"Apa? Nggak mungkin." Afsa menggelengkan kepalanya seiring sudut matanya yang semakin basah. Ia menutup mulutnya berusaha menahan agar isakannya tidak keluar, meski akhirnya tangisan itu lolos juga. Gadis itu teringat dengan sosok manis Razan dan bagaimana cerdasnya pria itu dulu... "Gimana, Sa? Bisa?" tanya Razan yang kala itu menjadi mentor pelajaran sains dan matematika menjelang ujian nasional. Kebetulan sekali sampai Afsa mengira jika Razan memang jodohnya. Ia pernah beberapa kali melihat Razan yang sering menjadi mentor di sekolahnya meski pria itu sudah lulus tepat saat ia baru bersekolah di sekolah yang sama. Ya, Afsa menyukai Razan sejak pertama kali bertemu pria itu di sebuah acara MOS sekolahnya. Saat itu Razan menjadi pembicara di sebuah seminar perkenalan sekolah. Sejak saa