BAB 14

1940 Words
LOVE NYA JANGAN LUPA YA *** Hari ini Yoogi sudah di perbolehkan pulang, sebuah supir di tunjuk nyonya Min untuk mengantar Yoogi pulang. "Kau akan ikut denganku kan?" Hyumi menatap Yoogi dalam diam sebelum akhirnya mengangguk perlahan. "Ne, kajja"ajaknya masuk ke dalam mobil tersebut dan membawanya ke Rumah mereka dulu. Butuh waktu 2 jam bagi mereka untuk sampai di kediaman lama mereka di tengah Kota Seoul. Hyumi mengikuti langkah Yoogi yang keluar mobil, wajahnya terlihat sendu saat kembali melihat Rumah yang sudah cukup lama tidak dilihatnya. Halaman Rumah masih terawat begitu baik. Yoogi menarik Hyumi ke dalam Rumahnya. Hyumi tercengang saat mendapati Figura cukup besar yang memperlihatkan foto pernikahan mereka. Yoogi tersenyum melihat ekspresi terkejut yang Hyumi tampilkan di wajahnya. "Kau baik-baik saja?"tanya Yoogi mulai khawatir karena ekspresi yang Hyumi tunjukan akan isi Rumahnya. "Aku kira sudah tidak ada"gumamnya seraya memperhatikan foto mereka. Foto pernikahan dimana dirinya dan Yoogi memakai baju serba putih dan berdiri berdampingan. "Aku tidak akan membuangnya, bagaimana bisa aku melakukannya? Kehilanganmu bahkan membuatku gila" Yoogi berjalan menghampiri Hyumi dan berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Terima Kasih karena sudah kembali untukku" Sebelah tangan kanan Yoogi menyingkirkan helaian rambut wanita itu dan menaruhnya di belakang telinga. "Aku kira aku tidak akan bisa kembali bertemu denganmu" "Rasanya begitu gelap, aku kira aku akan mati karena rasanya aku tidak bisa bernafas" "Kau kembali dan membawakanku sebuah cahaya" "Maafkan aku, sungguh maafkan aku"Yoogi meneteskan air matanya dan hal itu membuat Hyumi tercengang. "Aku mohon maafkan aku hiks.. " Hyumi menatap Yoogi nanar, pria itu terlihat begitu lemah saat ini Hyumi bahkan tidak percaya melihat betapa rapuhnya pria itu. Seperti bukan Min Yoogi yang ia kenal selama ini. "Uljima"(jangan menangis) Hyumi menyeka air mata Yoogi dengan ibu jarinya. Yoogi meraih kedua tangan Hyumi yang berada di wajahnya, menciumnya bergantian bahkan menghirup aromanya dalam dengan mata terpejam. Hyumi terhenyak melihatnya, ia memalingkan wajahnya ini baru sehari dan Yoogi sukses membuat jantungnya kembali berdebar. "Ku dengar kau hamil" Hyumi menolehan wajahnya pada Yoogi yang kini sedang menatapnya dalam. "Apa ini anak kita?"Yoogi melirik ke arah perut Hyumi sebentar lalu kembali menatap matanya. Hyumi kembali terhenyak, Yoogi bertanya mengenai bayi mereka dan hal itu membuat jantungnya berdegup kencang. Entah kenapa terasa begitu bahagia, saat sebelumnya dia tidak bisa memberitahukan hal bahagia ini kepada pria itu dan kini ia bisa mengatakan hal tersebut. "Ne..... Ne... Ini bayi kita oppa"ucap Hyumi dengan anggukan kepalanya. Hyumi begitu bahagia saat mengakuinya, semua ini memang sudah terlambat tapi rasa senang itu belum juga hilang dari perasaannya, saat mengatakan bahwa dirinya hamil dan itu adalah bayi mereka berdua -perasaan senang itu begitu menggebu dan bahkan air matanya tak bisa di bendungnya hingga menetes dari sudut matanya. Yoogi tampak begitu bahagia, tangannya bergetar saat mencoba menyentuh perut Hyumi. Jantungnya berdebar seperti baru saja memenangkan sebuah lotere senilah berjuta-juta won. Yoogi tersenyum bahagia, begitu bahagia hingga wajahnya nampak berbinar. Hyumi menarik tangan Yoogi dan mengarahkannya ke perutnya yang sudah membesar. "Dia anak kita oppa" *** 22.54 KST. "Kau tidak harus melakukan hal ini" "Tidak apa appa, aku tahu saat malam itu ini yang apa ingin katakan padaku" "Tapi, kau tidak harus melaukan hal ini, pulanglah" "Biarkan aku melakukan sesuatu untuk mengucapkan rasa terima kasihku pada appa" "Aku tidak butuh terima Kasih darimu, aku memang mau melindungi cucuku" "Kamsahamnida appa, biarkan aku melakukan hal ini, aku akan pulang setelah satu bulan di sini" "Hah! Arraseo terserah padamu saja, jaga dirimu, jangan terlalu lelah kau sedang hamil" "Ne... Aku tutup appa" "Ne" PIP. Hyumi menghela nafasnya lelah, ia sendiri tidak tahu kenapa hatinya bersikeras untuk melakukan hal ini pada Yoogi. Apakah benar karena rasa terima kasihnya ada sang appa? Hyumi masih merasa semuanya tidak jelas, perasaannya dan tindakannya seperti mengalir begitu saja. Hyumi membaringkan tubuhnya menyamping di atas tempat tidur setelah menaruh ponselnya di atas meja nakas. Ia berada di kamar berbeda dengan Yoogi, walaupun begitu dia sadar ia bahkan Yoogi sudah bercerai tidak ada ikatan yang membuat mereka harus berada di dalam satu kamar. DRTTT.... DRRTTT.... Hyumi melirik ponsel miliknya yang berada di atas meja nakas, ia sudah tebak siapa yang menghubungi nya malam ini. From. Jongguk. Jaljayo. (mimpi indah) Hyumi tersenyum saat melihat pesan tersebut. Seharian ini dia tidak memberikan kabar pada Jongguk. Jarinya bergerak di atas layar ponselnya, mencoba menuliskan sesuatu untuk pria itu. To. Jongguk Kau belum tidur? Tidurlah, jangan tidur terlalu malam. From. Jongguk. Kau menyuruhku tidur tapi lihat apa yang kau lakukan! Kau sendiri belum tidur? Jangan terlalu lelah dan tidur larut kau sedang hamil. Hyumi tersenyum dan kembali mengetik sesuatu di sana. To. Jongguk. Aku akan tidur sebentar lagi. From. Jongguk. Kau sedang apa? To. Jongguk. Sedang berpikir sesuatu. From. Jongguk. Jangan terlalu memikirkanku, aku baik-baik saja. To. Jongguk. kau terlalu percaya diri. From. Jongguk. Tentu saja,, Jeon Jongguk memang penuh kepercayaan diri, bahkan begitu percaya kalau Hyumi dan Jongguk akan bersama selamanya! Hidup bersama sebagai keluarga kecil yang bahagia. Hyumi terhenyak membacanya, perkataan ini membuat sesuatu di dalam hatinya terasa aneh. Rasanya.... Seperti suatu perasaan bersalah. Detik... Detik.... Berlalu,, rasanya bingung perkataan apa yang harusnya di katakan pada Jongguk saat ini. Hyumi bukanlah type pembual yang bisa mengatakan apapun begitu saja, ia akan berpikir dengan keras kalau itu bukan berasal dari hatinya. To. Jongguk. Kau harus tidur ini sudah malam. From.Jongguk. Ne eomma. Kau juga, jaljayo. Saranghae... To. Jongguk. Nado... Hyumi menaruh ponselnya begitu saja, kini pikirannya dipenuhi oleh kata-kata Jongguk. Pria itu begitu berharap padanya, namun kenyataannya hatinya seakan belum jelas terarah. Hyumi tertegun saat mendengar sebuah suara Indah yang berasal dari luar kamarnya. Matanya tertuju pada pintu kamarnya yang tertutup, cukup penasaran Hyumi beringsut turun dari tempat tidur. Kedua kakinya bergerak memakai sendal Rumahnya dan bangkit menjadi berdiri. Kakinya melangkah menuju pintu kamarnya, meraih kenop pintu dan menariknya. Hyumi melirik kamar Yoogi, kamar itu begitu sepi dan sunyi. Lalu kakinya bergerak pergi menuju tangga untuk sampai ke lantai bawah. Suaranya seperti sebuah melodi yang berasal dari piano. Hyumi berjalan terus ke bawah hingga matanya menyipit untuk melihat seseorang yang sedang memainkan sebuah piano di tengah kegelapan. Hyumi berjalan mendekat hingga akhirnya Yoogi menghentikan permainannya dan memandang Hyumi dengan wajah tersenyum. "Aku mengganggumu ya?" "Duduklah di sampingku" Hyumi menggelengkan kepalanya dan berjalan makin mendekat ke arah Yoogi hingga berdiri di sisinya. "Sepertinya aku yang mengganggu permainanmu"ucap Hyumi yang merasa tidak enak. "Kemarilah,... Aku suka kau di sini"ucapnya, Hyumi menghampiri Yoogi. Pria itu bergeser untuk membiarkan Hyumi duduk di sampingnya. "Mau bermain denganku atau...?" "Aku mau melihatmu bermain"jawab Hyumi. Hal itu benar, sudah lama ia tak melihat Yoogi bermain piano. Dulu pria itu suka sekali memainkan beberapa lagu untuknya. Hyumi merindukan hal itu. "Baiklah!" Yoogi kembali fokus memandang tuts-tuts yang berada di bawah jemarinya. Jari-jemarinya mulai menekan tuts-tuts tersebut dan menciptakan sebuah melodi yang Indah. (*author bener-bener suka banget liat Yoogi oppa main piano ) Hyumi tahu lagu ini, lagu yang memiliki arti yang mendalam akan sosok seseorang. Hyumi tertegun merasa begitu terpesona saat Yoogi memainkan pianonya seperti memancarkan sebuah sinar nya tersendiri. Pria yang memiliki kharisma begitu kuat saat memainkan piano. Hyumi sadar dia begitu terpesona saat ini, pria itu bermain dengan mata terpejam seakan begitu menikmati permainannya sendiri . Jantungnya berdegup dengan kencang saat ini. Hyumi membuang pandangannya dari Yoogi lalu kembali memandang pria itu lalu kembali melakukannya hingga beberapa kali, cukup terganggu dengan pompaan jantungnya sendiri yang berdegup dengan kencang. Tapi matanya begitu sulit untuk terlepas dari pria itu, matanya terus saja ingin kembali melihat Yoogi. Permainan selesai, Yoogi menoleh pada Hyumi dan tersenyum saat mengetahui wanita itu tengah memandang ke arahnya. "Maaf karena aku mengganggumu tidur" Hyumi mengalihkan wajahnya tertunduk laku kembali memandang pria itu. "Aku memang belum tidur" "Kenapa?" "Ini sudah larut" "Tidak bisa saja" "Kau sendiri tidak bisa tidur oppa?" Yoogi mengalihkan pandangannya, kepalanya mengangguk dan kembali menatap Hyumi. "Eumm.... Aku tidak bisa tidur?" "Kenapa?" "Aku takut" "Takut kenapa?" "Takut kau pergi saat aku tidur"ucapan Yoogi membuat Hyumi terhenyak. Sebegitu besarkah pria itu takut kehilangan dirinya. Kenapa harus seperti ini. "Sudah ku bilang aku tidak akan pergi"jawab Hyumi, ia mencoba untuk meyakinkan Yoogi jika itu benar. "Aku berusaha mempercayainya, tapi itu cukup sulit, aku terlalu takut" "Percayalah..." "Aku tidak akan pergi" "Tidurlah... Aku juga akan tidur" Hyumi beranjak berdiri namun Yoogi langsung menahan tangannya yang membuatnya memandang pria itu bingung. "Wae?"(Kenapa) "Tidak bisakah kau menemaniku tidur malam ini?"Hyumi menunduk sebelum kembali menatap Yoongi dengan ekspresi sendu. "Tapi... " "Aku tahu" "kita tidak akan melakukan hal jauh, hanya saja aku merasa belum yakin kau berada di sini bersamaku" "Rasanya seperti mimpi" "Bisakah... " Hyumi tersenyum dan mengangguk menyetujui permintaan Yoogi. "Gomawo"(terima kasih) Yoogi dan Hyumi pergi menuju kamar mereka yang dulu, Yoogi berbaring dengan Hyumi yang berada di sampingnya. Jari-jemari Yoogi bermain di atas pucuk kepala Hyumi, menyentuh rambut wanita itu dan memainkannya. "Kau menyentuh rambutku, ahh... Aku akan tertidur" "Tidurlah" "Tapi kau belum tidur" "Aku akan tidur" "Sudah berapa Bulan?" "Eumm.. " "Sudah berapa Bulan usianya" "4 Bulan" "Bisa aku bertanya sesuatu?"tanya Yoogi yamg membuat Hyumi menoleh padanya. "Tanya saja oppa" "Kau pernah berniat bunuh diri?" Hyumi terhenyak mendengarnya, Yoogi mengetahui hal itu. Bagaimana bisa? "Ba...gaimana oppa tahu?"tanya Hyumi balik, ia merasa canggung karena topik pembicaraan ini. "Maafkan aku" "Aku pasti begitu menyakitimu" "Maafkan aku karena aku tidak ada di sampingmu, maaf karena membuatmu kecewa" "Jujur aku tidak mencintai Yoora yang ku cintai hanya kau" "Aku tahu, berhentilah minta maaf, aku sudah memaafkanmu oppa" "Terima Kasih" "Hyumi" "Eumm... " Yoogi memandang Hyumi ragu, ia ingin mengatakan sesuatu tapi dia urungkan. "Tidak jadi" "Katakan saja oppa" "Belum saatnya" "Memangnya apa yang mau kau katakan?" "Nanti juga kau tahu" "Kau membuatku penasaran" "Hyumi!" "Kenapa?" "Bolehah aku menyentuh perutmu" Hyumi tersenyum dan mengangguk. "tentu saja" Yoogi menyentuh perut Hyumi dan mengusapnya lembut. "Oh... Oh.... Dia bergerak, dia bergerak"ucap Yoogi heboh, Hyumi terkekeh melihat Yoogi seperti ini terlihat begtu imut. "Ckckckckck... Lucu sekali dia merespon ku" "Dia tahu appanya sedang menyapanya saat ini" "Annyeong.... Appamu di sini"gumma Yoogi. "Eoh... Terasa lagi" "Ckckckckck" *** Yoogi beringsut bangun, langit masihlah begitu gelap namun suatu hal membuatnya langsung loncat dari atas tempat tidur. Yoogi mendadak panik saat tidak menemukan Hyumi di sampingnya. Ia langsung keluar dari kamarnya menuju kamar Hyumi. Kosong. Wanita itu tidak ada di dalam sana, toilet pun tidak ada. Yoogi turun ke lantai bawah dan masih tak menemukan wanita itu. Ruang TV, Dapur, Toilet bawah, bahkan halaman belakang Rumah, Hyumi tidak ada dimanapun dan itu membuatnya panik setengah mati. Yoogi berjalan keluar, langit masihlah gelap, Yoogi berjalan keluar Rumah dan menyusuri jalan untuk mencari wanita itu. *** Kepalanya pusing, hatinya di penuhi dengan rasa gelisah. Hilangnya Hyumi lagi ini membuatnya panik bukan main. "Oppa" Yoogi menoleh ke Sumber suara dan menemukan Hyumi tengah berjalan ke arahnya dengan kantung plastik di tangannya, wanita itu masih berpakaian yang sama seperti tadi malam hanya di tambah jaket panjang yang membungkus tubuhnya. "Hyumi"Yoogi berlari menghampiri wanita itu dan memeluknya erat. "Kau membuatku panik, aku kira kau pergi. Kenapa kau keluar tanpa memberitahuku"Ucap Yoogi, ia begitu panik. Yoogi benar-benar takut jika Hyumi akan pergi meninggalkannya. Yoogi belum siap kehilangannya lagi. Dan mungkin tidak akan pernah siap. "Kau hampir saja membuat ku gila, aku kira kau pergi meninggalkanku, aku kira aku tidak akan bisa melihatmu lagi" "Jangan melakukan ini lagi" "Jangan pergi begitu saja" "Jangan pergi ku mohon" Hyumi tertegun mendengarnya, dia baru saja dari Supermarket untuk membeli bahan untuk membuat sarapan. Ini baru 2 hari 5 jam 35 menit. Dia bersama Yoogi dan pergi dari hadapan pria itu selama 30 menit dan ia sudah sepanik ini. Entah bagaimana jika sebulan nanti dan dia benar-benar pergi. Alasan apa yang harus dia katakan pada Yoogi. Dan bagaimana caranya pergi dari pria itu. Bagaimana caranya agar dia melepaskan diri tanpa ada tangisan. Hyumi tidak tahu, dia belum terpikirkan akan apa yang harus dia lakukan nantinya. Tapi dalam hatinya dia cukup takut.... Takut perasaannya akan kembali seperti dulu. Takut kembali menatap pria itu. Dan berharap selalu berada di sampingnya. Berada di pelukannya seperti ini. Dia tidak boleh egois, karena sudh ada Jongguk yang seharusnya dia lihat. Tapi...... Sosok Yoogi kerap kali mencoba kembali masuk dan menetap di sana. Hyumi mulai gelisah dan merasa takut. Karena...... jantungnya selalu berdebar saat bersama Yoogi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD