"Bos ... masih marah? Masih ngambek?" tanyaku selembut mungkin.
Bos mendengus dingin.
Udah setengah harian ini dia mendiamkanku, kalau bukan ngambek apa coba namanya?! Tengsin amat mengakuinya!
Boys always a boy.
Tapi meski mulutnya diam terkatup, tangan Boss justru mendadak aktif banget. Aktif ngerjain aku maksudnya. Bukan grepe-grepe lho, udah kubilang selera Boss Mantan udah belok gegara jatuh dalam godaan Paman mudaku tujuh tahun lalu! Ini dia ngerjain aku dalam arti sebenarnya!
Tangan Boss hari ini mendadak sangat rajin menciptakan kotoran di seluruh ruang kerjanya. Dan aku sebagai sekretarisnya yang serba guna, mesti bolak-balik membereskan dan membersihkan apa yang diberantakinnya.
Hayati lelah...
Untung Boss mendadak diajak dinner sama Boss besar alias bokapnya itu. Kalau enggak, aku yakindia bakal ngerjain aku sampai tengah malam. Sadis!
Aku pulang ke rumah dengan keadaan lunglai tak bertenaga, hingga berjalan sambil terbungkuk-bungkuk kayak nenek peyot. Paman muda sampai melongo melihat tampilan kucelku.
"Woi Chacha Maricha... aku sungguh tak menyangka," cetusnya prihatin.
"Paan sih?" gerutuku sambil duduk dan memijat bahuku sendiri.
Dia duduk di sebelahku, lalu berinisiatif memijat bahu dan tengkukku. Yeah, kuakuin pijatannya enak. Lembut tapi bertenaga. Tapi... Psssttt! Jangan puji dia, khawatir bisa membuatnya bercita-cita jadi tukang pijat profesional. Ya kalau pelanggannya aku doang, kalo dipakai TG dan OS gimana coba?
Mau tanya kan TG dan OS itu apa? TG.. Tante Girang, OS... o*******g. Barisan penggemar Paman muda kutambahin para OS gegara mengingat seleranya yang belok, gitu lho.
"Enak Cha?" tanya Oh Kam Pret saat memijat kepalaku.
"Mayan."
"Yee, kok mayan doang? Nanay bilang pijitanku top markotop lho," protes Paman muda.
Tuh kan, udah mulai mengeluarkan jurus mau ngomersilin pijitannya kan?! Aku berusaha mengalihkan perhatiannya sebelum dia kepikiran mau jadi tukang pijit profesional.
"Paman muda tadi ngomong apa? Sungguh tak menyangka apa?" Aku bertanya sambil menyandarkan punggungku ke dadanya. Nyaman euy bersandar di dadanya yang bidang itu... aku memejamkan mata, menikmati kenyamanan yang ada. Rasanya damai di hati ini.
Oh Kam Pret nyengir, lalu dia mengelus perutku lembut.
"Gak menyangka hasil perbuatan kita udah tertanam disini."
Apa?! Kedamaianku lenyap seketika. Kubuka mataku dan kujitak kepalanya gemas.
"Kamu pikir aku bisa hamil karena roh kuda?! Kapan kita gituannya kok udah membuahkan hasil?" semprotku gusar.
"Yah, mana kutahu? Kali aja pas aku bobok ganteng, lu grepe-grepe terus nyuri benihku yang legit dan kualitas unggulan," tukas Oh Kam Pret narsis.
"Cih! Ngapain aku pedofilin lu?! Gak minat!"
Ups, kayaknya komentarku terakhir agak keterlaluan kali. Bibir Oh Kam Pret jadi manyun, matanya melirikku sebal. Dih, lagi ngambek gini aja masih ganteng maksimal. Paman mudaku ini memang sesuatu banget.. something special!
Cup. Kukecup pipinya saking gemasnya diriku padanya.
"Katanya gak minat pedofilin aku," rajuknya manja.
"Gak minatnya kan pas kamu tidur," kilahku sebisanya.
Wajah Paman muda berubah sumringah.
"Woi Chacha Maricha, awas sekali lagi lu bikin aku patah hati!" ancamnya gregetan.
Aku spontan mencibirnya.
"Ih, begitu aja patah hati. Jadi cowok itu mesti tangguh, gak gampang tersakiti."
"Tapi Chacha, hatiku hanya rentan padamu saja. Plis, jangan kecewain aku," ia menatapku dengan mata bergetar.
Aku jadi terpaku menatapnya. Jangan-jangan dia....... padaku....? Hahahaha, aku sontak tertawa ngakak saking gelinya.
"Oh Kam Pret, akting lu sempurna banget!! Lu nyaris membuatku tersentuh. Oke, kuakui.. lu berhasil ngerjain aku kali ini."
Dia mengelus tengkuknya sambil bergumam, "tapi aku enggak..."
Dia menatapku sebal karena terus mentertawakannya.
"Woi Chacha Maricha! Berhenti ketawa gak?! Kalau gak mau berhenti ntar kubungkam pakai bibir tauk rasa!"
Aku langsung kincep mendengar ancamannya.
"Cih, dasar berondong m***m!" gerutuku kesal.
Dia cuma nyengir kuolok seperti itu. Lalu dengan cuek dia melempar tubuhnya rebahan di sofa, kepalanya ditaruh di pangkuanku.
"Usepin," pintanya manja sambil menaruh tanganku di rambut tebalnya.
"Hellow... yang capek pulang kerja itu aku yo! Kenapa aku mesti manjain lu?" protesku.
Tapi meski protes begitu, tanganku dengan sukarela mengusap rambutnya. Rambutnya bagus, tebal, dan halus tapi terasa kuat.
"Ck, gitu aja itungan! Ntar ganti kumanjain deh," janjinya dengan mata terpejam, menikmati usapan sayangku.
Ternyata dia memenuhi janjinya kok. Dia melayaniku dengan baik di meja makan. Terlalu baik malah! Dia memaksa memangku aku sambil menyuapiku.
"Terakhir aku disuap Mamah saat usiaku lima tahun," komentarku, dengan mulut sibuk mengunyah spaghetti bikinan Oh Kam Pret.
Siapa yang menyangka 20 tahun kemudian aku disuap lagi oleh cowok yang bahkan belum ada keberadaannya di dunia fana ini saat aku disuap terakhir kali oleh Mamahku itu.
"Ini awal yang baru, Cha. Setelah ini aku akan sering nyuapin kamu kok," ucapnya, di sela-sela mengecup leherku.
"Ih, siapa yang minta disuap?"
Aku menggelinjang geli saat dia menjilat telingaku. Sambil beraksi m***m seperti itu, tangan kanannya terus nyuapin aku.
"Woi Chacha Maricha... gak usah malu, aku paham kok keinginan terpendammu," bisiknya, matanya mengedip centil.
Mataku membola saat sadar tangan kirinya sedang meremas lembut dadaku.
Anjrit. Apa maksudnya ini, coba?! Maksudnya, keinginan terpendamku adalah minta dimesumin? Jiahhhhhh! Kuceples tangan nakalnya dengan keras.
"Nyuapin ya nyuapin, gak usah modus deh!"
"Kan sekalian Cha, sekali gayung bisa bikin dua pulau di tubuhmu."
Ck, lihat aja. Peribahasa pakem aja bisa diperkosanya untuk keperluan modusnya. Aku menoyor kepalanya dan hendak turun dari pangkuannya, tapi dia menahanku dengan memeluk pinggangku erat-erat.
"Lepasin, Paman muda!"
"Tahan sebentarrrrr aja Cha. Lagi nyaman gini," pintanya lembut.
Memang nyaman sih. Bahkan tak sadar aku menyandarkan punggungku ke dadanya supaya dapat zona lebih nyaman. Kami berdiam diri sejenak dengan posisi seperti ini.
"Chacha ....?"
"Hmmm ..?"
"Boleh minta tolong gak ..?"
"Apa ..?"
"Temenin aku ke pesta ultah kawan."
Apa?! Ke pesta ultah remaja labil?! Ogah! Dari dulu aku paling malas datang ke ultah temanku setelah aku diputusin pacarku satu-satunya. Ya, dia Boss Mantan yang tiba-tiba berbelok seleranya gegara bujukan setan cilik yang sekarang sedang memelukku ini!
Pesta itu ajang memamerkan pacar dan kemesraan. Dan aku yang jones berasa ternistakan dan nelangsa selama pesta! Apalagi ini pesta ultah teman Oh Kam Pret! Nelangsaku pasti makin menjadi menyadari kemudaan mereka dan ketuwiran diriku.
"Paman muda .." panggilku selembut mungkin.
"Yahhhhh?" dia menatapku berbinar-binar penuh harap.
"Tidak mau!" jawabku tegas .
Matanya lantas melotot kaget.
"Oh tidak!!" teriaknya gusar.
===== >*~*
Aku menutup panggilan telpon dari Mamah dan mengembalikan ponsel pintar yang kupegang pada pemiliknya.
Ck! Seharusnya aku tahu ... setan cilik ini memang licik banget! Dia sengaja lapor Mamah kalau aku menolak mengantarnya ke ultah temannya. Panas telingaku diceramahin Mama selama sejam! Dibilang aku harus berbelas kasih, bertenggang rasa, bertanggung jawab atas kemurnian seorang Oh Kam Pret.. kan ortunya menitipkan pada keluarga kita dalam keadaan suci tak bernoda, jangan sampai masuk keluarga kita jadi rusak!
Haishhh, Mamah gak tahu aja, bocah ini yang justru selalu menggoda imanku dan menodai kepolosanku! Lagian, dia kan bukan anak TK atau SD yang mesti di anterin ke pesta ultah temannya gegara takut diculik!
"Gimana?" cengir lebar Paman muda.
Aku mencubit hidung mancungnya dengan gemas.
"Kuakui lu cukup licik Paman muda, tapi jawabnya tetap tidak!"
Wajah Oh Kam Pret berubah muram.
"Kok susah banget sih mengajak lu ke pesta Cha. Aku gak bisa pigi nih kalau gak sama kamu," keluhnya putus asa.
"Ya udah, gak usah pigi. Gitu aja repot!” timpalku enteng.
Aku meraup kacang goreng di toples dan mulai memamahnya. Nyam... nyam...
"Gak bisa. Aku harus pigi, Cha. Dan lu harus nemeni aku!"
"Kok maksa sih?!" ketusku.
"Iya, maksa! Soalnya aku terdesak!"
Terdesak?! Alarm di kepalaku langsung berbunyi. Iya juga sih, gak mungkin seorang Oh Kam Pret yang agak asosial ngotot mau hangout di ultah temannya kalau gak ada apa-apa! Dia kan bukan anak kecil yang ngebet banget pengin datang kalau diundang ultah temannya. Aku jadi iba melihat wajah muramnya.
"Paman muda ... peyuk ciniiiii," kataku meniru suara anak kecil sambil menunjuk dadaku.
Paman mudaku segera menghambur ke pelukanku dan melabuhkan wajahnya di dadaku. Hangat terasa. Aku mengelus lembut rambutnya sambil memancingnya.
"Terdesak gimana sih, Say? Ceritain semuanya pada Chachamu ini..."
"Ehmmmm, malu ..."
Aku mencubit pipinya gemas.
"Heleh, malu apaan?! Titit lu aja dulu sering lu pamerin di depanku!" sarkasku.
Ops, tapi itu kejadian ketika Paman muda masih umur delapan tahun. Buat apa aku mengungkitnya sekarang? Berasa byuntae banget!
Oh Kam Pret terkekeh m***m melihat wajah malu-maluku.
"Ngomong jujur aja kalau pengin lihat punyaku lagi," godanya m***m.
Aku langsung menoyor kepalanya, dengan malu aku hendak melepas pelukanku tapi Oh Kam Pret menahanku dengan kuat.
"Chacha, ada seorang cowok yang minta kubuktikan kalau aku udah punya cewek," dengan tergesa-gesa ia mengawali ceritanya.
Aku terdiam seketika.
"Kenapa? Dia naksir lu? Lalu lu tolak dengan bilang kalau lu udah punya cewek?" tebakku beruntun.
"Kurang lebih gitu,"jawab Paman mudaku setelah berpikir sejenak.
Nah kan! Ada maho lagi yang mau menjebak Paman muda! Gak bisa tidak! Aku harus melindunginya. Lagian, aku kan dalam misi 'meluruskan' selera Paman mudaku yang belok.
"Paman muda kok gak ngomong hal ini dari awal sih?! Jadi useless kan berdebat panjang lebar sedari tadi!"
"Jadi lu mau ikut kan, Cha?"
"Masih nanyak!" Ya iyalah, aku harus pigi!
Bukan cuma anak SD yang perlu dikawal saat pigi ultah teman gegara takut diculik, remaja cowok pun sekarang juga patut didampingi supaya gak dilecehkan temannya.
Dunia emang udah gilak!!
===== >*~*
Aku melongo memperhatikan tampilan Paman muda pas mau pigi pesta ultah temannya. Dia ganteng pakai banget aku udah tahu dari dulu, tapi yang kumaksud bajunya. Kok dia berbusana yang formil mode on? Dengan kemeja lengan panjang hitam dan celana panjang bahan kain. Lah, aku? Aku mengamati tampilanku sendiri dengan malu. Too childish! Aku memakai celana panjang jumpsuit, plus dandanan kuncir ekor kuda.
Tampilan kita gak match banget!
Oh Kam Pret yang asli masih remaja dandan keren seperti pengusaha muda, sedang aku yang udah matang malah menjelma jadi abg expired! Dih, ini sih gegara perasaan minderku. Takut kentara aku paling tuwir disana bikin aku eksra lebay mendandani diriku biar kelihatan mudaan dikit.
"Paman muda, kayaknya aku saltum nih. Apa aku ganti dulu ya?" tanyaku galau.
"Ck, udah telat nih Chacha Maricha! Gini aja gapapa, udah cantik kok!"
Dia buru-buru menyeretku masuk ke mobil, khawatir aku berubah pikiran lagi. Sesampainya disana aku jadi jiper lagi. Fix. Aku betul-betul saltum nih! Cewek-cewek remaja labil itu ... mereka semua dandan menor kayak tante girang. Dan pakaian yang mereka kenakan mengapa pada kurang bahan ya??
Aku berjalan sambil menahan napas, masalahnya mereka semua memperhatikan diriku yang berjalan sambil digandeng mesra oleh Oh Kam Pret. Dengan tatapan sengit!
"Kang Pek .. itu siapa? Tante lo? Sok imut gitu ya!" Seorang gadis menyapa Paman muda.
"Dia pacarku. Dan ia memang imut kok, permisi!" Paman muda memeluk bahuku dan mengajakku pergi, dengan sengaja ia menyenggol kasar bahu cewek itu.
Kudengar cewek itu mengaduh dan mengumpat dengan kata-kata kotor. Duh, remaja jaman now ... serem!
"Hei Tampan, melantai yuk ... atau ngamar?"
Seorang cewek berbaju super minim tiba-tiba memeluk Oh Kam Pret dan mengalungkan lengannya ke leher Paman mudaku. Aku membulatkan mata kaget. Dia buta kali! Apa dia gak melihat Oh Kam Pret sedang memelukku? Gak malu apa godain cowok orang!!
Oh Kam Pret melepas pelukan cewek itu dengan kasar.
"Kalau mau ngamar, banyak tuh cowok-cowok yang ngiler lihat tubuh kamu. Aku gak minat. Atau kalau kurang, ada banyak security yang mungkin juga mau gabung!" cemooh Paman mudaku sadis.
"Bangsattt!!" geram cewek itu, tangannya bergerak mau menampar Paman muda. Tapi Paman muda dengan cepat menangkap tangannya.
"Kalau tak mau dihina, jangan merendahkan dirimu sendiri!" desis Paman mudaku tajam.
Aku terpana menyaksikan kejadian itu. Mengapa dia sekarang nampak begitu macho, maskulin, jantan dan dewasa? Seakan bukan dirinya yang biasanya. Aku terus terpana pada Paman mudaku saat ia menyeretku menjauhi cewek binal itu. Itu sebelum Paman muda menoleh padaku dan nyengir lucu.
"Bagaimana aktingku? Keren kan! Jantan kan!" ucapnya narsis.
Pranggggg!! Pecah sudah image sosok jantan nan perkasa di benakku.
"Biasa," komentarku singkat hingga membuat Oh Kam Pret jadi gusar.
"Heleh, tadi aku bisa lihat kok binar-binar kekaguman di mata lu."
"Kalau lu bisa melihatnya, berarti mata lu kegeeran macam tuannya!" ledekku.
Paman mudaku mengerucutkan bibirnya kesal, lanjut protes padaku.
"Woi Chacha Maricha, kenapa lu diam saja saat cewek-cewek itu godain aku?! Lu gak cemburu? Apa aku gak berarti sama sekali buat lu?!"
Nah .... nah ... dia ngambek lagi deh.
"Bukan begitu Paman muda, aku kalah taji sama mereka. Tampilanku enggak banget deh, aku macam alien tersesat di klub malam ini."
Sial. Oh Kam Pret malah tertawa mendengar keluhanku. Aku jadi sebal padanya!
"Ini gegara lu tadi gak kasih aku kesempatan ganti baju sih!"
Kucubit kecil lengannya hingga dia mengaduh kesakitan.
"Adouuwww!"
Rasain! Oh Kam Pret meringis kesakitan.
"Cha, lu tahu kenapa aku membiarkan lu pakai baju seperti ini?" pancing Oh Kam Pret.
"Napa?!" semprotku gusar.
"Supaya tak ada cowok yang melirik lu, jadi aman. Lu hanya milikku seorang," sahutnya sambil tersenyum mesra padaku.
Meltinggg ...
Aku jadi tersanjung, tak jadi tersinggung. Hatiku seakan berdendang riang didalam sono. Kami saling bertatapan intens, tak peduli situasi sekeliling. Dapat kurasakan bibir Oh Kam Pret mendekati bibirku, saat bibir kami nyaris bersentuhan terdengar suara seorang pria memanggil Paman muda.
"Hei Gantengku, akhirnya lo datang juga."
Seorang pria tampan berbodi kekar mendekat dengan gaya luwes diikuti cewek tomboy keren yang bodinya kekar juga. Haishhhhh.. inikah cowok yang naksir Paman mudaku itu? Kenapa bodinya kekar begini?! Belum apa-apa aku udah kalah hawa. Padahal aku udah bertekad melindungi Paman muda dari segala kenistaan.
Pria itu mendekat seperti hendak mencium pipi Paman muda, tapi Paman muda dengan lihai menghindar dengan cara menyalami cewek tomboy itu.
"Hai Rita, you look handsome today."
Rita cuma mendengus dingin. Mungkin dia bodyguard si cowok maho itu kali.
"Diakah orangnya?" bisikku sambil menatap cowok kekar itu penuh arti.
"Yupp. Ayo Chacha, katanya mau ngelindungi aku," tantang Paman muda.
Aku menelan ludah saking groginya. Tuh cowok menatapku seolah aku ini pembokatnya Oh Kam Pret.. atau baby sitternya!
"Aku cari tonik dulu," bisikku lagi pada Oh Kam Pret.
"Apa?!" Oh Kam Pret mengangkat sebelah alisnya, bingung.
"Popeye aja butuh bayam sebelum ngelawan Bruno, Paman muda."
Tanpa basa-basi, kutinggalkan mereka. Paman mudaku tak bisa mengikutiku. Dia disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaan entah apa itu dari si maho tampan itu.
Bayamku ... tonikku ... eh, pengobar semangatku adalah ....
"Whisky sebotol!" pesanku pada bartender.
Aku pernah menjelma menjadi superhero wanita, kupukuli pria kurang ajar yang berniat melecehkan temanku saat aku mabok. Bener deh, keberanianku dan tenagaku meningkat luar biasa dikala kesadaranku diambang batas alias saat aku mabok.
Kuhabiskan whisky ku sekali teguk. Oh Kam Pret, tunggulah .. Superhero wanitamu udah muncul!
===== >*~*
Bersambung