Petani Pemula

1509 Words

33 Pagi yang dingin. Embun sisa semalam menggantung di dedaunan pepohonan sepanjang jalan Cimalati. Sejuknya udara ternyata mampu menembus jaket kulit yang kukenakan. Hingga akhirnya kuputuskan untuk merapatkan tubuh ke punggung Isan, tetapi karena badannya kurus, tubuhku yang lebih besar tidak tertutup sepenuhnya. Dua motor jalan beriringan di jalan aspal mulus menanjak. Melewati rumah toko Pak Iwan kami tidak berhenti. Aku sempat menoleh, sebelum mengarahkan pandangan kembali ke depan. Kelebatan peristiwa beberapa hari lalu masih membekas dan membuatku malu karena lamaran ditolak. Aku tahu, urusan serius tidak bisa hanya bermodalkan nekat dan cinta. Harus ada bekal yang lainnya juga, terutama restu orang tua. Aku mengingatkan diri, bila nantinya akan melamar kembali, sudah harus mem

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD