13 "Ya, aku suka sama Iis," jawabku dengan lugas. "Tapi Akang jangan khawatir, aku akan tetap bermain sportif. Siapa pun nantinya yang dipilih Iis, akan kuterima dengan lapang d**a," sambungku sembari menegakkan tubuh. Heru menatapku sesaat, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan pada orang-orang di saung yang sepertinya penasaran dengan isi obrolan kami. "Aku sudah menyukainya sejak kecil. Kami juga sudah dijodohkan dari beberapa tahun lalu," ungkapnya. "Tapi dia belum mengiakan perjodohan kan? Jadi, aku tetap punya kesempatan yang sama dengan Akang." Heru kembali mengarahkan pandangan ke aku. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, kemudian manggut-manggut. "Dia cerita soal itu?" "Iya, tadi di mobil." "Tapi kamu harus ingat, Fai. Bersaing denganku itu berat. Apalagi aku