala hal, Zara tidak pernah menuntut apapun dari Putra. Dan zara saat itu juga sangat sangat menyukai Putra, bahkan Putra dan Zara mendapat julukan sebagai romeo and juliet di sekolahnya. Sampai hari dimana ujian kelulusan tiba, Putra dan Zara sama - sama sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian kelulusan dan pendaftaran di universitas selanjutnya. Mulai dari situ zara dan Putra sama - sama jarang saling menghubungi, saling mengabari, tetapi Saat itu hal seperti mengabari satu sama lain tidak jadi masalah untuk Zara, Zara tetap menganggap Putra sebagai pacarnya. Zara tidak menghubungi Putra karena Zara mengira kalau Putra lagi serius - serius lnya belajar dan tidak ingin mengganggunya. Sampai suatu hari Zara mendapati Putra dan Bianca sedang jalan berdua dan saling bergandengan tangan. Zara sangat kecewa terhadap Bianca, krena Bianca tau saat itu Putra masih menjadi kekasihnya, tetapi Bianca masih tetap mendekati Putra.
“Oke dengerin gue baik - baik. Gue bukan merebut Putra dari Lo Zara, tapi semuanya berjaln seperti air yang mengalir saat pertama kali gue mulai ngechat Putra. Dan Putra juga saat itu welcome banget sama gue, dan Putra juga sempat ngomong kalau kalian berdua udah jarang sama - sama, nah makanya gue nggak mundur dong.. Lo juga tau sendiri kan kalau gue udah suka sama Putra sebelum kalian berdua pacaran?” Jelas Bianca dengan santainya.
“Zar.. bener kan saat itu kita udah jarang sama - sama? Kamu nggak marah kan Zar?” Tanya Putra.
“Apasih Beeiib” seru Bianca. Karena takut Putra terbawa suasana dan menjadi merasa bersalah dengan Zara.
“Lucu yahh kalian berdua, kalian bisa pacaran di saat gue dan Lo Putra belum ada kata putus, dan saat itu gue merasa kita masih baik - baik aja. Gue terus - terusan nungguin kabar Lo, karena yang gue tau kita saat itu sama - sama sibuk belajar untuk masuk ke universitas yang kita inginkan. Dan kalian tau nggak gimana perasaan gue pas gue liat kalian jalan berduaa, rangkul - rangkulan di depan gue? Gue yang saat itu mengira hubungan gue sama Lo baik - baik aja, ternyata gue salah besar. Tapi mungkin ini semua terjadi juga karena kesalahan gue sendiri yang nggak ngechat Lo duluan, yang mengira kalau Lo fokus belajar.” Jelas Zara.
“Zaraa.. kok Kamu nggak bilang sih kalau Kamu nungguin aku, kenapa nggak di jelasin?” Kata Putra yang sangat serius menanggapi ucapan Zara.
“Untuk apa? Toh jawabannya sudah ada, Lo udah nggak mau sama gue, gue udah liat Lo bahagia dengan orang lain, jadi untuk apalagi.” Jawab Zara sambil menikmati ice coffe latte yang di berikan oleh Raka.
“Kenapa kamu ngomong gitu? Kamu nyessel pacarin aku dulu? Kamu nyessel tinggalin Zara? Hah?” Seru Bianca lalu berdiri dari kursinya menatap tajam Putra.
“Heii nggak gitu beeiibb.. kok kamu jadi marah sih? Sini duduk lagi.” Kata Putra sambil menarik tangan Bianca untuk duduk kembali di sampingnya.
“Terus apa kalau nggak gitu? Apa maksud kamu ngomong kayak gitu tadi? Kamu nyesselkan udah ngelepasin Zara? Kamu nyesselkan udah pacaran sama aku?” Teriak Bianca tanpa memperdulikan orang - orang yang ada di sekitarnya.
“Heii beiibbb ?!!!! Sssttt nggak malu di liatin sama orang - orang? Jangan kayak gitu dong. Duduk sini.” Kata Putra dengan sangat lembut ke Bianca.
“Bianca.. lebih baik Lo duduk deh, Lo nggak malu di liatin banyak orang? Ngapain juga Lo pakai marah - marah segala? Putra tuh cuma nanya ke Zara, dan sekarang juga nggak ada gunanya Lo marah - marah, kalian udah bersama - sama bertahun - tahun. Dan lagian Zara sekarang udah pacaran sama Raka. Apalagi yang Lo permasalahin? Nggak usah aneh - aneh deh.” Kata Cindy.
“Iya lebih baik Lo duduk Bianca.. yang harusnya marah di sini gue, bukan Lo. Tapi gue nggak akan marah, karena nggak ada gunanya lagi. Gue sekarang udah punya orang yang benar - benar sayang sama gue, dan insyaAllah nggak akan ninggalin gue.” Kata Zara menatap Raka yang berada di sampingnya.
“Iya dong.. saya nggak akan ninggalin perempuan yang baik seperti kamu.” Ucap Raka.
“Duduk aja Bianca.. nggak usah ngamuk - ngamuk kayak gitu, sekarang Putra udah jadi milik kamu seorang, saya tadi cuma pengen tau aja alasannya sampai kamu bisa bersama dengan Putra yang jadi pacar teman kamu sendiri, dan sekarang saya dan zara udah tau alasannya. Jadi nggak ada yang terganjal lagi, Zara juga nggak perlu merasa nggak enak lagi di hatinya. Karena awalnya Zara mengira kalau sifat Zaralah yang membuat Putra pergi meninggalkannya dan lebih memilih temannya sendiri.” sambung Raka lagi.
“Kok Lo bisa sesantai itu sih? Kan Zara juga pacar kamu? Apa kamu nggak merasa takut kalau - kalau aja Zara balikan sama Putra?” Tanya Bianca yang sudah duduk kembali di samping Putra.
“Hahah.. lucu banget sih Lo Bianca.. Zara mggak mungkin lah balikan sama Putra lagi, Zara udah punya Raka, lelaki yang benar - benar iya sayangi.” Celetuk Andika dengan santainya sambil bermain handphone.
“Tuuhh dengerin apa yang barusan di katakan sama Andika. Ngapain juga gue mau balikan sama Putra, gue nggak akan membuka lembaran yang sama, gue udah bahagia dengan lelaki pilihanku sekarang, yang sudah sangat cukup untuk gue. Yang penting kita menjalin hubungan itu saling percaya satu sama lain dan nggak akan menghianati satu sama lain. Banyak - banyak belajar aja dari pengalam sebelumnya.” Kata Zara.
Zara sangat terbawa perannya yang berpura - pura pacaran dengan Raka, bahkan Zara sangat menghayati apa yang baru saja di keluarkan dari mulutnya untuk menasehati Bianca.
Andika juga sampai heran melihat acting yang di keluarkan Zara, benar - benar seperti orang yang benar - benar pacaran.
“Aduuhhh udahkan masalah kalian ? Gue jadi bete dengerin omongan kalian, gue jadi laper lagi tau nggak.” seru Cindy.
“Waahh sama banget kita Cin, ngapain juga yah kita berdua ada di sini mendengarkan kisah mereka? Kayak orang bego tau nggak sih. Kita cari makan aja yuk Cindy.” Kata Andika lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Ihh.. apaan Lo??? Main sama - samain aja. Nggak.. gue nggak mau makan berdua doang sama Lo. Yuk ah guyss kita pindah tempat, cari tempat bersantai lagi. Kalian belum capek kan? Zara ? Raka?” Tanya Cindy.
“Ihh dasar perempuan tukang marah - marah !!! Cepet tua Lo nanti !!!” Seru Andika.
Cindy memalingkan wajahnya dari Andika, setelah memberi tatapan sinis ke Andika.
“Gue sama Putra nggak di tanyain?” Tanya Bianca.
“Ngapain? Hahaha gue tau kalian berdua nggak capekkan? Mau ikut juga kan?” Tanya Cindy.
“Iyaa hehe.. mumpung hari ini benar - benar free.” Kata Bianca.
====