"Baru tadi malam kamu tinggal disini, sudah berani kamu membantah perintah saya ya. Kamu…
"Apa yang kau lakukan Lita!!!"teriak seorang pria paruh baya, saat melihat Lita Tengah mencengkram kuat dagu Dita. Lita yang mendengar suara teriakan yang tidak asing di telinganya, dengan spontannya tangan Lita terlepas dari dagu Dita.
"Papa! "Lirih Lita terkejut, saat mendapati seorang pria paruh baya yang, yang tak lain adalah papanya yang sudah 1 tahun lebih tidak bertemu.
"Sejak kapan kamu menjadi seorang pembunuh, siapa yang mengajari kamu jadi seorang pembunuh, hah?" Bentak Wijaya pada Lita, saat mendapati sang anak perempuan nya tengah menyakiti seorang wanita muda.
"Kamu tidak apa-apa, Nak? "Tanya Wijaya sambil memeriksa dagu ditayang sudah merah karena cengkraman dari Lita.
"Tidak apa-apa, Pak!" Jawab Dita pelan, karena tenggorokannya masih terasa kering dan susah untuk berkata.
"Tetaplah di sini, istirahat. "Titah Pak Wijaya dengan suara yang mulai terdengar dingin, namun tetap memperlakukan Dita dengan baik.
"Ikut papa! "Ujar Pak Wijaya, pada sang putri yang sudah menyakiti Dita. Lita tidak menjawab, namun tetap mengikuti perintah sang Papa dengan mengekor di belakang Pak Wijaya.
Brak
Lita membanting pintu kamar Dita dengan keras, hingga Dita yang mendengarnya langsung berjingkrak kaget, akibat suara pintu yang terdengar nyaring. Pak Wijaya sendiri tidak memarahi, atau memperdulikan kekesalan anak perempuannya. Pak Wijaya terus membawa langkahnya menuruni anak tangga, untuk menuju ke ruang tamu.
"Jadi, dia tamu yang di maksud sama kakak kamu? "Tanya Pak Wijaya pada Lita, saat mereka sudah duduk di sofa ruang tamu masing-masing.
"Lita rasa, memang dia tamunya! "Jawab Lita dengan malasnya
"Papa yakin, Kakak kamu tidak akan memperlakukan wanita itu dengan baik. Jadi sebaiknya, kamu bisa memperlakukan wanita itu dengan baik, karena wanita itu tidak tahu apa-apa mengenai masalah pribadi Kakak kamu. Papa yakin, wanita itu hanya dijadikan bahan pelampiasan kemarahan kakak kamu, jadi papa minta sama kamu, perlakukan wanita itu dengan baik karena wanita itu tidak salah. Lagipula, Papa juga melihat wanita itu, Wanita baik-baik, kamu bisa menjadikan wanita itu sebagai teman baru kamu. "Ujar Pak Wijaya datar, namun berhasil membuat Lita seketika melongo tidak percaya.
"Papa mau minta Lita untuk berteman dengan wanita rendahan seperti dia? Tidak bisa Pah, Lita tidak Sudi berteman dengan wanita rendahan seperti dia. Lagipula dari mana Papa tahu dia wanita baik-baik, Papa saja bertemu dia hanya pagi ini. Papa jangan terlalu cepat menilai orang, apalagi orang itu baru sedetik bertemu dengan Papa, dan Papa begitu mudahnya menyimpulkan atau mengartikan wanita itu wanita baik-baik. Menilai seseorang itu butuh waktu Pah, butuh mengenal kepribadian orang itu, bukan baru melihat langsung menilainya. "Ujar Lita yang merasa sangat tidak sudi menerima perkataan sang Papa, yang meminta dirinya agar berteman baik dengan Dita. Lita memang sangat pemilih dalam mencari teman, apalagi teman yang akan dijadikan teman baru untuk Lita adalah bagian dari golongan orang biasa, bukan setara kekayaannya dengan dirinya.
"Papa bukan lagi anak kemarin seperti kamu Lita, jadi papa bisa mengetahui orang itu baik atau tidak, tanpa menunggu waktu yang lama seperti yang kamu katakan tadi. Lihat saja, kalau sampai suatu saat kamu mengatakan kalau wanita itu wanita baik-baik, kamu akan menyesali perkataan kamu yang menyatakan, bahwa wanita itu bukan wanita baik-baik." Ujar Pak Wijaya dengan tegasnya, namun seperti biasa, Lita tidak pernah merasa takut, bagaimanapun papanya menyikapi dirinya.
"Kalau Papa bisa menilai orang mana yang baik dan mana yang tidak baik tanpa menunggu waktu lama, atau tanpa harus mengenal orang itu sejak dulu, kenapa Papa bisa dikhianati sama mama? Tidak mungkin Papa akan menjawab bahwa dulu itu Papa masih polos, atau Papa akan mengatakan kalau dulu itu Papa tidak pernah menilai Mama? "Tanya Lita dengan nada kasarnya, membuat seketika Pak Wijaya menatap Lita dengan tatapan tajamnya. Yah, Pak Wijaya memang tidak suka atau tidak menerima, siapapun mengungkit masa lalunya dengan mantan istrinya. Sekalipun itu anaknya sendiri atau bagian keluarganya sendiri yang mengungkit masa lalu itu, Pak Wijaya tetap tidak menyukainya.
"Jangan menyangkut pautkan masalah wanita itu, dengan mamamu. Tidak ada hubungannya wanita itu dengan masa lalu papa, jadi kamu berhenti mengenang masa lalu buruk papa." Ujar Pak Wijaya dengan datarnya, namun Lita tidak merasa takut. Justru Lita Langsung melempar senyuman sinis pada sang Papa. Inilah alasannya kenapa Pak Wijaya tidak pernah mengunjungi rumah anaknya, atau menghindari bertemunya keluarga. Pak Wijaya malas berkumpul dengan keluarga, Karena pasti disaat mereka berkumpul akan terjadi seperti saat ini, di mana Lita selalu mengungkit masa lalu buruk kedua orang tuanya. Pak Wijaya sendiri sengaja menghindari semua anaknya, atau keluarganya, agar mereka tidak selalu mengungkit masalah buruknya dengan mantan istri. Bagi Pak Wijaya, sendiri itu jauh lebih baik, daripada berkumpul dengan keluarga namun selalu menyakitkan hatinya, karena mengingat masa lalunya. Pak Wijaya sendiri bukan tidak pernah menginginkan kebersamaan dengan keluarganya, hanya saja, Pak Wijaya menginginkan mereka berkumpul dengan suasana yang membahagiakan, bukan malah saling menyalahkan atau malah bertengkar sesama saudara atau keluarga lainnya. Maka dari itu, Pak Wijaya lebih memilih tidak bertemu atau tidak berkumpul dengan keluarganya, agar untuk menghindari cekcok diantara keluarganya.
"Kapan kakak kamu akan pulang?" Tanya Pak Wijaya menghindari perdebatan dengan sang anak
"Apa Lita tidak ada kerjaan lain, selain harus mengetahui segala sesuatu mengenai pekerjaan kakak, kapan pulang, dan lain sebagainya?" Tanya Lita tanpa ada sopan santunnya pada orang yang lebih tua. Pak Wijaya langsung marah lantaran sang anak tidak menjawab pertanyaan dengan baik. Menurut Pak Wijaya, menjawab tidak tahu saja jauh lebih baik, daripada menjawab tanpa ada sopan santunnya seperti jawaban Lita tadi.
"Jangan salahkan papa, kalau papa akan membimbing mu dengan cara papa sendiri, karena kamu tidak bisa menghormati orang yang jauh lebih tua darimu. Ingat, papa adalah…
"Stop papa mengajari Lita, karena papa sendiri tidak jauh berbeda dengan Lita, sama-sama buruk! Kalau papa jauh lebih baik dari Lita, tentu Lita tidak akan seburuk ini. Lita buruk, itu karena contoh dari papa sendiri, bukan murni karena sikap Lita. Jadi, berhenti Papa ingin mengajari Lita , karena tanpa ajaran dari Papa pun, Lita akan jauh bisa lebih baik, kalau Lita mendapat contoh yang baik dari orang tuanya!" Ujar Lita dengan lantangnya, membuat Pak Wijaya langsung berdiri dan ingin menghampiri Lita, beruntungnya ada seseorang yang menghentikan niat Pak Wijaya, hingga Pak Wijaya mengurungkan niatnya untuk memberi pelajaran pada sang anak.
"Selamat pagi…