"Terus?" aku bertanya sekali lagi.
Saat ini aku sedang bertelepon ria dengan boss sekaligus mantanku. Dia b******k. Sialnya, si b******k ini luar biasa tampan! Membuatku jadi tak tega kalau mengutuknya. Ih, kelemahanku adalah tak bisa marah pada cowok cakep. Berabe khan!
"Terus apa lagi?" aku bertanya sambil mencatat pesanannya.
Ck. Aku stafnya, sekretarisnya tepatnya. Tapi kok tugasku seakan merangkap jadi pembokatnya?! Asyemmm! Masa dia menyuruhku belanja di supermarket untuknya terus disuruh langsung mengantar ke apartemennya!
Aku memeriksa daftar belanja yang dipesannya.
Beras.
Garam.
Gula.
Kopi.
Permen.
Kondom...?
"Sontoloyo!" tak sadar aku menghujat diluar hati (bukan dalam hati maksudnya!)
Kondom!!
Kamprettt!! Teganya dia menyuruhku membeli kondom! Byuntae banget kan kesannya. Njirrrr... aku ini wanita baik-baik lho. Masih virgin pula meski kesannya enggak. Tampilanku seksi... aku tahu itu. Tapi itu bukan salahku, memakai pakaian seperti apapun aku selalu dicap seksi. Udah auranya kaliii. Jangan salahkan aku karena punya hot body!
"Kenapa Cha? Please language," tegur Zello, boss sekaligus mantanku.
Kondom lu bikin aku gundah gulana! Mau pakai sama siapa lu?
Tentu saja aku cuma membatinnya dalam hati, diluarnya aku menjawab dengan tersenyum kecut.
"Sorry, Boss. Ada anjing menggondol beha yang dijemur tetangga sebelah."
Kebetulan kejadian itu betul-betul nyata, sedang terjadi saat ini.
"Please languague, Cha!"
Lah, emang kejadiannya begitu kok!
"Iya Boss.. " Aku tak bisa membantahnya. Boss tak suka dibantah dan aku terlalu malas berdebat dengannya.
"Jadi buruan belikan pesanan saya dan antar kemari! Ini sudah siang."
Sudah siang? Helow, ini masih pukul delapan pagi! Tapi lagi-lagi aku cuma berani protes dalam hati. Di depan Boss aku cuma mengiyakannya.
Mamah mengernyitkan dahi melihat aku jam delapan pagi udah rapi dan bersiap pergi.
"Ngapain Cha?"
"Kerja, Mah," kataku saat mengambil kunci mobil Atozku.
"Di hari Sabtu? Sepagi ini?" Mamah melirik jam tangannya.
"Itulah takdir menyebalkan punya boss arogan," keluhku.
"Yang penting gajinya besar," Mamah tersenyum menguatkan.
Dia belum tahu saja kalau bosku itu adalah mantanku. Mamah mengira boss-ku itu pria tua paruh baya. Andai ia tahu Boss itu masih muda dan ganteng...
Teng.. Teng.. Teng..
Perjodohan pasti akan segera dimulai.
"Mah, pigi dulu ya," pamitku.
"Yoi, jangan lupa ntar jemput Paman muda ke bandara," Mamah mengingatkan.
"Pesawat jam berapa, Mah?"
"Mendarat jam duabelas siang."
Paman mudaku itu anak angkat nenekku. Bingung khan? Begini, keluargaku punya kebiasaan menikah muda. Nenek merit usia 18 tahun, mamah malah usia 17 tahun udah nikah. Jadi ceritanya saat berusia 46 tahun nenek mengangkat anak. Saat itu nenek tinggal di Korea. Dia punya teman baik wanita Indonesia yang bersuamikan pria korea. Temannya dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Mereka meninggalkan satu anak tunggal yaitu Oh Kang Pek. Nenek berinisiatif merawat dan mengangkat anak malang itu jadi anaknya.
Enam tahun telah berlalu. Kini anak itu telah berusia 17 tahun dan hari ini ia pindah ke rumahku. Melanjutkan sekolah di sini. Sementara nenek akan menyusul datang kemari sebulan lagi. Beliau masih harus mengurus pindahan barang-barang mereka.
Ohya kakekku dan papahku kebetulan udah meninggal semua. Tinggallah kami para wanita tiga generasi yang bakal tinggal bersama Paman mudaku itu, brondong berusia 17 tahun itu. Lucu, aku yang usia 25 tahun punya paman sweet seventeen.
===== >*~*
Selesai membelanjakan bosku di supermarket, aku langsung mendatangi apartemennya. Dia membukakan pintu dengan hanya memakai handuk yang melilit di pinggang kokohnya. Rambutnya yang basah membingkai wajah tampannya dan roti sobeknya. Wow..
Aku menelan ludah melihatnya. s**t, dia amat menggiurkan.
"Mengapa melihat orang seperti itu?!" bentak Boss jutek.
"Hot! Eh, panas ya hawanya," aku pura mengipas-ngipas badanku.
"Masuk!" perintahnya singkat.
Aku masuk membawa belanjaan dengan susah payah sedangkan dia melenggang kangkung didepanku dengan gaya arogannya. Sial. Aku betul-betul diperlakukan seperti pembokatnya!
Chacha pelayan seksi. Ini sekuel bajakan dari film Inem Pelayan Seksi kalii...
"Udah Boss, sekarang aku boleh pigi kan?" selesai menaruh belanjaan di pantry, aku segera berpamitan padanya.
Tapi Boss menahan lenganku.
"Siapa yang membolehkan kamu pergi? Kerja itu yang tuntas dong! Beresin dulu belanjaan saya!"
Kerja tuntas? Masalahnya, menurut job deskripsi kan pekerjaanku tidak termasuk membelanjakan keperluannya sekaligus membereskan belanjaan itu. Kesal! Aku mengacungkan tinju saat dia berbalik membelakangiku. Jiahhh... Kok mendadak dia berputar menghadapku.
"Mau apa kamu?" sentaknya sambil menatapku tajam.
"Gatal Boss. Belum sempat keramas. Pagi tadi udah ada yang ngeributin minta dibelanjain sih," sindirku santun.
Ada tah menyindir santun? Tapi Boss gak ngaruh tuh, dia tetap kekeuh menyuruhku membereskan belanjaannya. Dari situ perintahnya merambah kemana-mana. Menyuruh aku bersih-bersih, memasak dan mengatur bajunya di lemari. Asli aku udah macam pembokatnya saja! Malang nian nasibku. Pembokat kan digaji, kalau aku mah dirodi! Tapi tololnya aku aja sih, mau diperintah semena-mena kayak begitu!
Aku sudah menyelesaikan tugas masak dan beberes, kuberanikan diri untuk berpamitan.
"Boss, aku cabut ya."
Boss mantanku sedang duduk di meja makan, memeriksa hasil masakanku.
Ayam rica-rica, sayur bening, plus perkedel jagung. Begini-gini kemampuan masakku gak malu-maluin lah..
"Buat apa kamu masak sebanyak ini?" bukannya menanggapi ijin pamitku, dia malah mengkritisi hasil kerja rodiku.
Ck! Nyebelin.
"Tanggung jawab, Chacha! Makan dulu masakanmu. Saya tak mau masakan yang sama dimakan dua kali! "
Apa?! Cari perkara nih!
"Boss makan dulu gih, sisanya nanti kuberesin semua," kataku berusaha sabar.
Beneran, begitu Boss mantanku selesai makan aku membereskan sisa-sisa masakanku. Kumasukkan ke rantang susun tiga, mau kubawa pulang.
Boss mengernyitkan dahinya.
"Kenapa kamu tak makan disini?"
"Gak keburu Boss. Aku mesti ke bandara, jemput Paman mudaku. "
"Tapi itu rantang saya," protes Boss.
"Pinjam, Boss. Besok kubalikin."
"Awas kalau dipakai memanaskan lauk. Bisa rusak. Itu rantang mahal!"
Bawel! Macam pesan sponsor perusahaan catering saja.
"Beres, Boss," meski dalam hati ngedumel, diluarnya aku menjawab dengan tingkat kepatuhan sempurna.
Kurasa aku patut mendapat piala oscar untuk kepiawaian aktingku!
===== >*~*
Aku melongok diantara kerumunan orang-orang yang punya tujuan sama denganku. Menjemput di bandara.
Ini aku yang kependekan atau mereka semua yang terlalu tinggi? Aku tak bisa melihat apapun didepan selain punggung-punggung mereka. Dimana ya Paman mudaku?
"Jemput ya, Dek?" tanya seseorang di belakangku.
Ya iyalah, udah tahu nanyak!
"Iya Kak," jawabku tanpa menoleh. Malas ah, paling orang kepo!
"Jemput siapa?"
Urusan ama lu?! Dih, gilak urusan orang banget sih nih orang.
"Jemput paman saya, Kak." Aku mendengus menahan kesal.
"Oh, pasti ganteng sekali pamannya. Udah ketemu?"
Loh, orang ini makin menjadi aja keponya! Mau dibikin perkedel?!
"Gak bisa lihat Kak, banyak orang di depan jadi saya... Ouhhhhh!" Aku menjerit saat orang itu mendadak mengangkat tubuhku keatas.
Kurang ajar!! Mukaku merah padam menahan amarah.
"Udah kelihatan orangnya?" dengan enteng orang itu bertanya.
"Belummmm!!" bentakku jengkel.
Mendadak orang itu terkekeh geli.
"Tentu saja belum, karena orang itu ada di belakang kamu!"
Cup. Ada yang mencium pipiku dari belakang. Aku menoleh cepat, siap memaki tapi malah terpaku.
"Halo keponakan cantik," sapa orang itu riang.
Ini Paman mudaku? Kenapa kiyut banget begini?! Asli, aku terpesona habis bagai melihat aktor korea dalam drakor yang sering kutonton. Dia gak kalah ganteng sama boyband korea macam V-bts, Jungkook atau Taeyong NCT. Nampak imut dan tengil sekaligus, euyh.. pokoknya menggemaskan!
"Kok malah bengong?" Dia menyentil keningku lembut.
Asyemmmm... Meski dia pamanku tapi umurnya kan jauh dibawahku! Selisih tujuh tahun lebih. Plis deh, hargai kek orang yang lebih tua!
"Kalau diam saja itu berarti aku boleh cium lagi," cengirnya lucu.
Dih, kenapa dia makin ganteng begini ya? Perasaan dulu doi gak seganteng ini. Tapi dulu terakhir bertemu denganku dia masih piyik. Masih berumur sebelas tahun.
Cup. Bola mataku membulat saat dia mengecup bibirku. Astaga-naga! Kenapa ciumnya di bibir?!
"Kenapa? Kurang?" tanyanya dengan senyum dikulum.
"Apa?!" aku baru saja mau protes. Namun bibirnya menyambar bibirku dengan cepat. Melumatnya dan menghisapnya dengan gemas.
Tentu saja aku syok! Dia paman mudaku, dia masih bocah kan?! Beraninya bocah ini menciumku, di bibir pula! Omo, omo... kenapa dia jadi m***m begini? Apa ini kebiasaannya di negara ginseng itu?
Tapi... mengapa ciumannya berasa enak? Membuatku khilaf, bergelenyar ingin membalasnya. Baru saja aku mau melaksanakan niatku, dia justru menghentikannya.
"Chacha cantik, aku kangen banget!" ucapnya manja.
Dia memajukan bibirnya, mau mencium bibirku lagi. Untung aku segera tersadar. Astaga, kami sedang di bandara. Ciuman kami tadi jelas sudah memancing perhatian orang di sekitar kami.
"m***m! Paman muda kenapa jadi m***m begini sih?!" gerutuku sambil menjewer telinganya.
Dia mengaduh lirih.
"Ampun. Ampun, Chacha cantik."
Paman mudaku menghela napas lega begitu aku melepas jeweranku.
"Dih, Chacha. Sakit nih," rajuknya manja.
"Biarin. Siapa suruh cium orang sembarangan."
"Aku gak sembarangan. Kan cuma cium kamu saja. Gak cium yang lain. Weekkk!" Dia meleletkan lidahnya.
Ih, kok dia jadi makin menggemaskan begini sih. Aku menggigit bibir bawahku menahan rasa gemasku.
Astagah!
Paman mudaku lagi-lagi mengecup bibirku dan melumatnya sekilas. Aku kehabisan kata-kata. Apa-apaan ini?!
PAMANKU BRONDONG m***m!!
===== >*~*
Bersambung