"Apa kamu paham?" bisik pria itu berat. Tangannya menarik pinggang wanitanya semakin merapat.
Putri mengangguk lemah, disertai jantung bergemuruh resah. Sungguh, mereka sudah melakukan hal yang lebih dari ini, tapi entah mengapa reaksi tubuhnya masih saja sehebat saat pertama kali.
"Mulai sekarang, kamu harus beritahu suamimu jika ingin pergi kemana pun, termasuk menemui pria itu," ucapnya tajam.
Putri mendongak, dan jantungnya semakin berdebar kencang saat keduanya beradu pandang. "Apa itu artinya kamu mengizinkanku menemui Amran?" cicitnya tak percaya.
"Hm, hanya selama dia berada di rumah sakit dan aku mengetahuinya, setelah itu, kamu harus memberitahu kebenaran padanya," ucapnya datar.
Wanita itu mengerjap dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, itu saja sudah cukup." Tanpa sadar
