Perang Dingin

1069 Words
"Rupanya kamu datang juga, ternyata, kamu takut juga kalau suamimu tahu wajah aslimu," ujar lelaki tampan bermata biru itu. "Aku tidak ingin di cap sebagai wanita yang tidak baik oleh suamiku," sahut Anya. "Bagaimana cara kamu membujuk suamimu supaya bisa keluar dari kamar? Aku pikir, kamu lebih mementingkan menghabiskan malam bersama suamimu daripada denganku," ujar lelaki itu. "Kamu tidak perlu tahu tentang itu, yang penting, aku sudah disini, di hadapanmu. Sekarang katakan, apa mau kamu sebenarnya?" tanya Anya. "Tentu saja memadu kasih denganmu, kamu tahu, aku sangat merindukanmu," ujar lelaki itu. Anya tersenyum mendengar ucapan lelaki yang membuatnya gila ini. Di belahan bumi lainnya. "Di, udah, aku bisa mati," keluh Reina. "Katanya mau kurus, ya harus olahraga sayang," ujar Rendy. "Tapi ini bukan olahraga, tapi penyiksaan, kamu tidak memberikanku makan, tapi menyuruhku lari diatas thread mill hingga setengah jam, belum lagi climber, cross trainer, tummy trimmer sama apa lagi tuh yang aku nggak tahu namanya. Dalam waktu satu bulan, bukannya kurus, gue bisa mati Di," omel Reina. "Nggak bakalan, tapi kalau loe mati, gue bakal kuburin loe dengan baik, loe tenang aja," celoteh Rendy. "Eh, sialan loe Di, kalau gue mati, gue bakalan hantuin loe seumur hidup," amuk Reina. "Dengan senang hati gue akan menerima kedatangan hantu loe," ledek Rendy. "Didiii, loe bener bener sialan," umpat Reina. Rendy pun terkikik mendengar ocehan sang istri. Dia lalu memeluk istrinya dengan sayang, "ya udah, kita pulang sekarang," putusnya. Mereka lalu pulang sambil bergandengan tangan. Reina yang ingin makan enak, mencoba peruntungannya, dia akan merayu Rendy supaya mau mengajaknya ke kantor. "Sayang, boleh nggak aku ikut ke kantor," ujarnya dengan mengedip ngedipkan matanya. "Nggak usah sok imut, rayuan loe nggak mempan," ujar Rendy. Reina memberengut kesal, dia lalu melepaskan pegangan tangan mereka lalu berlari ke dalam apartemennya. Reina lalu mengunci diri di kamar tamu. "Awas aja loe, nanti gue bakal beli sendiri makanan yang enak kalau loe udah berangkat kerja," omel Reina sendiri. Rendy hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan istrinya. Sesungguhnya, dia juga tidak tega menyuruh istrinya diet ketat. Tapi, semua yang dia lakukan untuk kebaikan Reina juga nantinya. Rendy lalu menyiapkan sarapan dan segelas s**u untuk Reina. Setelah itu, dia lalu membersihkan diri kemudian berangkat ke kantor. "Sayang, sarapanmu sudah aku taruh di meja, jangan lupa dihabiskan ya. Aku berangkat dulu," pamitnya. Begitu Rendy keluar dari apartemen, Reina pun membuka pintu kamarnya. Dia lalu memgambil uang mahar yang masih dalam bingkai pigura. "Salah sendiri aku tidak dikasih uang, jadi, aku ambil saja uang ini," gumamnya. Reina tersenyum saat semua uang itu telah ada di tangannya. "Saatnya untuk berpesta," ujarnya. Namun, Reina berteriak marah kala dia tidak bisa membuka pintu apartemennya. Rupanya, passwordnya sudah diganti oleh Rendy. "Rendy sialaaaan, kenapa loe ngunciin gue," tangisnya. Dengan langkah gontai, wanita bertubuh tambun itu pun memakan sarapan yang disiapkan oleh suaminya. Perutnya lapar, dia tidak sanggup jika harus melakukan aksi mogok makan. Dia akan protes dengan cara lain nanti. Selesai makan, Reina kembali ke kamar tamu, dia tidak akan mau lagi mengikuti program diet ketat Rendy, biarlah dia gendut. Biarlah dia jelek, persetan dengan balas dendam kalau harus menyiksa seperti ini. Sepulang kerja, Rendy tak mendapati sang istri, biasanya, wanita itu selalu menyambutnya, entah itu dengan keluhan atau ucapan selamat datang. Namun hari ini sepi, lampu juga belum dinyalakan. "Kemana dia?" gumam Rendy. Lelaki itu pun memeriksa makanan yang dia sediakan untuk makan sarapan dan makan siang. "Habis, berarti, dia makan tadi, tapi kenapa jam sem segini udah tidur?" gumamnya. Rendy pun membersihkan dirinya. Setelah keluar dari kamar mandi, biasanya, sang istri sudah menyiapkan pakaian gantinya. Namun kini, dia harus menyiapkannya sendiri. "Apa dia masih marah soal tadi pagi?" batin Rendy. Lelaki tampan itu pun menyiapkan makan malam untuk dia dan juga sang istri. Malam ini, dia akan memasak makanan kesukaan istrinya sebagai permintaan maafnya. Satu jam berada di dapur, makan malam telah siap. Rendy sudah menaruhnya di meja. Dia lalu mengetuk pintu kamar tamu. "Sayang, kita makan malam dulu yuk, aku siapain makanan kesukaan kamu loh. Kare ayam spesia," teriaknya. Namun, tak ada jawaban dari dalam. Hampir 15 menit mengetuk pintu, tapi tak jua dibukakan. "Apa dia masih marah? Tapi, walaupun marah, kalau dengar makanan kesukaannya, dia pasti keluar, kenapa ini tidak?" gumamnya. Khawatir akan keadaan sang istri, Rendy pun mengambil kunci cadangan kemudian membukanya. Rendy melihat sang istri tengah tertidur dengan pipi yang masih basah. "Maaf, aku tidak bermaksud menyiksamu, tapi itu semua aku lakukan demi kebaikanmu. Setelah semua ini berlalu, tidak akan ada lagi orang yang menghinamu," lirihnya seraya mencium pucuk kepala sang istri. Rendy akhirnya keluar dari kamar itu. Dia memandang semua makanan yang sudah tersedia di meja. Karena sudah lapar, Rendy akhirnya makan sendiri. Baru dia rasakan kalau ternyata makan sendiri itu tidak enak karena dia sudah terbiasa dengan adanya Reina. Rendy hanya memakan separuh makanannya, sisanya dia buang ke sampah. "Kenapa rasanya hambar, biasanya enak," gumamnya. Rendy pun kembali ke kamarnya. Lelaki tampan itu tidak bisa memejamkan matanya karena dia sudah terbiasa tidur memeluk tubuh gemoy Reina. "Ahh, aku jadi tidak bisa tidur kalau tidak ada guling hidup," gumamnya. Rendy lalu keluar, dia berniat tidur di kamar Reina, tapi sayang, pintu kamarnya terkunci, padahal seingatnya dia tadi tidak mengunci pintu itu. "Dimana kunci cadangan tadi? Apa aku tinggalkan di kamar Reina? Ah sial, kalau begini bakalan begadang aku sampai pagi," gumam Rendy. Esoknya, Rendy sudah berteriak didepan kamar Reina. Dia sudah tidak sanggup lagi didiamkan Reina lama lama. "Rei, keluar yuk, kita cari sarapan? Kamu ingin makan apa? Hari ini aku bebaskan kamu makan sepuasnya." Namun, masih tidak ada jawaban. "Rei, ayolah, aku tidak akan lagi memaksamu diet, terserah kamu deh, asal jangan diamkan aku seperti ini," lelaki tampan itu masih setia berteriak di depan kamar sang istri. Tak lama, Reina keluar dengan muka bantalnya. "Beneran kamu nggak nyuruh aku diet lagi?" tanya Reina memastikan pendengarannya. "Iya, sekarang kita cari sarapan yuk, aku lapar," ajak Rendy. Reina pun mengangguk. Dia lalu cuci muka dan gosok gigi kemudian berganti pakaian. Setelah memastikan dirinya rapi, Reina pun keluar. "Ayoo," ajak Reina yang melihat Rendy hanya terpaku di tempat. "Kenapa bengong sih?" tanya Reina. "Kamu cantik," lirih Rendy. Reina lalu mendekati Rendy, wanita itu pun mengalungkan tangannya di leher suaminya. "Benarkah aku cantik?" tanyanya dengan sedikit menggoda. Lelaki itu hanya bisa mengangguk, dia berusaha menahan sesuatu di dalam yang sudah berteriak minta dikeluarkan. "Lalu, kalau aku cantik, kenapa kamu tidak pernah mau menyentuhku?" tanya Reina kembali. "Bukan begitu Rei, aku hanya..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD