deg deg deg
Morin menutup matanya dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Darius. Morin menyentuhkan bibirnya ke bibir Darius. Seakan masih penasaran, dia mengulum pelan bibir bawah pria itu. Lalu dia merasakan pergerakan pria itu, Morin langsung melompat mundur. Untunglah dia melihat omnya mata omnya masih tertutup, dan dia langsung kabur keluar dari ruangan itu dan berlari ke kamarnya, dia takut pria itu nanti terbangun.
Begitu Morin keluar dari ruangan itu, Darius membuka matanya. Dia menggosok kasar wajahnya dengan sebelah tangannya. Jantungnya masih berdetak cepat, dia terkejut dengan apa yang dilakukan Morin tadi.
Sebenarnya tadi dia hanya bermaksud untuk mengistirahatkan matanya sebentar dan dia menyadari saat Morin mendekat. Dia penasaran apa yang ingin gadis itu lakukan dengan mengendap mendekatinya. Dia masih bisa menahan keterkejutannya saat gadis itu menciumnya, tapi tidak saat gadis itu mulai mengulum bibirnya. Saat itulah tubuhnya bereaksi! Untunglah gadis itu langsung pergi.
Tapi mengapa gadis itu menciumnya? Bukankah gadis itu bahkan sudah tidak mau melihat dirinya lagi tiga tahun ini? Mengapa sekarang gadis itu datang kembali dan bertingkah seperti dulu, seakan dia adalah gadis kecil yang mengejarnya dulu dan minta dinikahi?
Tanpa sadar dia memegang bibirnya. Hanya mantan pacarnya saja yang pernah menciumnya lebih dari sebuah kecupan. Eloisa bahkan tidak pernah dia towel sedikitpun. Sejak tinggal di Inggris, ada beberapa wanita agresif yang kadang menyosor, tapi ciuman itupun pasti hanya mentok di pipinya ataupun kalau kena bibir hanya sebatas bibir yang bersentuhan sekilas karena dia langsung menghindar. Dan gadis nakal itu bahkan mengulum bibirnya!
Tiba tiba sebuah pikiran mengganggunya. Siapa yang mengajarkan gadis nakal itu berciuman? Dia bahkan belum lulus SMA!
Darius benar benar tidak bisa tenang memikirkan apa saja yang telah dilakukan keponakannya ini dengan pria lain? Sebagai pria dewasa dengan kualitas mata yang masih sangat baik, dia tidak bisa tidak mengakui kalau gadis itu sekarang adalah gadis yang sangat cantik dengan tubuh yang bisa membuat pria normal khilaf. Dan dia bahkan sekarang tinggal di negara dimana s*x adalah hal yang umum, termasuk untuk anak sekolah. Dan sekarang otaknya berkelana memikirkan pergaulan anak sekolah jaman now.
Rasanya sekarang dia mau mengejar gadis itu dan mengintrogasinya! Emosinya sekarang sulit dikontrol membayangkan gadis itu mencium pria lain seperti gadis itu menciumnya tadi, atau bahkan dengan ciuman yang lebih panas, atau melakukan adegan adegan lainnya yang lebih panas lagi!
Darius bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamar gadis itu. Dia tahu gadis itu pasti akan lari ke kamarnya untuk bersembunyi. Dia merasa harus mengajari keponakannya itu untuk menjaga diri dari para pria yang mungkin akan mengambil keuntungan dari dirinya.
Morin bersandar di belakang pintu kamarnya. Dia menutup matanya dan tangannya memegang dadanya dimana jantungnya masih marathon. Tangannya lalu menyentuh bibirnya, sebuah senyum terukir disana, muncul sebuah antusiasme dan rasa senang yang tidak pernah dia rasakan saat berciuman dengan laki laki lain, euforia yang memang hanya ada jika pria itu adalah omnya.
Ini bukanlah ciuman pertamanya. Karena penolakan Darius dulu, dia pernah mencoba untuk berpacaran saat kelas sepuluh tiga kali. Dia memilih pria yang dia anggap sesuai dengan kriterianya dan membiarkan pacarnya menciumnya untuk mengetahui apakah dia bisa memiliki perasaan pada mereka, namun dia berhenti di pacar ketiga karena merasa hal itu sia sia dan tidak mau membuang waktunya lagi untuk berusaha mencari pengganti omnya.
Dia tidak bisa merasakan seperti apa yang dirasakan teman temannya saat itu. Baginya ciuman itu hanya seperti saat dia mencium adik atau keluarganya, tidak ada detak jantung yang menggila ataupun keinginan untuk melakukannya lagi, apalagi sejak si pacar ketiganya yang b******k itu! Semua percobaan itu selesai hanya dalam enam bulan dan setelahnya dia sudah kembali lagi ke obsesinya pada om tercintanya dan buku strateginya.
Tidak ada pria lain yang bisa membuat perasaannya seperti sekarang ini, yang kalau bisa dia mau kembali ke ruang kerja omnya dan mencium pria itu lagi!
Darius berhenti di depan pintu kamar gadis itu. Akal sehatnya mengatakan kalau seharusnya hal ini dilakukan oleh Donny bukan dirinya. Donnylah ayah gadis itu dan seharusnya dia memberitahu Donny untuk mengawasi Morin dengan ketat, agar gadis itu tidak salah jalan. Dan dia juga merasa sekarang emosinya sedang tidak baik, ditambah gadis itu memiliki kemampuan membantah yang luar biasa, bisa bisa mereka bertengkar karena gadis itu menganggap dirinya mencampuri urusannya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Darius memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya lagi dan membereskan pekerjaannya yang masih belum selesai. Namun setelah satu jam menatap lembaran lembaran di tangannya dan tidak ada satupun yang bisa masuk ke kepalanya, dia menyerah. Dia meletakkan kembali dokumen dokumen itu di meja dan kembali menutup matanya.
Otaknya masih tidak bisa menyingkirkan ciuman itu dari kepalanya. Apakah ini karena sudah segitu lamanya dia tidak pernah mencium wanita? Hingga dia menjadi seperti anak sekolah yang baru melakukan ciuman pertamanya.
Namun bukankah ada beberapa wanita yang sudah pernah mencoba menciumnya? Bahkan dia langsung menyingkirkan para wanita itu dari hidupnya saat itu juga dan melupakan kejadian itu setelahnya. Mengapa sekarang tidak bisa? Mengapa sampai sekarang rasanya dia masih bisa merasakan ciuman gadis itu di bibirnya! Darius mengacak rambutnya frustasi. Ini pasti karena gadis itu adalah keponakannya. Dia tidak bisa melupakannya begitu saja karena ini adalah keponakannya! Dan dia harus bicara dengan Donny mengenai perilaku Morin setelah dia kembali ke Jakarta.
Perasaannya menjadi lebih tenang setelah merasa mendapatkan jawaban atas kerisauannya. Dia beranjak dari tempatnya sekarang dan berjalan menuju kamarnya, dia memutuskan untuk tidur saja karena sekarang otaknya sedang tidak bisa diajak bekerja sama.
****
Keesokan harinya seperti biasa saat melakukan kesalahan, Morin mendekam di kamarnya sampai dia tahu Darius sudah pergi kerja. Hari ini adalah hari rabu, dia seharusnya masih bisa berjalan jalan dengan Albert, tapi semalam omnya sudah menegaskan kalau dia berani pergi lagi dengan Albert, maka mereka akan langsung kembali ke Jakarta. Dan Morin memiliki misi yang tidak boleh gagal kali ini, jadi dia tidak berani memancing emosi omnya itu.
Mood dia pagi ini masih sangat baik karena ciuman curian semalam, dia sekarang sedang mengandaikan kapan dia tidak perlu pake curi curi lagi kalau mau mencium omnya?
Sekarang dia melihat ke cermin, melihat penampilannya secara keseluruhan. Dengan wajahnya yang secantik ibunya ditambah dengan semua perawatan dan keahliannya make up. Wajahnya benar benar tanpa cela, begitu juga dengan tubuhnya. Tinggi tubuhnya hampir seratus tujuh puluh sentimeter, dengan lekuk tubuh yang indah dan dadanya juga cukup besar sehingga tubuhnya seperti barbie.
Dia kembali mengerutkan alis. Apakah omnya masih tidak bisa merasa kalau dia adalah wanita yang cantik dan seksi? Atau jangan jangan matanya mulai rabun karena usia? Tapi dia tidak pernah melihat omnya itu menggunakan kacamata, jadi dimana yang salah ya? Tiba tiba Morin bergidik ngeri saat suatu pemahaman masuk ke kepalanya.
Jangan jangan omnya itu sebenarnya….
Bukankah dia tidak pernah tertarik pada wanita?
Sekarang wajah Morin sepucat kertas. Tiba tiba kakinya tidak ada tenaga, tubuhnya luruh ke lantai. Apakah usahanya enam tahun ini sia sia? Jika omnya tidak tertarik pada wanita, dia secantik dan seseksi apapun tidak akan terlihat oleh omnya itu! Terus bagaimana nasibnya sekarang?
Dia menyandarkan kepalanya ke cermin di depannya dan mulai meratap dan berdoa.
Oh Tuhan, janganlah kau begitu kejam kepadaku
Jangan sampai enam tahun perjuanganku ini menjadi sia sia
Jika memang selama ini Om Darius tidak normal
Buatlah dia normal setelah melihatku sekarang ini
Oh Tuhan, Kaulah maha segalanya
Semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin bagimu
Jika memang Om Darius bukan jodohku
Buatlah dia menjadi jodohku
Biar orang lain saja yang tidak punya jodoh
Amin..
Setelah selesai doa khidmat ala Morin, dia menghubungi ayahnya. Karena sekarang jam delapan di London, berarti di Jakarta jam tiga sore. Dan sekarang adalah waktunya ayahnya minum kopi sore, berarti dia bisa mengganggu ayahnya sebentar.
Di Jakarta Donny sedang mengobrol dengan Darren di kantornya. Sekarang Darren hampir selalu ke ruangan Donny di jam tiga jika salah satu dari mereka tidak sedang keluar kantor. Hitung hitung waktu mengobrol dengan kakaknya, karena di jam itulah Donny meluangkan waktunya untuk istirahat setengah jam. Donny mengangkat panggilan Morin.
“Hallo Morin”
“Hai Papa” sapa Morin.
“Apakah papa lagi sibuk?” tanya Morin.
“Tidak. Papa lagi ngobrol dengan Om Darren. Ada apa Morin?” tanya Donny. Jika putrinya bertanya dia sibuk atau tidak, pasti ada sesuatu yang penting yang mau dibicarakan putrinya.
“Itu.. ada yang mau Morin tanyakan” kata Morin ragu.
“Ya?” tanya Donny. Karena belum mendengar suara Morin lagi, Donny meminum kopinya.
“Apakah Om Darius…… gay?” akhirnya Morin memberanikan diri bertanya.
Pruffff….. Donny menyemburkan kopi itu yang tepat mengenai wajah ganteng Darren.
“Uhuk!” Donny tersedak setelahnya, bahkan kopi yang sudah tertelan barusan keluar sebagian lewat hidung juga.
“Kak!” seru Darren terkejut. Sekarang wajah dan pakaiannya berlumuran kopi.
“Uhuk uhuk” Donny masih batuk batuk sampai Darren mengambilkan air untuknya. Dan dia segera minum air itu hingga tandas.
“Ada apa si kak?” tanya Darren sembari mengelap wajahnya dengan saputangan. Dan Donny langsung mengambil ponselnya yang tadi dia letakan di meja karena batuk.
“MORIN!” seru Donny kesal.
“Iya papa” jawab Morin.
“Kau mau membuatku mati tersedak!” omel Donny.
“Lah, kan Morin hanya bertanya. Papa tersedak sendiri koq salahin Morin?” jawab Morin.
“Apa maksud pertanyaan kamu tadi! Bagaimana kamu bisa berpikir orang tidak akan terkejut! Jangan bercanda seperti itu!” Donny masih mengomel, bajunya pun sekarang terkena tumpahan kopinya.
“Aku tidak bercanda papa” sahut Morin lesu.
“Kamu tidak sedang bercanda?” tanya Donny memastikan telinganya tidak salah dengar.
“Tidak”
“Kamu serius menanyakan orientasi seksual Darius?” tanya Donny lagi. Dia sendiri bahkan tidak pernah mempertanyakan orientasi seksual kakaknya walaupun Darius belum menikah ataupun punya pacar sampai sekarang. Mereka besar bersama, puber di waktu hampir sama dan jelas kakaknya tidak tertarik pada laki laki!
“Iya”
Donny menganga syok.
Buahahahahaha… tawa Darren membuncah. Dia tidak bisa berhenti tertawa mendengar perkataan Donny barusan. Pantas saja kakaknya itu tersedak! Cuma Morin dengan pikiran ajaibnya yang bisa berpikir untuk menanyakan itu pada ayahnya.
“OM DARREN JANGAN MENERTAWAKANKU, HUAAAA….!!!!” raung Morin dari seberang telepon. Donny yang mendengar putrinya menangis mulai merasa ada yang tidak beres.
“Morin. Morin. Tenang dulu ya..” kata Donny menenangkan.
“Coba cerita perlahan ada apa sebenarnya? Mengapa kamu beranggapan kalau Om Darius gay?” tanya Donny. Darren mengambil ponsel Donny dan mengaktifkan speakernya, dia penasaran dengan pembicaraan Morin.
“Mengapa Om Darius masih memperlakukanku seperti saat aku anak anak, hiks.. Padahal jelas tubuhku bukan tubuh anak anak lagi, hiks..! Pria normal mana yang bisa memperlakukanku seakan aku anak sebelas tahun!” keluh Morin.
“Dan dia juga tidak pernah bersama wanita lain. Bukannya aku mau melihat dia bersama wanita lain, hiks.. Tapi kan setidaknya itu berarti dia masih ada tertariknya pada wanita, huaaa..” lanjut Morin, lalu dia menangis lagi.
“Begini Morin. Tidak tertarik pada wanita bisa dianggap belum tertarik pada wanita. Tidak selalu berarti dia tertarik pada pria, kecuali kamu pernah melihat Om Darius melakukan hal yang tidak wajar dengan sesama pria” kata Donny menjelaskan dengan ilfeel, dia tidak bisa membayangkan kakaknya macam macam dengan pria.
“Sepanjang yang kulihat sih Om tidak pernah berdekatan tidak wajar dengan pria” jawab Morin sembari memikirkan kebersamaan mereka beberapa hari ini.
“Nah itu berarti dia hanya belum bertemu wanita yang membuatnya tertarik Morin. Jangan mengambil kesimpulan sendiri” kata Donny lagi.
“Hm.. apa lebih baik aku coba membuka bajuku di depan Om Darius saja ya?” kata Morin bermonolog yang tentu saja terdengar sampai ke telinga Donny dan Darren.
“MORIN!!!!” Teriak Donny histeris. Bahkan Darren menganga mendengar perkataan keponakannya.
“Kan supaya jelas gitu Om Darius suka wanita atau tidak” sahut Morin yang masih memikirkan cara membuktikan omnya itu belok atau tidak. Yang dia lupakan adalah sekarang yang dia hubungi adalah ayahnya bukan teman temannya.
“Berani kamu memikirkan hal seperti itu lagi, papa akan jemput kamu sekarang juga!” ancam Donny.
“Ih papa. Jangan ikut ikutan om ngancem Morin juga dong” kata Morin kesal. Entah apa yang bisa membuatnya takut, teriakan dan ancaman ayahnya sudah pasti tidak.
“Kamu…” suara Donny meninggi lagi. Anak gadisnya ini benar benar bisa membuatnya mati jantungan!
“Memang mengapa Om Darius mengancammu Morin?” tanya Darren.
“Dia tidak suka saat melihat Albert merangkulku, lalu dia bilang aku tidak boleh pergi berdua lagi dengan Albert. Kalau aku melanggar nanti dia akan langsung membawaku kembali ke Jakarta” jawab Morin kesal. Dia memang masih kesal dilarang pergi dengan Albert, karena hanya Albert yang dia kenal disini sekarang. Jawaban itu membuat Donny dan Darren saling memandang.
“Albert Hartanto?” tanya Donny memastikan.
“Memang ada Albert mana lagi yang aku kenal di London papa? Padahal aku sudah bilang kalau Albert itu temanku sejak kecil. Aish Albert juga iseng si pake cium cium segala” oceh Morin.
“Albert menciummu?!” suara Donny meninggi lagi. Darren yang melihat kakaknya sudah merasa lelah, punya anak perempuan memang mengkhawatirkan, tapi kalau anaknya seperti Morin itu amat sangat pake banget mengkhawatirkannya. Sangat tidak baik untuk jantung ayah dan ibunya. Semoga putrinya nanti tidak seperti Morin.
“Ih papa jangan teriak teriak. Albert cuma cium pipi doang buat ngomporin Om Darius. Eh malah dia dianggap makhluk berbahaya untukku sama Om Darius. Sekarang aku bingung kalau mau keluar sama siapa lagi” keluh Morin.
Inhale exhale inhale exhale inhale exhale
Setelah tiga kali menarik buang napas untuk menenangkan dirinya yang sepertinya hampir gila.
“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan Morin?” tanya Donny. Suaranya setajam silet.
“Membuat Om Darius jadi bucinku. Itu kalau om ga belok juga” jawab Morin.
“Dalam waktu satu setengah minggu?” tanya Donny.
“Satu bulan papa, nanti kan om ikut aku balik ke Jakarta. Semua sudah Morin siapkan koq buat nanti di Jakarta.” jawab Morin dengan nada mencurigakan yang membuat kepala Donny jadi pusing.
“Apa yang kau siapkan?” tanya Donny antara ingin dan tidak ingin mendengar jawaban putrinya.
“Perlengkapan menginap di tempat omah” jawab Morin sambil tertawa kecil.
Setelah sambungan telepon terputus. Donny menghela napas panjaanngggg sekali.
“Aku benar benar khawatir” kata Donny.
“Siapa yang kakak khawatirkan?” tanya Darren.
“Entahlah” jawab Donny tiba tiba merasa lelah.
“Siapa tahu kita akan mendapatkan kabar baik. Siapa lagi yang bisa menyeret kak Darius keluar dari kesendiriannya selain Morin. Aku belum pernah melihat wanita lain setangguh Morin, selain mama” kata Darren.
****