bc

Amor Gris

book_age16+
628
FOLLOW
2.8K
READ
family
friends to lovers
badboy
goodgirl
drama
tragedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Elsa Naomi hanya menginginkan kebebasan yang ternyata sulit sekali diraih sebab Mentari—sang ibu mengendalikan kehidupannya sesuka hati, ketika remaja lain merasa hidup bagai Elsa begitu istimewa sebab memiliki harta dan tahta yang tak bisa diragukan, beda dengan Elsa yang justru benci sekali pada hidupnya meski menyandang status sebagai model remaja yang namanya sudah dikenal luas.

Sayangnya, Elsa tak suka hidup tanpa kebebasan seperti ini, ia merasa tak normal, lantas tiba masa laki-laki berjuluk sadboy bernama Satria yang tak sengaja masuk dalam kehidupannya dan memberi arah jalan keluar untuk menuju kebebasan.

Elsa percaya jika Satria adalah lilin dalam dunianya yang gelap, tapi apa alasan Satria meninggalkan Elsa dalam sebuah kebingungan?

chap-preview
Free preview
1. Satria Adrian Danuarta.
Hey, Bolehkah aku bertanya? Cinta itu sebenarnya berwarna apa? Yang kutahu, Mereka abu-abu, Tak bercorak lebih dari satu, Karena apa? Warna merah muda hanya bisa dirasa ketika awal saja, Sedangkan jika ia tersakiti dan pergi, Semua akan jadi abu-abu, Lagi. _______________      Lautan penghuni SMA Yossida mengalir melewati celah gerbang yang terbuka lebar, mereka semua bergerak ke arah jalan raya atau menghampiri mobil jemputan yang menunggu di sisi jalan. Terlihat satpam bertubuh kekar dan tinggi itu berdiri di tengah zebra cross sambil mengatur lalu lintas dan beberapa orang yang hendak menyebrang dengan gerakan tangan serta peluit yang menempel pada bibirnya.      Terlihat pula di sisi jalan dua orang laki-laki bertubuh kekar mengenakan pakaian serba hitam—menandakan mereka adalah seorang bodyguard. Nama keduanya adalah Jojo dan Marko, mereka tengah menunggu Elsa—si anak majikan yang berprofesi sebagai model dan masih berstatus siswi SMA Yossida, ia sudah menginjak kelas dua belas. Kedua mata elang mereka terus saja mengawasi pergerakan orang-orang yang melewati gerbang, keduanya tak ingin kehilangan Elsa lagi karena gadis itu memang suka kabur.      Mereka saja yang tidak tahu bahwa gadis blasteran Indo-Jepang itu ada di kerumunan anak kelas sepuluh yang baru saja keluar melewati gerbang dan melangkah ke arah barat di atas trotoar, tapi penampilan gadis itu memang cukup menipu bola mata. Pasalnya Elsa mengenakan hoodie hitam yang entah milik siapa, ia juga menutupi kepalanya lalu mengenakan topi serta masker agar wajahnya tak dikenali, minimal oleh kedua bodyguard itu.      Elsa terus saja melangkah sambil membungkuk, sesekali menoleh ke arah sebrang jalan untuk mengawasi dua manusia bertubuh kekar yang masih saja memerhatikan gerbang. Ia tertawa dalam hati, kali ini dapat menipu Jojo dan Marko lagi.      "Itu Non Elsa!" seru Jojo dengan telunjuk mengarah pada sosok gadis yang memakai hoodie hitam tengah melangkah di trotoar, sudah cukup jauh dari mereka.      "Non Elsa! Jangan kabur lagi, Non!" seru Marko juga, kini keduanya mencoba menyebrang jalan.      Sedangkan gadis itu sudah lari tunggang-langgang setelah mendengar namanya disebut, dia paham sekali suara Marko dan Jojo yang menggelegar bak radio rusak.      Setelah berhasil menyebrang jalan kedua pria itu benar-benar mengejar Elsa sambil terus meneriakkan namanya, tentu saja gadis itu makin terbirit, dia menurunkan maskernya sambil mengatur napas yang tersenggal, Elsa merasakan perutnya begitu nyeri setelah berlari cukup jauh.      Gadis itu memegangi bagian kanan perutnya, dia meringis menahan sakit dan memilih menghentikan aksi marathonnya.      Elsa menoleh ke belakang, belum ada tanda-tanda Marko dan Jojo terlihat. "Aduh, perut gue sampai nyeri begini, kalau diterusin lari makin sakit pasti," keluh gadis itu sambil membungkuk.      Kepala Elsa menoleh ke kiri dan menemukan sebuah bangunan kosong yang terkenal angker menurut warga sekitar, dia menoleh ke belakang dan samar-samar melihat postur tubuh dua manusia yang ia kenali mulai mendekat. Kedua pupil mata Elsa melebar, dia tak punya jalan lain dan memilih berlari masuk ke dalam rumah kosong dengan dinding bata yang berlumut itu, dia tak peduli lagi pada gosip tentang bangunan angker itu, yang terpenting sekarang Elsa bisa menyelamatkan diri dari Jojo dan Marko.      Gadis itu masih saja memegangi perutnya yang nyeri, di dalam begitu sepi, dia menatap sekitar dan mulai merasakan merinding menjalar ke seluruh tubuhnya. Ada perasaan menyesal masuk ke bangunan itu, tapi juga tak mungkin sekarang dia keluar dari sana, pasti Marko dan Jojo sudah berada di luar.      "Non Elsa! Non Elsa!" seru Jojo yang terdengar dari dalam bangunan tua itu, benar saja mereka memang sudah dekat.      Elsa kebingungan, harus di ruang mana ia sembunyi sekarang, sejauh yang ia lihat semuanya tampak menyeramkan, tak ada tempat seram yamg baginya nyaman.      "Mama, kenapa harus kayak gini sih nasib gue. Kabur ke tempat uji nyali beginian lagi," gerutu gadis itu dengan keringat yang mulai menetes pada dahinya, Elsa melepas topi dan menurunkan penutup hoodie, dia benar-benar merasa gerah.      "Non Elsa! Non Elsa!" Suara Marko dan Jojo kembali terdengar, haruskah Elsa keluar dan menyerahkan diri?      Tiba-tiba sebuah tangan membekap Elsa dari belakang dan menarik gadis itu masuk ke sebuah toilet yang tidak terpakai, dia ingin berteriak tapi bekapan tangan itu tak terlepas meski Elsa berusaha menariknya. Hingga ia berhadapan langsung dengan sosok yang membekapnya, mereka saling bertatapan di ujung toilet dan salah satu telunjuk laki-laki itu menempel pada bibirnya sendiri, menginterupsi Elsa agar diam.      Gadis itu mengangguk, dia bisa melihat sorot mata teduh pada laki-laki di depannya. Setelah diperhatikan ternyata laki-laki itu juga seorang siswa SMA, dia mengenakan celana abu-abu dengan bagian lutut yang mungkin sengaja dirobek, seragam OSIS tanpa dasi, Elsa juga melihat dengan jelas name tag yang melekat pada seragam bertuliskan Satria A. D.      Jadi namanya, Satria? Batin Elsa dengan mulut yang masih dibekap, remaja di depan Elsa masih memerhatikan sekitar dan tidak menatapnya. Ada slayer yang dilipat melingkar di kepalanya serta dua buah tindik warna hitam menempel pada telinga.      Kini laki-laki bernama Satria itu melepas bekapan tangannya pada Elsa, dia menatap gadis itu dan mundur, mengatur posisi aman antara keduanya.      "Sorry, gue nggak ada niat buat bekap mulut elo tadi. Mau selamatin lo aja dari dua kingkong di luar," ujar Satria menjelaskan niat sebenarnya.      "Nggak apa-apa kok, Sat," balas Elsa lirih, dia merasa canggung berada di dekat Satria.      "Sat? Lo nyebut gue b*****t?" celetuk Satria dan membuat mata Elsa membulat sempurna.      "Bukan, nama lo Satria, kan? Jadi gue sebut potongannya aja," jelas Elsa seraya tersenyum hambar.      Satria merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok, dia mengambil satu isinya dan menyalakan pemantik api. Satria menyematkan batang rokok yang masih utuh itu di bibirnya dan menempelkan pemantik api yang menyala pada ujung rokok, setelahnya kepulan asap keluar dari bibir Satria.      Gadis itu cukup tercengang melihat laki-laki merokok di depannya, Elsa kembali menaikkan masker hingga menutupi sebatas tulang hidung, jelas gadis itu mulai terganggu meskipun Satria terlihat tak acuh.      "Eh, sebentar ya. Gue mau cek keluar siapa tahu mereka udah nggak ada," terang Satria pada gadis di dekatnya, Elsa hanya mengangguk. Segera Satria keluar dari tempat persembunyian mereka.      Elsa hanya diam menunggu dengan sikap yang baik, dan lima menit berlalu Satria sudah kembali dengan batang rokok yang masih ia nikmati. Satria berdiri di ambang pintu toilet.      "Udah nggak ada mereka, tugas gue kelar sekarang. Gue mau keluar, ambil motor di bengkel," ucap Satria tanpa canggung sama sekali. Laki-laki itu melangkah pergi tanpa mengajak Elsa.      Sontak Elsa mengekor di belakangnya, mana mungkin dia bertahan seorang diri di dalam sana. Ketika mereka keluar dari bangunan itu suasana memang sudah sepi, tak ada tanda-tanda Jojo dan Marko.      Dengan santainya Satria melangkah ke arah lain tanpa mengucap sepatah kata pada Elsa, gadis itu benar-benar tak bisa memahami sikap cuek Satria.      Mendadak Elsa berlari menghampiri Satria, "Eh, ngomong-ngomong lo tadi ngapain di dalam sana?" tanya Elsa dengan langkah menyamai Satria.      Satria mengeluarkan asap rokok lewat lubang hidung, ia benar-benar menikmati sesi itu. "Gue? Tadi kencing sebentar, nyari WC umum nggak ada jadi ya terpaksa di situ, nggak bau ompol tadi, kan?"      Elsa membekap mulutnya sendiri, hampir saja ia tertawa lepas. Namun kembali ia turunkan tangan itu serta masker yang dikenakannya.      "Enggak tahu ya, gue lupa. Ngomong-ngomong juga lo anak sekolah mana?"      Satria melempar puntung rokok yang sudah habis itu ke atas trotoar dan menginjaknya hingga tak berbentuk lagi, "Gue anak Tamtama, tahu, kan?" balasnya yang kini berganti merogoh saku lagi dan mengeluarkan dua buah permen karet.      "Tamtama?" Elsa terdiam, dia mulai berpikir. Elsa tahu sekolah yang disebutkan Satria, dan ia tahu jika SMA Tamtama sering disebut sebagai sekolah buangan, isinya kebanyakan anak-anak badung dengan segudang masalah yang mereka miliki. Gadis itu kembali meneliti Satria dari ujung kaki hingga kepala, pantas. Jika Satria berasal dari sekolah buangan itu memang cocok, penampilannya saja tidak mencerminkan seorang siswa yang baik dan terkesan begitu acak-acakan, mungkin Satria adalah salah satu siswa badung di sana.      Elsa mengangguk pelan setelah menilai siapa itu Satria dari penampilannya, "Iya gue tahu Tamtama sih," ucap gadis itu.      Satria sudah mengunyah dua buah permen karet yang ia miliki, sosoknya terlihat begitu santai dan tak acuh.      "Oke, udah nggak ada yang ditanyain lagi, kan? Sekarang gue mau ke sebrang jalan, mau ambil motor," ucap laki-laki itu.      "Oh, iya silakan. Gue juga mau pergi."      "Jangan lupa ya bilang sama Malaikat kalau harus dan wajib catat amal sama pahala gue yang tadi udah tolongin elo, bye." Setelah berkata demikian Satria menyebrang jalan menuju sebuah bengkel besar.      Sedangkan gadis yang ia tinggalkan hanya mampu menatapnya dengan kening berkerut, merasa aneh dengan tingkah laku Satria. _______________

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Agreement

read
594.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.4K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

OLIVIA

read
29.4K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.6K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
157.8K
bc

Bridesmaid on Duty

read
164.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook