BAB 3

2417 Words
LOVE NYA JANGAN LUPA YA *** "AKU HAMILLL."teriak Yoora kelewat senang. "Wahhh chukkae Yoora"ucap Hyumi tak kalah senang mendengarnya. Kini keluarga Min sedang berkumpul dan Yoora mengatakan tentang kehamilannya yang menggembirakan di tengah-tengah makan malam mereka di Rumah Keluarga Min. "Aku memang tidak salah memilihmu untuk menjadi menantuku Yoora, kau tidak mengecewakan sama sekali"ucap eomma Min seraya melirik Hyumi tajam yang duduk tepat di samping Yoogi. Hyumi membuang pandangannya, lalu tertunduk. "Yoogi-Ya, sayangi istri mu ini. Dia sudah berhasil memberikan anak untukmu." "Yoora-Ya,, kau yang terbaik."puji nyonya Min menatap senang Yoora yang duduk di sebrang mejanya. *** 3 Bulan kemudian..... Hyumi sampai di depan Rumah. Menekan beberapa digit password pintu Rumahnya. "Aku pulang"ucapnya lemas, dia memang cukup lelah saat ini, ada sebuah gaun yang harus di kerjaan dengan penuh ketelitian karena begitu banyak pernak-pernik yang menghiasinya. Hyumi masuk ke dalam Rumahnya, tubuhnya mendadak kaku saat mendapati Yoogi dan Yoora yang tengah makan malam bersama. Hyumi melihat bagaimana perhatiannya Yoora terhadap Yoogi, wanita itu menaruh beberapa lauk di piring Yoogi. Pria itu akan tersenyum dan memakan apa yang Yoora berikan. "Gomawo... Kau juga harus makan, agar anak kita sehat"perkataan Yoogi yang dapat dia dengar. Seharusnya Hyumi senang karena keduanya mulai dekat dan semakin dekat, tapi entah kenapa hatinya berkata lain. Apa lagi melihat bagaimana Yoogi juga mulai memperhatikan wanita itu dan calon bayi mereka. Pria itu tampak begitu bahagia. Entah kenapa... Sebuah perasaan aneh tiba-tiba menyelimuti hatinya, sebuah rasa asing yang menyakitkan. Hyumi memilih mundur dari sana, ia berjalan keluar dan duduk di kursi kecil depan rumahnya. Gambaran tentang kedekatan keduanya terus berputar di otaknya. Hyumi memejamkan matanya, disandarkan kepalanya pada tembok. Terpejam beberapa saat, bermaksud menunggu kedua orang itu selesai, Hyumi tidak mau mengganggu mereka berdua. Cukup lama berada di luar, Hyumi membuka matanya, melirik jam yang melingkar manis di tangan kananya. Matanya melebar sempurna, jam 11 malam, cukup terkejut dia tertidur di luar hingga 2 jam lamanya. Hyumi buru-buru masuk ke dalam, namun lagi-lagi dia harus merasakan sakit di hatinya. Suara tawa keduanya memenuhi ruang tamu. Hyumi menarik nafasnya dalam, dengan langkah berat dia berjalan menuju tangga yang bila ke sana harus melewati ruang tamu dan itu berarti dia harus melewati kedua orang bahagia itu. "kau sudah pulang?"Hyumi menghentikan langkahnya, ia menarik nafas dalam sebelum akhirnya berbalik dan memandang kedua orang itu dengan senyuman. Hyumi dapat melihat Yoora dan Yoogi yang sedang duduk berdampingan di atas sofa. Walaupun tidak duduk berdekatan tapi hal itu tetap membuatnya merasa cemburu. "Akh.. Mianhae aku pulang larut oppa" "Aku tahu kau sibuk"ucapan Yoogi malah terasa menusuk hatinya. Berbicara dengan nada biasa, tapi terdengar begitu menyakitkan, atau malam ini dia sedang sensitif. "Emm.. Aku ke kamar dulu"ucapan Hyumi terdengar kikuk, ia membungkuk lalu berhambur dari sana menuju kamarnya. -*- Malam ini Yoogi tidur di kamar Yoora, dan Hyumi harus menikmati malamnya sendirian. Hyumi selalu tidak bisa tidur, memikirkan berbagai hal mengenai Yoora dan Yoogi yang tidur dalam satu kamar. Rasanya seperti dia mau gila, dia tidak rela tapi bodohnya tidak ada hal yang bisa dia lakukan selain menerima semuanya begitu saja. Hyumi beringsut turun dari tempat tidur, memakai sendal Rumahnya dan berjalan keluar kamar. Hyumi turun menuju Ruang tamu, matanya tertuju pada sebuah piano yang terpajang di dekat jendela. Hyumi mendekati piano berwarna hitam yang memiliki ukuran sedang itu, mendudukan dirinya di bangku kecil di hadapan piano tersebut. Hyumi membuka penutupnya, bibirnya tersenyum. Dia merindukan jari-jarinya bermain di atas tuts-tuts putih hitam tersebut. Hyumi mulai memainkan piano, menciptakan melodi yang terdengar begitu indah. Sebuah permainan yang membuat sebuah klise-klise berupa memori film drama lama yang kembali berputar di kepalanya. Kebahagiaannya bersama sang suami yang dulu begitu indah kini terasa berbeda, kini terasa tidak sama lagi. Perhatian yang hanya tertuju padanya kini telah terbagi. Senyuman hangat itu terasa memudar. Kata Cinta itu mulai terasa hambar. Apakah Hyumi mulai menyerah? Menyerah menjadi istri seorang Min Yoogi. Suara tuts terakhir menyelesaikan permainannya. Hyumi menghela nafasnya, rasanya dia begitu lelah, dan ingin menyerah. Hyumi ingin menangis! Tapi air matanya terasa begitu sulit untuk menetes, ego tentang rasa kuat akan rasa sedih yang dialaminya membuatnya seperti wanita dingin yang tak punya perasaan, senyuman palsu yang ditunjukkannya adalah sebuah topeng yang tercipta dari sebuah rasa sedih, kehilangan dan rasa kecewa. Hyumi menutup pianonya, permainan selesai. Ia bangkit berdiri dari bangku kecil yang kini di dorongnya masuk ke dalam kolong piano. Hyumi berbalik dari sana, berniat kembali menuju kamarnya, namun bersamaan itu Yoogi keluar dari kamar Yoora. Keduanya saling berpandangan hingga akhirnya Hyumi memutuskan kontak mata mereka dan melenggang pergi menuju kamarnya dengan cepat. *** Pagi hari menjelang, Hyumi sudah siap dengan baju kerjanya dan sarapan yang dia buat. Yoora dan Yoogi keluar dari kamar, Hyumi terdiam, menatap sendu ke arah kulkas yang menampakan bayangan mereka yang datang ke arah Dapur. Berkali-kali Yoora merapikan dasi yang Yoogi kenakan, dan hal itu sukses membuat hatinya sedikit tersayat. Seharusnya hanya dia yang melakukan hal itu, tapi sekarang tidak lagi. Hyumi mencoba tidak peduli, melanjutkan aktifitasnya untuk menyiapkan sarapan. Yoora dan Yoogi sudah duduk di tempatnya. "Wahhh.. Eonni ini kelihatan lezat, andai aku bisa memasak seperti eonni"takjub Yoora. Hyumi tersenyum ke arah Yoora. Hyumi ingin membenci Yoora tapi lagi-lagi dia tidak bisa. Wanita itu tidak salah.. Salahkan dirinya yang tidak bisa menjadi seperti Yoora, istri sepenuhnya. "Gomawo, makanlah" "Eonni tidak sarapan?"tanya Yoora bingung karena Hyumi tidak bergabung bersama mereka. "Aku tidak lapar, aku harus cepat-cepat ada urusan penting" Hyumi membersihkan peralatan masak yang di cucinya, mengeringkan tangannya dengan serbet yang menggantung di samping rak. "Kau harus makan"ucap Yoogi yang tidak digubris Hyumi. Yoogi terus menatap Hyumi, wanita itu belum menyapanya pagi ini, bayangan tentang sikapnya yang pergi begitu saja tadi malam membuatnya sedikit resah. "Oppa cobalah.. ikan ini enak"Yoora menaruh sepotong ikan di piring Yoogi, ia menoleh pada Yoora dan tersenyum. "Ne" Matanya kembali melirik Hyumi, wanita itu terlihat dingin pagi ini. "Aku pergi duluan, ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Aku pergi dulu Yoora"Hyumi tersenyum pada Yoora. "oppa aku pergi dulu"Hyumi menunduk tersenyum walau matanya tak menatap Yoogi. Yoogi menatap kepergian Hyumi dengan tatapan sendu, wanita itu terlihat aneh pagi ini. *** Hyumi sampai di sebuah Cafe. Dia ada janji bertemu dengan seseorang pagi ini. Orang itu ada di sana, di sudut Cafe. Hyumi menghampirinya, berhenti melangkah saat sudah berada tepat di hadapannya. "Annyeong eomonim"((eomonim: ibu mertua) sapa Hyumi seraya membungkukan tubuhnya hormat. "Hmm... Duduklah" Hyumi mengambil tempat di hadapan eomma Min. "Bagaimana kabar eomma?"tanya Hyumi seraya tersenyum manis, seakan tidak ada hal yang terjadi di antara mereka. "Kau tidak punya malu ya" "Mian, maksud eomma?"Raut wajah Hyumi mendadak berubah bingung. "Kau tidak tahu diri, sampai kapan kau akan menjadi istri dari putraku? Wanita yang tidak bisa menghasilkan keturunan dari anakku lebih baik pergi" "Eomma"panggil Hyumi tak percaya. "Haah... Kami sudah berusaha, sepertinya.. " "Sepertinya apa? Kau sadar itu mungkin karena kau mandul" "Aku sudah periksa kondisi kandunganku dan dokter bilang kandunganku sehat" "Lalu apa masalahnya? Kau tahukan bagaimana profesi suamimu, mempunyai istri dua membuat imagenya begitu buruk. Aku harus membuang salah satu di antara kalian berdua dan itu kau" "Kalau dalam bisnis, Perusahaan yang profitnya tidak menguntungkan maka lebih baik kita tinggalkan, dan kau semacam itu, Perusahaan berprofit rendah yang tidak menguntungkan" "Sebuah daun yang terkena hama juga bisa membuat daun lain yang segar menjadi busuk dan membuat tanaman itu mati, kau tahu bagaimana cara kita mempertahankan sang tanaman?, yaitu dengan cara membuang daun yang terkena hama agar hama itu tidak menyebar ke bunga lain, dan bunga akan tetap Indah dan tumbuh dengan baik" "Kau lah daun berhama itu, dan kau harus pergi dari kehidupan anakku, aku tidak suka kau berada di sisinya, menghancurkannya" " tapi eomma.. Aku tidak bisa, aku begitu mencintai Yoogi oppa" "Tsk! Cinta bukan segalanya, Yoogi menikah denganmu bukan hanya ingin menjadikanmu seorang istri tapi eomma.. Eomma dari anak-anaknya, lalu bagaimana dengan dirimu sekarang" "Kau istri atau eomma" DEGG! "Aku rasa aku tidak bisa" "Jangan jadi egois, kau bisa melihatnya sendiri, Yoogi dan Yoora begitu bahagia" "Aku yakin kau sadar tentang itu" "Aku tidak mau" "Kalau begitu aku akan membuatmu pergi darinya" *** Jongguk terus memperhatikan Hyumi, wanita itu terlihat sibuk merapikan baju yang dia kenakan. Satu hal yang tidak biasa membuat Jongguk terus bertanya-tanya dalam hati. "Kau habis menangis?" Hyumi tersentak saat Jongguk menanyakan hal itu padanya. "Aniyo"ucap Hyumi kembali merapikan baju Jongguk. "Kau tidak bisa membohongiku, aku tidak bodoh" "Kau mau cerita?" Hyumi melirik Jongguk dengan alis terangkat sebelah. "Denganmu..? Aku rasa tidak" "Aku pendengar yang baik" "Aku tidak butuh itu"Hyumi beralih menatap Jungkook dengan kedua tangan yang terlipat di depan d**a. "Kau tidak bisa menolakku" "Jinjja?" "Yang benar saja"Hyumi memutar kedua bola matanya malas, begitu malas berbicara dengan Jongguk. "Kita lihat nanti" *** "Dasar pemaksa"kesal Hyumi saat pria itu mendorong bahunya agar duduk di salah satu kursi di Kedai pinggir jalan. "Aku sudah bilang kau tidak bisa menolakku" "Aku menolakmu, kau yang menyeretku kemari" "Apapun bisa ku lakukan" "Terserah" "Bibi tolong sojunya 2"ucap Jongguk. Ia menoleh pada Hyumi dan tersenyum. "Ayo kita minum sampai mabuk, ku traktir" Seorang ahjumma datang dengan dua botol soju, Jongguk mulai menuangkan soju ke gelasnya dan Hyumi. "Bersulang"ajaknya. Hyumi mengangkat gelasnya, ia tersenyum ke arah Jongguk. Mungkin ini tidak buruk. "Bersulang"ucap keduanya seraya menabrakan gelas mereka. "Akhh... Menyegarkan"Hyumi menyodorkan lagi pada Jongguk. "Tuangkan lagi" 1 gelas... 2 gelas.... 3 gelas.... BRUKK!! Jongguk terkejut saat kepala Hyumi menempel pada meja, wanita itu jatuh di atas meja. "Kau tidak kuat minum rupanya"ucap Jongguk terkekeh. Hyumi bangkit menatap kesal Jongguk dengan wajah memerah. Wanita ini sudah mabuk rupanya. "Kata siapa, tuangkan lagi padaku"ucap Hyumi seraya menyodorkan gelasnya pada Jongguk. "Kau habis menangis kan?" Hyumi terkekeh, membuang wajahnya dari Jongguk. "Sok tahu" "Kalian semua, tidak tahu apa-apa tentangku"Hyumi menautkan kedua tangannya dan menempelkan di dadanya. Wajahnya terlihat begitu sendu. "Wanita yang paling menyedihkan di dunia sepertiku, aku rasa aku tidak pantas hidup di dunia ini"Jongguk terpengangah, menatap Hyumi lekat. Hyumi terkekeh, lalu tersenyum samar. "Aku tidak bisa hamil, aku bukan istri yang baik, aku membuat suamiku sedih, membuat mertuaku membenciku, aku tidak pantas hidup" "Aku merelakannya menikah agar dia bahagia, aku kira aku akan baik-baik saja hiks.. " "Aku kira semuanya akan sama, hatinya, perhatiannya padaku.. Hiks... Tapi ternyata aku salah.. Hiks.. Aku kira aku bisa melakukannya, ternyata aku tidak sanggup melakukan ini hiks.. " "Kenapa hidupku begitu menyedihkan. .... Hiks... Hiks.. Hiks.. "Hyumi tertunduk, menangis dengan tersedu-sedu. "Aku hanya ingin suamiku bahagia.. Aku harus bagaimana sekarang.. Hiks... Hiks... " "Aku tidak bisa menghentikan hal ini, karena aku mencintainya" "Eommmaaaa.... Hiks... Hiks... Eomma eottokhae hiks... Hiks... " BUKK! Terlalu mabuk, Hyumi jatuh dengan wajahnya yang berada di atas meja. Matanya terpejam. Suara dengkuran halus keluar dari bibir kecilnya. Jongguk terdiam, tangannya terkepal dengan erat, wajahnya mengeras sarat akan emosi yang tertahan. Jongguk membuang wajahnya dari Hyumi. "Yeoja pabo"rutuknya kesal. *** Jongguk menggendong Hyumi dipunggungnya, wanita itu mabuk setelah minum cukup banyak tadi. Jongguk terdiam dengan pandangan kosong, pikirannya terus melayang -mencerna kembali mengingat setiap kalimat yang Hyumi katakan. Cerita memilukan yang bahkan tidak bisa di percaya akal sehatnya tentang bagaimana hebatnya hati wanita ini untuk menerima segala hal yang terjadi di hidupnya. "Eunghhh kepalaku" Jongguk melirik ke arah bahunya, wajah wanita itu sudah tak di sana dia sudah terbangun. "Kau sudah sadar nona Park" "Ohh Jongguk-ssi"ucapnya terkejut saat menyadari posisinya yang digendong oleh Jongguk. "Turunkan aku, aku mohon" "Shireoyo, kau tidur saja lagi. Biar aku mengantarmu ke Butik, kau pasti belum mau pulang kan? Ku dengar kau kerap kali pulang sekitar jam 11 malam, ini masih jam 10, kau pasti belum mau pulang" Hyumi terdiam, dia mengangguk setuju atas ucapan Jongguk. "Tapi turunkan saja aku, aku sungguh berat kau tahu" "Aku bisa mengangkat sebanyak 2 karung beras ,bahkan tiga sepertinya. Kau jangan khawatir tentang kekuatanku nona" Hyumi mendecih, betapa sombongnya pria ini pikirnya. "Hummp"Hyumi menutup mulutnya. Sesuatu seakan meledak di perutnya dan dia ingin muntah sekarang. "Turunkan aku, aku mau muntah" Hyumi loncat dari gendongan Jongguk dan berlari ke arah tempat pembungan air. "Ueekkk" Jongguk menghampiri Hyumi ,mengelus leher belakang wanita itu. "Sudah.. Sudah, gomawo"ucapnya, Hyumi menyeka bibirnya dengan punggung tangannya. "Itu pasti menjijikan, mianhae"ucap Hyumi tak enak. Jongguk mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku celananya, tangannya terulur untuk membersihkan mulut Hyumi. Jongguk terkekeh lalu berubah sendu, wajahnya memandang Hyumi teduh dan hal itu membuat kening Hyumi menyerngit bingung. "Kenapa? Kenapa kau melihatku dengan pandangan seperti itu?"Hyumi melihat Jongguk dengan pandangan bingung. "Kenapa ada wanita sepertimu di dunia ini?" "Aku kira wanita sepertimu hanya ada di sebuah Drama, aku tidak pernah percaya dengan wanita yang berkarakter sepertimu, terlalu luar biasa untuk menjadi sebuah kenyataan tapi sekarang aku percaya.. " "Karena wanita seperti itu ada dihadapanku saat ini"Hyumi terpengangah mendengar setiap perkataan Jongguk. "Kenapa kau hidup seperti ini! Kau berhak mendapatkan yang lebih baik" "Kau berhak memiliki kebahagiaan di dunia ini" "Kenapa kau hidup seperti ini, kenapa ?" "Apa yang kau bicarakan?"gumam Hyumi tak mengerti, walau sebenarnya dia tahu apa yang Jongguk katakan hanya saja, hanya saja dari mana dia tahu.... Jongguk mendekatkan dirinya pada Hyumi, sebelah tangan kanannya menyentuh kepala Hyumi, membuat wanita itu harus mendongkak untuk melihat wajahnya . "Jangan menjadi wanita bodoh yang menjalani hidup hanya untuk terluka" "Berhenti mencintai pria yang hanya membuatmu merasakan rasa sakit " "Seharusnya kau mencari pria yang memberikan mu kebahagian bukan melukiskan kepedihan pada hatimu" "Jongguk"gumam Hyumi. "Aku heran denganmu, kenapa kau bertahan pada pria yang bahkan tidak memikirkan bagaimana dirimu" "Kehidupan mu didunia ini bukan untuk di injak-injak oleh orang lain, kau hidup untuk memperoleh kebahagiaan " "Kalau kau menyerah, ingatlah kalau aku akan selalu menerimamu"Jongguk dan Hyumi saling bertatapan, Hyumi menatap Jongguk yang menatapnya lekat dan tajam, sorot matanya penuh dengan rasa keseriusan. "Kenapa kau peduli?" "Karena aku mencintaimu" "Kau harus bahagia" Jongguk melepaskan tangannya, tubuhnya berbalik. Berjalan pergi meninggalkan Hyumi yang terdiam di tempatnya. Matanya terus menatap kepergian Jongguk. Dalam hatinya yang terdalam dia membenarkan semua perkataan Jongguk. Dia mau menyerah tapi pergi dari Yoogi adalah hal yang begitu sulit untuk dia lakukan. Suaminya sudah menempati posisi yang paling dalam di hatinya. "Dia tahu... " "Aku pasti mengatakannya tanpa sadar"Hyumi tersenyum pahit. Hatinya terasa sesak, perih itu datang bersama sebuah tetes air mata yang akhirnya keluar dari sudut matanya. Hyumi menangis, terisak. Dia juga mau berhenti untuk melakukan hal ini, dia menyerah dia mau menyerah. Hyumi terus terisak, wajahnya tertunduk dengan tangis yang membasahi wajahnya. Berkali-kali dia menyeka air mata yang membasahi pipinya, namun air mata itu juga tidak mau berhenti, air mata itu terus keluar membasahi pipinya. Tangisan makin terisak ,ini tangisan pertamanya dalam kurun waktu 3 Bulan semenjak pernikahan Yoogi dan istri keduanya. Hyumi menangis dengan wajah tertunduk, dan isakan itu makin hebat. "Akhh... " Hyumi merasakan sebelah tangannya ditarik seseorang, wajahnya mendongkak dan mendapati Jongguk yang menarik sebelah tangannya dan kini tubuhnya tertarik. Jongguk menarik tubuhnya dan mendekapnya erat. Perlakuan Jongguk membuatnya makin menangis, dan terisak dengan kencang. "Jongguk-ssi.... Eottokhae, hiks.... Eottokhae..... Hiks... Hiks... Aku mencintainya... Aku tidak bisa pergi darinya.. Hiks... Hiks... "     LOVE NYA JANGAN LUPA YA ***   LOVE NYA JANGAN LUPA YA ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD